30

132 11 0
                                    

"Lo abis ngapain gak tidur semaleman?" tanya Sani saat jam pelajaran pertama di mulai.

Aku datang ke sekolah tepat semenit sebelum bel berbunyi dan sejak aku datang Sani terus menjejaliku pertanyaan.

Ah aku heran kenapa bawah mataku harus sehitam ini karena begadang satu malam aja.

"Ya gitu, San." jawabku seadanya.

"Gitu gimana? Gak abis nemenin sugar daddy kan?" Sani terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya.

Sedangkan aku hanya menatapnya datar.

Kalau dibilang sugar daddy sih bukan, tapi sugar husband kali ya.

"San, diem deh, asli gue cuma tidur 2 jam." jelasku supaya Sani berhenti bertanya.

"Yaudah sorry sih. Lo marathon drakor lagi?" Sani bertanya lagi, kali ini kurespon dengan anggukan saja supaya gak ada pertanyaan lain.

Ngomong ngomong, pagi ini aku gak lihat Mas Bayu. Entah dia berangkat jam berapa. Tapi dia mengirimku pesan tadi, katanya dia harus pergi ke luar kota. Aku rasa itu perjalanan bisnis, mungkin BRL akan buka cabang di kota lain, entahlah.

Tapi ngelihat dia yang bekerja keras begitu bikin aku sadar diri. Aku keterlaluan gak sih jadi istri?

Dia menjalankan kewajibannya sebagai suami, yaitu menafkahi aku. Sedangkan aku? Tak ada satu hal pun peran yang kulakukan sebagai seorang istri untuknya.

Mungkin Mas Bayu sial karena menikahi cewek kekanakkan kayak aku.

"Ami!" seruan Pak Boni bikin aku mengerjap.

"Iya, Pak?" jawabku formal.

"Denger gak tadi saya jelasin apa?" tanya Pak Boni mengintimidasi.

Jujur aku benci tipikal guru yang mengintimidasi seperti Pak Boni. Karena bukannya bikin murid merasa nyaman selama pembelajaran, beliau malah bikin belajar itu terkesan tidak menyenangkan karena selalu ditekan.

"Tidak, Pak, maaf." jawabku jujur.

"Yang seperti ini jangan dicontoh ya, kalian ini minggu depan sudah ulangan kenaikan kelas. Di kelas 12 pelajaran akan lebih kompleks lagi untuk persiapaan SBMPTN. Jadi jangan mikirin hal-hal yang tidak penting dulu. Kalian masih anak sekolah sudah banyak pikiran, apalagi kalau sudah menikah dan berkeluarga." ucap Pak Boni memberi wejangan.

Ucapan Pak Boni memang tidak salah, tapi nada bicaranya yang sinis selalu berhasil membuat anak didiknya terpojok.

Masalahnya selain aku anak sekolah, aku juga sudah menikah. Dan yang kupikirkan kurasa bukan hal yang tidak penting. Ini masalah peranku sebagai istri.

Selama 3 minggu lebih aku menjadi istri Mas Bayu aku selalu merasa Mas Bayu pantas menerima sikapku yang acuh karena dia udah membohongiku.

Tapi gimana kalau aku yang buat kesalahan? Kalau aku suatu saat berbohong dan Mas Bayu melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan? Apalagi sampai minta cerai.

Aku pasti bakal sakit hati.

Selama ini Mas Bayu pun tidak pernah protes apalagi memerintahku untuk menyiapkan kebutuhannya.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang