17

124 13 0
                                    

Heyo! Cukup lama gak update, semoga suka sama part ini.

Silakan diputar mulmednya (kalau punya kuota) :v

Happy Reading 💕

.

.

Aku udah sampai di rumah sejak 2 jam yang lalu, tapi aku belum ngabarin Mas Bayu.

Sepertinya Mas Bayu pun gak punya keinginan untuk ngabarin aku duluan.

Nyebelin!

"Teh..." panggil Ibu dari luar kamarku.

CKLEK

"Ya Bu?" sahutku tanpa beranjak dari tempat tidurku.

"Lagi ngapain? Ibu boleh masuk gak?" seru Ibu.

"Masuk aja, Bu,"
"Ada apa?" tanyaku begitu Ibu masuk ke kamarku.

"Ibu mau ngomong sama kamu." ucap Ibu, kalimat seperti biasanya adalah permulaan untuk perbincangan yang serius.

"Apa?" tanggapku lalu pindah dari mode rebahan ke mode duduk tegak.

"Kamu punya pacar gak?" tanya Ibu dengan nada lembut.

Aku tentunya kaget!

Apa aku ketahuan ya? Atau si tengik Tino udah ngadu ke Ibu?

"Jawab aja apa adanya, kayak Ibu bakal marah aja." kata Ibu.

"Nggak, Bu. Belum..." Lagi lagi aku memilih berbohong seperti pengecut padahal Ibu udah bilang gak akan marah apapun jawabanku.

"Beneran? Ibu udah bilang gak akan marah meskipun kamu jawab udah punya pacar." ulang Ibu.

"Beneran kok." aku konsisten dengan kebohonganku.

"Oke, sekarang dengerin Ibu baik baik. Dan jangan marah-marah dulu sebelum Ibu selesai bicara." instruksi Ibu cukup tegas.

Aku mengangguk sebagai respon.

"Ami... kamu sebenarnya udah dijodohkan," ungkap Ibu yang berhasil bikin otot mataku mengencang.

"Hah Teteh dijodohin?" seruku mendengar perkataan Ibu.

"No question. Dengerin dulu ya Teh..."

Aku lagi-lagi merespon instruksi Ibu dengan anggukan.

Sebaiknya aku memang harus diam sejenak untuk mendengar penjelasan Ibu selanjutnya.

"Kamu pasti tau Aki kan, beliau bapaknya Ibu. Dulu waktu Aki masih ada dan kamu saat itu masih bayi... Aki bilang Aki pengin kamu nikah sama cucunya teman Aki. Kamu juga pasti tau kalau bapaknya Ibu itu seorang spiritualist, dan kata Aki... saat kamu beranjak dewasa kamu bakal ketemu banyak laki-laki yang akan merugikan kamu. Makanya Aki dulu bilang sebaiknya kamu cepat dijodohkan. Teh... Sebenarnya Ibu dan Bapak udah lupa sama ucapan Aki, tapi baru-baru ini keluarga teman Aki itu hubungin Ibu. Ya, singkatnya mereka minta kamu buat jadi mantunya." jelas Ibu.

Bukannya aku berlebihan tapi aku betulan terkaget-kaget dan terheran-heran mendengar setiap kalimat yang diucapkan Ibu.

"Teman Akimu itu sampai sekarang masih sehat, beliau bilang kamu gak usah khawatir sama pendidikanmu, kalau kamu mau lanjut kuliah, mereka memperbolehkan kamu malah bisa kuliahin kamu setelah kamu lulus sekolah nanti.
Dengar ya Teh... Ibu gak maksa kamu buat menerima perjodohan ini. Karena Ibu juga gak mau ngelihat kamu udah jadi istri orang dalam waktu dekat ini. Jadi kamu punya hak untuk menolak." lanjut Ibu lalu tangannya mengelus rambutku lembut.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang