32

117 11 0
                                    

"Assalamualaikum, Mas pulang." aku bisa mendengar teriakan Mas Bayu dari depan. Aku mau nyambut dia tapi aku masih susah nenangin diri.

"Dek?"

"Ami?"

"Rahmilia, kamu kenapa?" tanyanya cemas mendengarku terisak.
Aku malah nangis lagi ditanya seperti itu.

"Hey, look at me." ucap mas Bayu menyentuh bahuku.

Aku yang tadi tiduran pelan-pelan nyoba buat duduk.

"Mas udah pulang?" tanyaku basa-basi sambil masih terus terisak.

"Ada apa?" Aku menggeleng merespon pertanyaan Mas Bayu, tapi dia justru membawaku ke dekapannya.

"Hiks, temen-temenku tau soal kita." aduku.

"Terus respon mereka gimana?" Mas Bayu bertanya sambil mengusap-rambutku.

"Mereka marah sama aku," jawabku lirih. "Nanti kalau satu sekolah tau gimana? Aku pasti di DO kan?" Aku menangis lagi, kencang. Aku gak bisa ngebayangin kalau aku harus didrop-out.

"Kita cari solusinya ya, sayang. Kamu percaya kan sama Mas?" ujar Mas Bayu sembari menghapus air mataku.

Aku mengangguk tanpa ragu, karena memang sudah aku putuskan untuk percaya lagi sama laki-laki dewasa di hadapanku ini.

"Good, berhenti nangis ya. Soal temanmu, mereka cuma kecewa sebentar karena kamu menyembunyikan hal yang penting dari mereka, cuma sebentar. Mas yakin." ucap Mas Bayu.

Aku hanya mengangguk, habis itu aku memeluknya lagi.

Agak gak tau malu memang, tapi kan kami sudah berdamai. Bukan kami sih, lebih tepatnya aku.

Aku sudah berdamai dengan rasa kecewaku sama Mas Bayu. Lagian selama hampir 3 hari kita LDR, hubungan kita jadi makin membaik.

Semoga rasa kecewa temen temenku juga cepet cepet berakhir. Seperti kata Mas Bayu, semoga cuma sebentar!

Sepulang sekolah tadi aku disidang sama ketiga temanku. Aini, Uni Indah dan Sani.

"Gila ya, Mi, lo anggap kita ini apa?" cecar Aini.

"Maaf." ucapku.

Cuma kata itu yang terbesit di otakku.

"At least kasih tau kita dong kalau misal gak bisa ngundang karena acaranya tertutup." Sani pun terlihat kesal.

Hampir satu tahun aku jadi teman sebangku Sani, tapi baru kali ini aku lihat Sani natap aku dengan tatapan kesal kayal gini.

"Lo bilang Kak Bayu ngasih tau temen-temen deketnya kan? Terus kenapa lo nggak?" tukas Aini.

"Aini tenang, biarin Ami jawab pertanyaan lo satu satu," Kali ini Uni Indah yang angkat suara.

"Jadi apa alasan kamu?" tanya Uni Indah.

Sumpah aku ingin menangis saat bersitatap dengan Uni Indah. Tapi aku menahannya.

"Maafin gue, gue gak punya pilihan. Gua udah bilang kan pernikahan gue hasil perjodohan. Gue cuma takut informasi ini kesebar di sekolah."

"Masalahnya lo sembunyiin hubungan lo sama Mas Bayu dari sebelum kalian nikah. Maksudnya apa?!" potong Aini.

Aku cuma bisa diam.

"Lo takut gue cemburu? Atau takut gue ngerebut Mas Bayu lu? Hah? Jawab!" bentak Aini, dia kelihatan berang. Aku beneran takut ngelihat sosok Aini sekarang. Aini beneran serem kalau lagi marah gini.

"Aini!" tegur Uni Indah.

"Terserah deh, udah males gue ngomong sama tukang bohong." Aini bangkit dari duduknya lalu dia pergi meninggalkan cafe yang kami tempati.

"Gue juga mau pulang, nyokap gue udah ngechat." Setelah itu Sani pun ikut menyusul kepergian Aini.

Sekarang tinggal aku dan Uni Indah.

"Ami, nanti kita berempat ngobrol lagi ya. Sekarang lebih baik pulang."

Begitu percakapan kami sore tadi di cafe seberang sekolah. Setelah itu aku langsung pulang lalu menangis sejadi-jadinya di kamar.

"Kamu lapar gak?" tanya Mas Bayu.

Aku mengangguk menjawabnya.

"Mau Mas masakin gak?"

Dahiku otomatis mengkerut, "Emangnya Mas bisa masak?"

"Nggak sih."

"Ish terus ngapain nanya begitu?!"

"Haha oke maaf." ucapnya lalu terkekeh ringan sambil mengacak rambutku.

"Eum kalau gitu aku aja yang masak." usulku, seketika aku ingat resep sayur asem yang diajarin Bunda 3 hari yang lalu.

"Memang bisa?" Mas Bayu bertanya sambil menaikkan satu alisnya.

"Bisa dong, aku diajarin masak sama Bunda pas Bunda nginep." ungkapku.

"Oh ya?"

"Hu'um!"

"Masak apa?"

"Makanan kesukaan Mas."

"Apa? Makanan kesukaan aku kan banyak?"

"Ada deh, jadi mau gak aku masakin?" tawarku sekali lagi.

"Mauuu dong." katanya sambil mencubit pipiku.

"Tapi janji dulu, kalau gak enak bilang ya!" ucapku sembari memberikan jari kelingkingku.

"Hm oke." jawabnya menyatukan jari kelingking kami.

__________Bersambung__________

Egimanaleee Mas Bayu manis leeeee aku jatuh cinta terngiang ngiangeee

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang