19

153 12 0
                                        

Karena libur semesteran, kayaknya aku bakal update seminggu 2x. Kayaknya.

Happy Reading 💕

.

.

"Cie yang pacaran di UKS." ujar cowok dengan hoodie berwarna biru tua.

"Rendi? Ngapain disini?!" aku memberikan tatapan nyalang padanya.

Harusnya dia sudah pulang, tapi kenapa dia disini? Dia harusnya gak punya urusan lagi di sekolah karena dia bukan anggota ekskul volley.

"Gue habis dari kelas ngambil barang gue, terus karena ngelihat lo disini mending gue sekalian jengukin lo kan?" Dia tersenyum miring,
"Jadi udah lama lo pacaran sama pelatih volley itu?" tanya Rendi lalu duduk di kursi yang tadi ditempati Mas Bayu.

Aku juga sudah tidak berbaring lagi sejak aku tahu kalau Rendi yang datang.

"Bukan urusan lo!"

"Buset santai dong," Dia tertawa melihat tingkahku yang waspada.

"Soal kejadian seminggu yang lalu, gue minta maaf," ucapnya tanpa intonasi apapun. "Gue gak punya kesempatan untuk minta maaf kalau di kelas. Lo harus tau Mi, gue begitu karena gue beneran suka sama lo, bukan obsesi. Dan sekarang gue sadar perlakuan gue salah, dan gue juga bakal nyerah apalagi kalau saingannya kayak pelatih volley."

"Lo udah sadar? Terus yang kemarin-kemarin itu lo gak sadar? Kesurupan huh?" ucapku memborong pertanyaan.

"Haha bisa jadi." Dia tertawa lagi.

"Udah dimaafin kok, gak enak juga kalau selek sama temen sekelas." tukasku apa adanya, aku beneran risi saat belajar di kelas setelah kejadian kurang baik waktu itu, bahkan sejak Rendi nembak aku pun aku sudah merasa sangat risih.

"Thanks. Btw gue waktu itu nembak lo disini juga kan?" Rendi memandang sekitar.

"Iya." balasku singkat.

"Terus lo dorong gue sampe jatoh terus gue kepentok njir!" keluhnya lalu mengusap kepalanya sendiri seolah kejadian itu baru saja terjadi.

"Lah lo juga! ngapain deket-deket!" kesalku.

"Gue maju karena lo mundur, di belakang lo waktu itu ada alat peraga nanti kalau lo mundur terus yang adavanak IPA kagak bisa praktek." ungkapnya di luar dugaan.

"Emang ada alat peraga disini?" aku penasaran.

"Iya, waktu itu ditaruh di sebelah sini." Dia menepuk space meja panjang yang kini hanya ditaruh dispenser dengan galon.

"Oh begitu." Aku hanya mengangguk patuh karena aku gak tau ucapan dia benar atau tidak.

Tapi sepertinya anak IPA sering menaruh alat peraganya di UKS setelah selesai belajar. Mungkin karena posisi Labnya cukup jauh jadinya ditaruh di UKS.

"Yaudah gue balik, cepet sembuh..." pamit Rendi lalu tersenyum manis, matanya membentuk garis seperti sedang memakai eyeliner dengan variasi eye cat.

"Bentar Ren, eum... lo bisa rahasiain hubungan gue-"

"Bisa kok, santai." Rendi memotong ucapanku.

Setelah itu dia beranjak dari UKS.

CKLEK~

"Mi, Mi, tadi si Rendi kan yang dari sini? Ngapain dia?" tanya Aini heboh begitu dia masuk ruang UKS.

"Iya, jengukin gue katanya." Aku terkekeh sendiri mendengar jawabanku.

"Lah kok?" Uni Indah mengerutkan dahi mungkin heran dengan jawabanku.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang