Hujan badai menerpa daerah tempat tinggal Lan Xichen. Rumah megah dengan benteng setinggi 3 kali lipat tinggi pria dewasa diterpa derasnya hujan seukuran biji jagung.
Hari yang seharusnya dihiasi matahari terik tepat berada diatas ubun-ubun digantikan oleh gelapnya awan badai. Ditambah lagi dengan anak-anak yang saat ini disibukkan oleh tugas tugas sekolahnya yang menumpuk.
Alhasil Xichen dan Wanyin sangat kebosanan. Terlebih Wanyin, Xichen hanya bosan sedikit.
"Sayang..." Wanyin memanggil suaminya dengan nada manja melebihi JinLing saat meminta sesuatu. Xichen tak menggubrisnya, ia lebih tertarik menatap ponsel yang sedang menampilkan laporan perusahaan hari ini karena seharian ini ia gunakan untuk berdiam diri di dalam rumah.
Wanyin merasa teracuhkan. Ia mendengus lalu bergerak semakin dekat ke sisi Xichen berharap suaminya itu merespon panggilannya, semakin dekat, terus mendekat sambil merengek hingga ia kesal dan memukulkan kepalanya ke perut Xichen.
Xichen mengaduh, rasanya seperti perutnya telah terhantam bola basket yang dipantulkan oleh seorang pemain profesional. "Kenapa sayang?" Xichen mengelus perutnya lalu menaruh ponselnya setelah itu meladeni istrinya yang sedang kebosanan.
Sebenarnya ia tidak secara sengaja mendiami istrinya. Xichen teringat kejadian lampau saat istrinya kebosanan. Ia hanya tidak mau istrinya menginginkan hal yang sama lagi. Jadi keputusan untuk tetap diam adalah yang terbaik.
"Bosan" Wanyin membaringkan kepalanya diatas perut Xichen dan ia menerima buaian dirambutnya oleh pemilik perut.
"Hujan gini enaknya kelon tau yank" Xichen menarik dagu Wanyin mengarahkannya mendekat lalu memberikan satu kecupan tepat dibibir indah yang selalu menjadi kesukaannya.
Merasa kesal karena ditanggapi dengan lelucon, ditengah kecupan mereka Wanyin menggigit bibir bawah Xichen yang menyebabkan bibir Xichen sedikit lebih merah.
Wanyin bangkit untuk duduk menghadap ke arah Xichen lalu menyatukan lengannya di dada bersedekap sambil melengkungkan bibir nya kebawah dan menggembungkan kedua sisi pipinya.
Xichen terkekeh, istrinya super duper imut saat ini. Ia bangkit duduk menyamakan posisi dengan Wanyin saling menatap. Xichen tetap diam dengan senyum bodoh sedangkan Wanyin tetap dengan ekspresinya. Xichen tak tahan, ekspresi Wanyin sungguh menggoyahkan pilarnya.
Dengan cepat Ia bergerak mendekat lalu mengigit sisi kiri pipi Wanyin menggunakan bibirnya.
"Mau apa sayangku?"
"Ck, aku masih marah ya sama kamu"
"Marah kenapa sih sayangku?" Tanya Xichen sambil merebahkan kepalanya diatas pangkuan istrinya. Rak berhenti sampai situ, Xichen menyingkap piyama Wanyin lalu menciumi perut Wanyin yang sedikit buncit.
"Gak tau sebel aja, suka-suka aku dong"
"Yaudah maafin aku yaa"
"Oke, tapi kamu harus turutin apa mau ku" Wanyin.
Xichen bangkit lalu menatap Wanyin dengan jarak wajah hanya 10 cm. Xichen "iya ratu ku"
Wanyin menggeleng, tangannya menjauhkan Xichen dari hadapannya"Aku gak mau dipanggil ratu"
"Maunya dipanggil apa?" Xichen
"Terserah" Wanyin
Xichen mengetuk dagunya berfikir "kitten?"
Wanyin menggeleng.
"Yang mulia?"
Wanyin mengangguk sambil bertepuk tangan. Ia menyukai panggilan barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...