18

135 13 0
                                    

"Adit, tolong ambil bola volleynya." instruksinya sambil sibuk membenarkan posisi net.

"Oke Kak." jawab Adit antusias, dia sepertinya senang terpilih jadi asisten coach volley.

Hari ini hari Selasa, sudah seminggu sejak acara hari jadi sekolah.

Dan sesuai jadwal, hari ini adalah hari latihan untuk ekskul volley.

Pacarku sudah datang sejak 15 menit yang lalu, dia tiba di sekolah dengan setelan kantor yang rapi lalu sekarang sudah mengganti bajunya dengan kaos oblong warna navy yang cocok sekali dengan kulitnya.

Dia ganteng sekali!

Daritadi aku berusaha mencari objek lain untuk kulihat selain Mas Bayu. Karena setiap aku melihat ke arahnya aku mati-matian menahan senyumku.

Ah gila! Ini risikonya pacaran backstreet!

Aku harus pandai mengendalikan ekspresiku. Enak sekali jadi Mas Bayu, dia seperti gak kesusahan sama sekali dengan keadaan ini.

Ngomong-ngomong ini pertemuan pertama kami di ekskul volley setelah kami jadian.

Mas Bayu memerintahkan Adit untuk memimpin pemanasan setelah kami berbaris.

"Ya Ampun, itu Kak Abay ngapain pake topi segala sih? Kan gak kelihatan muka gantengnya." Aini mengoceh sambil mengikuti gerakan pemanasan yang dilakukan Adit.

"Au tuh jadi misterius gitu kesannya, gemes deh." tanggap Sena, siswi bertubuh bongsor yang baru-baru ini pindah ke ekskul volley.

Alasan perpindahannya sangat sederhana ; Karena pelatihnya ganteng. Itu saja. Cih! Dia benar-benar tipe orang yang terang-terangan.

"Iya, jadi semakin ingin memiliki." bisik Aini sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Sena.

Karena aku diapit oleh Aini dan Sena jadinya saat Aini mencondongkan tubuhnya, dia semakin dekat denganku.

"Eh pemenasan yang bener!" tegur Uni Indah pada Aini dan Sena. Dia berbaris tepat di belakangku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku pertanda aku setuju dengan Uni Indah.

"Aish! Yaudah sih." desis Sena terlihat dongkol.

"Tau ya, Sen. Apa salahnya mengagumi ciptaan Tuhan." sanggah Aini lalu menjulurkan lidahnya meledek Uni Indah.

"Eh Aini! Nih bocah malah ngobrol bukannya pemanasan." tegur Adit.

"Siapa yang ngobrol?" Mas Bayu yang tadi duduk di pinggir lapangan sekarang sudah berdiri menghampiri barisan.

"Itu Kak, Ami and the gang." jawab Adit.

Ami and the gang?

Sialan si Adit main asal jawab aja.

Padahal daritadi aku diam saja. Selain karena sedikit lemas, aku juga tau Mas Bayu gak suka kalau ada yang mengobrol saat pemanasan. Dia pernah bilang waktu pertama kali memperkenalkan diri.

"Ami and the gang silakan maju menghadap saya." Mas Bayu menginstruksi. Nada bicaranya tegas seperti biasa atau barangkali bukan hanya tegas tapi memang betul-betul marah.

Karena namaku yang disebut aku langsung maju, diikuti Aini yang mungkin merasa bersalah karena dialah tersangkanya.

Uni Indah juga setelah itu mengikuti, karena jika ada aku dan Aini pasti Uni Indah juga ada disitu. Selain itu, Uni Indah mungkin merasa tidak setia kawan kalau cuma aku dan Aini yang maju.

"Semuanya... bukankah saya pernah bilang kalau pemanasan itu penting?" tanya Mas Bayu.

"Iya Kak." jawab semuanya kecuali aku, Aini dan Uni indah.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang