3

371 28 4
                                    

Part ini didedikasikan untuk temen kelasQ KeyshaAurelia9 yang nagih next part mulu.

Diingetin dari sekarang, JANGAN LUPA VOTE!

Happy Reading! 😘

.


"Aku turun sini aja, Teh." pinta Tino tiba tiba, saat aku lagi fokus ngendaliin motor matic-ku.

"Dikit lagi juga nyampe, kenapa minta turun disini sih? Naik lagi!!!" bentakku karena ngeliat adek turun dengan buru-buru.

"Teh, maaf ... aku disini aja deh," usulnya yang gak bisa kumengerti sama sekali.
"Teteh langsung otw sekolah aja." ucapnya dengan tampang tenang seperti biasa.

Gila! Masih bisa dia pasang muka tenang, setelah mukaku udah nyolot setengah mati.

"Kamu mau jadi adek laknat hah? Mau kemana sih? Bolos? Iya? Kulapor Bapak habis lu!" omelku tak tanggung-tanggung. Untung jalanan masih sepi, karena emang masih cukup pagi.

"Teh, aku minta tolong sekali ini, jangan larang aku. Aku punya sesuatu yang harus dipastiin!" pinta dia bersungguh-sungguh.
"Aku janji bakal kasih tau teteh kalau aku udah kembali." ucapnya berusaha yakinin aku.

"Setidaknya bilang dulu,  mau kemana?"

"Ke rumah Budhe." jawabnya singkat.

"Tapi jauh dek, jauh!" ucapku memperingati.

Bukan tanpa sebab aku ngegas begini. Soalnya rumah Budhe di Bogor. Dari sini ke sana bisa nyampe 2 jam-an. Ketambah ibu kota selalu macet setiap hari. Gimana aku gak khawatir.

"Kakak gak perlu khawatirin aku, aku bisa."

Dia menatapku dengan sorot meyakinkan. Dan kayaknya aku juga gak bisa terus larang dia. Aku tau anak 13 tahun di hadapanku ini gak akan berbuat sesuatu tanpa ada alasan kuat. Lagipula ... Aku juga penasaran tentang sesuatu yang ingin  diketahuinya.

💧💧💧


"Wey! Mi, kenapa lo?" teguran Sani membuatku sedikit kaget, Sani lalu duduk di sampingku.

"Ngelamunin apaan sih lu, sampe kaget gitu?" tanya dia, mungkin dia memperhatikanku yang sepanjang pelajaran terlihat kurang fokus.

"Gapapa, San. Lo gak ke kantin?"

"Lah ini gue mau ngajak lo ke kantin... Kuy!" ajaknya. Tadinya aku pengin di kelas aja. Tapi Sani maksa, ya aku mau gak mau ngikutin aja, daripada aku harus jelasin alasan kegalauanku ke dia.

Seperti biasa. Kantin ramai, pake banget. Aku dan Sani gabung sama gerombolan Uni Indah karena Uni Indah yang nyuruh kami gabung.

Aku masang wajah ceria sebisaku.

"Ya kalau gak ada alasan buat senang, gak perlu maksa sok ceria gitu!" tegur Uni Indah saat aku tersenyum lebar melihat tingkah Aini yang lagi rebutan Mas Coach Volley dengan Elvira.

Rebutan dengan artian saling mengakui kalau Mas Coach adalah calon pasangannya masin-masing.

Tapi Uni Indah kayaknya tau kalau senyuman lebarku itu fake. Dan memang selalu tau.

"Apa sih, Ni. Si Aini kocak tau!" seruku.

"Fake tau!" serunya gak mau kalah.

"Dih haha keliatan banget ya, gak bisa fake aku tuh ..." ucapku sedikit alay.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang