34

120 13 0
                                    

Seperti biasa, hari Senin selalu terasa tiba lebih cepat.

Hari ini hari pertama ujian kenaikan kelas. Aku gak banyak belajar, aku malah minta jalan jalan sama Mas Bayu dengan dalih supaya otakku encer pas ujian.

Hari ini aku berangkat sekolah dengan perasaan berbeda. Cemas, takut, dan minder. Pokoknya pagi ini perasaanku dipenuhi emosi negatif.

Tapi untungnya ada Mas Bayu, suamiku. Kesayanganku. Imamku. Jodohku.

Sejak subuh tadi Mas Bayu bilang, "Hari ini bakal berjalan baik, asal kamu yakin aja." ucapnya sambil mengelus rambutku yang terhalang mukena selepas kami sholat subuh.

Aku senang, selama weekend kami quality time berdua. Persis orang yang baru-baru pacaran.

Kami ke Dufan, kami keliling kota pakai motor Mas Bayu yang sama sekali belum pernah aku naiki sebelumnya. Kami juga nontonin matahari terbenam, dan masih banyak kegiatan pasangan lain yang kami lakukan, yang tentunya dengan lebih leluasa.

Iya dong leluasa, kan udah halal hahaha.
Tapi belum seleluasa itu juga. Kami masih nikmatin waktu layaknya orang pacaran dengan dibumbui beberapa kecupan.

Meskipun aku lagi belajar buat jadi istri yang baik dan memahami kewajiban-kewajibanku, tapi aku masih membatasi diri ketika berhadapan dengan Mas Bayu. Karena aku gak mau terburu-buru, dan syukurnya Mas Bayu juga mengerti aku.

"Beneran gak mau Mas antar aja?" tawar Mas Bayu kedua kalinya.

Gaya bicara Mas Bayu juga sekarang sudah gak terlalu formal.

"Nggak, Masnya akuuuu." jawabku meyakinkannya.

Dia tersenyum.

Ah indah banget.
Tapi aku nyadar sesuatu yang indah gak didapetin cuma-cuma. Walaupun hubunganku dengan Mas Bayu bisa begini cuma karena niat baikku yang mau percaya lagi sama dia, tapi di sisi lain ada sesuatu yang pelan-pelan diambil dariku. Yaitu kepercayaan teman-temanku.

"Aku berangkat duluan ya, Mas." pamitku lalu aku mengambil tangan besarnya untuk kucium.

"Cium tangan aja?" Mas Bayu menginterupsi langkahku.

"Terus?"

Mas Bayu menunjuk pipinya sendiri sambil tersenyum tipis.

Cup

"Udah ya, Assalamualaikum." Setelah itu aku pergi ke basement, menaiki motorku lalu mengendarainya menuju sekolah.

Hari ini bakal berjalan yang baik, asal aku yakin!

💧💧💧

Aku tiba di sekolah cukup pagi, tapi tidak terlalu pagi juga karena murid-murid yang lain sudah banyak yang datang.

Termasuk Sani.

Teman sebangkuku itu sudah ada di bangkunya saat aku masuk ke kelas. Sibuk menonton sesuatu di ponselnya. Biar kutebak, dia lagi nontonin bias-biasnya.

"Mi, ikut gua." cicit Rendi yang tiba tiba memintaku mengikutinya ke luar kelas. Aku ingin menyapa Sani saat dia menatapku, tapi Rendi keburu menarik tanganku, dia membawaku ke rooftop.

"Apaan sih? Gue baru mau naruh tas juga." beoku.

"Lo kemana aja sih, dari kemarin gue chat juga." Rendi menatapku kesal.

"Sibuk pacaran gue. Kenapa sih lo?!" tanyaku heran.

"Semua lagi pada ngomongin lu." ucap Rendi geregetan.

Siap, Coach! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang