52.

2.4K 202 31
                                    

"Jara?"

"Bikin ulah apa lo?" Jara duduk pada bangku yang telah di sediakan.

"Lo ngapain ke si-"

"Bikin ulah apaan?" Jara semakin memojokkan Manda.

"G-gue kecelakaan."

"Drama lagi?"

"Gue pantes tersiksa! Gue harusnya mati perlahan! Lo gak mau, kan, bunuh gue? Biar gue yang siksa diri gue sendiri!" Manda mulai menangis histeris.

"Dengan lo yang kayak gini, lo udah ngerasa semuanya kembali baik-baik aja?"

"Percuma, lo gak bakal maafin gue! Gue ngerasa bersalah banget, Ra."

Di saat Jara ingin membalas kalimat Manda, pintu ruangan terbuka dan menampilkan Cika serta Archan. Jara tersenyum kecut, lengkap sudah para penyiksa di hidupnya.

"Manda bener. Harusnya kita mati." Archan memberikan sebuah pistol untuk Jara.

"Lo bisa bunuh kita secara bergantian. Lo juga boleh nyiksa kita dulu." Ucap Cika dengan senyumnya.

Seseorang mendorong pintu ruangan dengan kasar. Jara semakin tak mengerti dengan keadaan. Pasalnya Nando datang bersama Rangga, Cakra, serta Rifani.

Jara berdiri dari tempatnya. Ia mengangkat pistolnya, dan mengarahkan pada Cika. Archan yang melihat segera berdiri di hadapan Cika seolah melindunginya.

"Jangan bunuh Cika. Cukup gue. Biarin anak gue bahagia." Air mata Archan perlahan turun membasahi pipinya.

Jara menyipitkan matanya. Sedikit saja ia menekan jarinya, maka peluru akan keluar dan siap melukai siapa yang terkena. Hingga ia benar-benar pada keputusannya. Jara menutup matanya dan menembakkan pelurunya.

Semua terdiam mematung di tempat. Peluru tersebut tepat pada sasaran. Jara menurunkan tangannya dan menatap ke arah depan. Peluru tersebut melewati telinga Cika dan menembus dinding dengan sempurna.

"Gue gak bisa bunuh orang-orang yang gue sayang." Lirih Jara dan menatap semua orang bergantian.

"Tapi mereka udah jahat sama lo!" Ujar Cakra tak terima.

"Gue tau. Gue gak munafik, gue sakit hati, gue dendam, dan gue benci. Yang jelas gue gak mau sama kayak mereka."

Jara mengalihkan pandangannya. "Jujur aja, gue jijik sama kelakuan kalian. Gue emang pernah bilang, jangan berteman sama musuh gue. Tapi gue salah, ternyata temen gue itu musuh gue sendiri."

"Ra, hidup lo bisa hancur lagi." Cakra berusaha meyakinkan Jara.

"Semakin gue hancur, semakin gue nyalahin diri sendiri, dan di situ semakin banyak luka di hidup gue."

Cakra menghela nafas panjang. "Terserah lo. Gue tau, apapun pilihan lo, pasti yang terbaik."

Tanpa di duga Manda turun dari ranjang rumah sakit dan berlutut memegang erat kaki Jara. Tak memperdulikan sakit yang ada di tubuhnya, Manda semakin erat memeluk kaki Jara. Di sana Archan dan Cika mulai mengikutinya.

"Ra, apapun bakal gue lakuin asal lo mau maafin gue."

Mata Jara berkaca-kaca. Jara menutup matanya dan membayangkan kembali masa kelamnya yang dikelilingi oleh orang-orang jahat. Perlahan Jara membuka matanya.

"Prinsip gue terlalu kuat buat gue ubah. Dalam berteman, apapun di maafkan kecuali pengkhianatan."

"Gue tau lo benci sama kita, tapi gue mohon, maafin kita." Ucap Cika dengan tangisnya.

"Gue bakal lakuin apapun buat dapetin maaf lo." Ujar Archan dengan merangkul bahu Cika.

Jara tak pernah sekalipun berfikir akan seberat ini. Bahkan untuk di lukai teman-temannya, Jara tak pernah menduganya.

Au'jara (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang