Seminggu setelah kedatangan Kak Gian ke rumah, aku cukup dikagetkan oleh kabar darinya...
Kak Gian tiba-tiba setuju dengan perjodohan kami.
Aku sempat berpikir apa alasannya?
Apa mungkin dia putus dengan pacarnya dan menjadikan perjodohan ini sebagai ajang move on?
Ya, bisa jadi.Kalau begitu aku dan Kak Gian punya tujuan yang sama.
Setelah mendengar persetujuan dari Kak Gian, keluarganya langsung gencar menyiapkan pesta pernikahan kami.
Tapi daripada pesta, acara pernikahanku lebih dirancang seperti acara syukuran.
Katanya kalau aku ingin resepsi meriah, aku bisa merayakannya setelah aku lulus sekolah.
Well, aku tidak menuntut apa-apa pada pernikahanku sendiri.
Aku benar-benar merasa tidak punya hasrat untuk melakukan apapun setelah aku putus cinta.
Dan sekarang, seminggu menjelang pernikahanku, aku dipingit.
Ini kemauan keluarga Kak Gian tentunya.
Selain itu aku juga disuruh puasa, supaya aku terlihat manglingi saat akad dan calon suamiku bisa terpesona.
Aku bisa memaklumi semuanya, karena keluarga Kak Gian adalah orang Jawa dan tergolong yang cukup kolot.
Entah bagaimana caranya ... tapi keluarga Kak Gian berhasil mendapatkan izin bagiku untuk dipingit.
Bahkan kepala sekolahku bilang supaya aku jangan khawatir soal urusan sekolah.
Aku tentunya heran...
Sebab seharusnya seorang yang sudah menikah tidak diperbolehkan sekolah.
Aku kira pernikahan kami benar-benar akan menjadi rahasia keluarga kami saja. Tapi tidak.
Aku juga gak tau kenapa, dan pengaruh apa yang dimiliki keluarga Kak Gian.
Aku gak mau memikirkannya berlebihan.
💧💧💧
Hari H tiba.
Aku sudah didandani dan memakai kebaya adat Sunda dan juga siger khas Sunda yang menghiasi kepalaku.
Untuk gaun pengantin, kami memutuskan untuk memakai sesuai adat kami masing-masing.
Sedangkan untuk keseluruhan acara adat Jawa yang mendominasi.
Sekarang aku sedang duduk menatap pantulan diriku di cermin kamarku.
Ya ... semua acara dilaksanakan di rumahku.
Ada rasa sedih yang kurasakan seperti kebanyakan pengantin wanita lain.
Meninggalkan Ibu, Bapak, Adek dan kamar yang sudah jadi habitatku selama 17 tahun ini. Lalu kebiasaan yang selalu kulakukan di rumah ini.
Aku akan merindukan semuanya...
"Teh..." panggil Tino yang baru masuk ke kamarku.
"Siap-siap katanya, sebentar lagi ijab kabul," ucapnya.
"Lah teh?" heran Tino, mungkin dia melihat air mataku lolos.
"Apa?!" ucapku mencoba kuat, tapi malah seperti orang marah.
"Jangan nangis, MUA mahal kan?" katanya tanpa ekspresi seperti bisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siap, Coach! (Completed)
RomanceMasa Pertengahan Putih-Abuku banyak melewati rintangan, ketambah lagi sama Pelatih ekskul volley yang akhir-akhir ini gencar ngechat aku via WhatsApp. Dia kenapa sih? Start : 29 Maret 2020 End : 10 Januari 2021