6

247 24 2
                                    

Boleh vote dari sekarang biar gk lupa :')

Happy Reading 💞
.
.

Saat aku masuk ke rumah, keadaan tetep masih sepi. Mungkin cuma ada Adek di kamarnya... Sedangkan Bapak sama Ibu belum pulang.

Aku juga heran, biasanya mereka sudah pulang sebelum langit gelap. Tapi sekarang entah apa alasannya, mungkin Ayah lembur dan Ibu lagi punya urusan tertentu.

Aku mengembuskan nafas gusar.

Aku jadi keinget lagi sama cerita Adek dan rasa penasaranku otomatis muncul saat mengingat cerita itu.

Ibu kandungnya Adek, kenapa gak pernah ada yang nyoba buat ngasih tau dia?

Apa karena Adek masih kecil? Atau ada sesuatu di masalalu mereka sehingga keberadaannya perlu disembunyikan?

Kali ini otakku yang biasanya males mikir kubiarkan mikirin semua ini.

Karena ini penting! Ini menyangkut Adekku walaupun ternyata kami beda ibu.

Setelah cukup lama aku bengong sambil mikirin masalah itu, aku melihat ke arah kantong jajanan yang dikasih Mas Bayu.

Ngomong-ngomong jajanannya lumayan banyak juga.

Salah satunya ada snack favorit Adek, jadi kuputuskan sebagian besar jajanannya kubawa ke kamar Adek. Dan separuh lagi sudah kutaruh di kamarku.

Pas aku ngetuk kamar Adek tapi gak ada sahutan, aku langsung nyelonong masuk dan naruh jajanannya di meja belajar Adek.

Pantes gak digubris, ternyata penghuni kamarnya lagi tidur.

Aku tanpa sadar tersenyum ngeliat Adek tidur dengan masih menggunakan sarung. Kayaknya dia habis salat magrib.

Aku menepuk keningku, aku jadi ingat kalau aku belum salat magrib. Padahal waktu isya sebentar lagi tiba tapi dari pas nyampe rumah aku cuma bengong kayak sad girl di kamar.

Huft, padahal yang punya masalah aja gak kelihatan kayak sad boy.

Aku pun lekas ke kamar mandi, wudhu dengan hati-hati agar tidak mengenai perban di sikut kiriku dan luka-luka lain yang gak diperban. Habis itu langsung salat agar jiwa jiwa sad girl-ku hilang.

Benar aja, setelah salat aku gak sedih lagi tapi aku malah kayak bocah kurang waras karena senyum-senyum sendiri.

Apalagi saat melihat snack dari Mas Bayu yang kutaruh diatas kasur tadi.

Ah gila! Jiwa jomblo ini meronta-ronta.

Tapi wajar gak sih aku sesenang ini dikasih jajanan sama pelatih ekskulku?

Habis perlakuannya hari ini manis banget dan muka gantengnya yang cukup ramah walaupun gak berekspresi bikin aku melting sendiri.

Ini termasuk 'tumben'. Karena aku orangnya gak gampang ambyar sama cowok tapi kali ini aku ter-impress sama sikap Mas Bayu.

Dia orangnya tegas, kadang bikin segan, bertanggung jawab, gak banyak omong tapi juga bisa hangat meski seringnya dingin sih, sikapnya tergantung cuaca kayaknya. Pokoknya kind of paket komplit deh!

Tapi aku segera menyingkirkan kehaluanku saat ingat pengakuannya kalau dia udah punya pacar.

Jadi maneh ngarepkeun Mas Bayu, Mi? Halu!

Dalam hati aku mewanti-wanti diriku sendiri agar tidak halu, lagipula tindakannya murni karena merasa bersalah.

Gak mungkin banget dia suka bocah SMA baru gede kayak aku kan?

Selisih umur kami juga lumayan, mungkin sekitar 4 atau 5 tahun.

Karena yang kudengar, setelah lulus kuliah dia langsung memilih jadi pelatih di sekolahku. Dia kayaknya orang yang direkrut oleh kepala sekolah baru.

Brak!

Suara pintu yang ditutup kencang membuat aku terperanjat.

Entah pintu mana yang dibanting tapi aku yakin orang yang menutup pintu sedang marah.

Aku memutuskan untuk keluar dari kamar, dengan langkah pelan tapi pasti aku akhirnya melihat kedua orang tuaku yang sedang berhadapan.

"Berubah, Mas! Dia itu anakmu juga!" Omel ibu cukup keras.

"Berubah gak semudah itu, Ta!" sanggah Bapak.

"Sekarang kamu mau gimana? Anakmu udah tahu kalau aku bukan ibu kandungnya, sekarang kamu bisa bayangkan gimana perasaan dia?" tanya ibu, nada bicaranya sudah melunak tapi tetap tegas.

"Tapi setidaknya kamu jangan pergi dari rumah, Ta. Jangan pulang ke rumah orang tuamu..." pinta Bapak dengan lemah.

"Aku bingung, Mas. Aku harus jelasin apa ke Tino? Bagaimana kalau dia nanya keberadaan ibu kandungnya? Kamu bisa jawab?" pertanyaan ibu sekarang diselingi isakan.

Ibu nangis.

"Maafin Mas, Talitha." ucap Bapak lalu membawa Ibu ke pelukannya.

"Tolong jangan sakitin Tino lagi dengan berlaku pilih kasih, Mas. Kasihan dia... Dia juga punya hak yang sama seperti Ami." pinta ibu dalam pelukan Bapak.

"Maaf, tapi saat melihat dia aku jadi ingat bagaimana aku nyakitin kamu dulu, dia wujud dari ketidaksetiaanku sama kamu, Ta." lirih Bapak.

"Tapi dia anak kandungmu, Mas. Dia pasti butuh kasih sayang seorang Bapak ... apalagi sekarang dia beranjak remaja. Dia butuh Bapaknya untuk jadi role modelnya."

"Akan kucoba, Ta." ucap Bapak menjauhkan wajah Ibu agar bisa dilihatnya.

"Janji ya?" tanya Ibu meyakinkan, air mata Ibu sudah dihapus sama Bapak.

"Tapi kamu juga janji jangan pernah bilang pengin pisah, okay?" tawar Bapak tersenyum manis ke arah Ibu.

Ibu mengangguk, "Okay."

"Aku sayang kamu, Talitha Yunia Sandra." ucap Bapak.

"Aku juga, Fahmi Danar Sandra." balas Ibu lalu memeluk Bapak erat.

Dosa gak sih ngintipin orang tua kayak gini?

Ah gapapalah...

Okay! Dari pembicaraan Ibu dan Bapak aku bisa menyimpulkan beberapa hal.

Pertama, pemikiran Adek kalau Bapak benci sama ibu kandungnya Adek itu sepertinya keliru.

Kedua, Bapak pernah khianatin Ibu, dan Adek adalah hasilnya. Lalu Bapak berlaku pilih kasih sama Adek karena saat ngeliat Adek, Bapak teringat pengkhianatannya ke Ibu

Ketiga, Bapak ternyata sebucin itu sama Ibu.

Well, aku gak terlalu kaget sama point ketiga. Aku tahu Bapak sayang sama Ibu meski Bapak jarang nunjukin sikap romantisnya.

Tapi aku gak tau kalau Bapak sebucin itu sampai imejnya yang terkesan galak menciut drastis ketika berhadapan sama Ibu.

Mungkin karena mereka jarang interaksi juga kalau gak di kamar. Saat makan bersama pun mereka terlihat biasa aja ... tapi aku pernah sekali mergokin Bapak sama Ibu pacaran di dapur.

Saat itu Bapak nyiumin puncak kepala Ibu yang gak terhalang kerudung karena Ibu lagi masak dan belum siap-siap ke kantor.

Mengingat kejadian itu aku jadi halu dan berharap ...

"I hope, sometime i can meet someone that love me unconditionally."

Aamiin hehe...

________Bersambung_______

Selamat 9 hari jelang ramadhan, eh iya kan?
Stay safe ♡

Votmentnya silakan...

CU!
-3064-

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang