33

127 10 0
                                    

"Gimana?" tanyaku menunggu reaksi suamiku yang daritadi cuma mengunyah tanpa ekspresi.

"Bentar."

"Ish!!! Udah tiga suapan masih aja bentar!" omelku karena Mas Bayu gak kunjung ngasih penilaian atas masakanku.

"Hahaha itu artinya masakan kamu enak, sayang."

Ah kenapa pipiku terasa panas ya, ck, sepertinya aku tersipu mendengar kata terakhir yang dia ucapkan.

"Masa sih? Coba suapin aku." pintaku lalu habis itu membuka mulut untuk menerima suapan darinya.

Well, not bad. Tapi agak asin sedikit sih, kalau dicampur nasi aku yakin rasanya lumayan banget untuk aku yang pemula.

"Asin dikit." komentarku.

"Bukan masalah." ucap Mas Bayu di sela-sela kegiatan makannya.

Aku tersenyum melihat dia begitu lahap memakan masakanku, apa ya... rasanya bangga. Aku gak pernah ngira masakin suami akan semenyenangkan ini.

"Kenapa lihatin aku doang? Kamu gak makan?" tanya Mas Bayu menginterupsi lamunanku.

"Ah iya, ini mau."

Suasana hening untuk beberapa menit, cuma ada suara sendok yang beradu dengan piring. Kami tidak perlu berdebat dulu untuk tahu makan sambil ngobrol itu tidak baik.

"Mas yang cuci piring, oke?" tawarnya setelah makannya selesai. Aku mengangguk tanpa pikir panjang, lagian ngapain juga aku menolak. Memang harusnya begitu kan? Aku yang masak dia yang cuci piring. Begitu kan rumah tangga?

"Ngapain ngeliatin aku?" tanyaku karena aku sadar sekali kalau Mas Bayu menatapku.

"Gantian, tadi kamu ngeliatin aku."

Aku cuma memasang muka beteku abis itu lanjut menghabiskan makanku.

Setelah itu Mas Bayu membawa piring serta sendok yang baru kami pakai ke wastafel lalu mencucinya dengan sangat estetik.

Aku jujur lho ini, suamiku nyuci piring aja estetik!

Fiks aku rugi sih kalau ngambek kelamaan sama dia dan harus melewatkan adegan kayak gini lebih lama lagi.

Gimana gak keren coba?
Dia pakai kemeja jenis slimfit dengan dua kancing teratas tidak dikaitkan. Di tambah lengan kemejanya yang tergulung sampai siku.

Beuh damagenya mantap!!!

"Mas," panggilku sambil terus asik mengamatinya.

"Hm?"

"Besok aku gak sekolah gapapa ya?" izinku ragu-ragu.

"Kenapa?" Mas Bayu melirikku tapi tidak menghentikan kegiatan mencuci piringnya.

"Aku belum siap ketemu temen-temenku." jawabku apa adanya.

"Bukannya lebih baik kalau kamu memperjelas semuanya secepat mungkin? Takutnya teman-temanmu malah berspekulasi dan kamu malah makin mengecewakan mereka."

Aku diam mencerna kalimat Mas Bayu, benar sih, cuma aku pengin ngasih diriku jeda dulu untuk menerima kalau aku udah jadi orang yang berbeda di mata mereka.

Aku sudah menikah, jadi aku gak mungkin masih sama kayak mereka kan?

"Dek, kalau besok mau istirahat gapapa, Mas bisa ngasih keterangan sama wali kelas kamu. Apa perlu besok Mas gak usah kerja buat nemenin kamu?"

Ucapan Mas Bayu sedikit membuatku kaget, gak segitunya juga sih sebenarnya.

"Gak usah, Mas. Besok kan hari Jum'at bukan weekend."

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang