Xichen membanting kesal tas kerja yang sedari siang ia tenteng. Dasi yang awalnya terpasang rapih kini tak lagi simetris. Masalah besar sedang menerpa perusahaannya.
Tubuh besar itu ia lempar ke atas sofa empuk ruang tamu. Kedua jari telunjuk dan ibu jarinya memijit keras dahinya yang sejak tadi berdenyut nyeri, berharap bisa meredakan nyerinya dan jika perlu meredakan masalahnya.
Disisi lain, tanpa menyadari eksistensi ayahnya, JinLing berjalan tenang sambil menatap ponsel dan memakan ice cream nya yang sebentar lagi habis.
"Adek, Papa mana?"
JinLing terkejut, nyaris melempar ponselnya. "Eh daddy ini, adek kaget tau!"
"hm, maaf" ucap Xichen singkat
Alis JinLing berkerut, dalamnya hampir sama seperti kerutan milik ayahnya. Penasaran, JinLing segera menghabiskan cone ice cream nya dalam sekali lahapan.
"daddy kenapa dad, kok kusut banget?" JinLing mendekat ke ayah nya.
Xichen tidak bergeming, masih dengan kegiatannya memijit dahi. "Adek tolong panggilkan papa dong dek, daddy pusing banget"
JinLing mendecak kesal lantaran pertanyaannya tidak digubris. Kakinya menghentak berjalan menuju dapur dimana pasti sang papa tercinta singgahi, karena ini sudah masuk jam makan siang.
"papa, dicari daddy tuh!"
Wanyin membalikkan tubuhnya, sambil membawa sepiring pasta ditangannya. "eh adek sudah pulang, gimana sekolahnya sayang?"
"ya gitu deh... kenapa ya pa guru di sekolah adek tuh pada ngeselin semua, masa adek tadi dihukum cuman gara gara tidur di kelas. Kan padahal tidur tuh hak manusia kan pa?!"
Wanyin tertawa, dia berikan ciuman gemas di kedua pipi anaknya yang tengah beranjak dewasa ini. "Adek, itu memang hak manusia, hak adek kok untuk tidur tapi kan pak guru nya punya hak untuk didengarkan juga waktu dia menjelaskan. Adek juga kalau mau menuntut hak nya adek ya adek juga harus melakukan kewajiban adek dulu kan? Adek tau ndak kewajiban adek apa di sekolah?"
JinLing menghela nafas beratnya, papanya selalu saja punya cara nya yang unik untuk menenangkan hatinya. "Belajar papa"
"Nah itu adek tau.. udah adek makan dulu yaa... pasti adek lapar. Nanti kalau emang masih ngantuk, habis makan adek tidur, nanti papa bangunin"
JinLing mengangguk. Mengambil tempat duduknya dan menyendok makanannya.
"Papa"
Wanyin berdehem menanggapi panggilan anak nya, sambil mengupas buah buahan yang ingin ia jus nantinya.
"Adek mau jus"
Wanyin terkekeh, "Iya, ini papa buatkan sayang..."
"Papa"
Wanyin berdehem lagi, anak nya sedang jahil.
"Kenapa di dunia ini ayam lahir lebih dulu daripada telur?"
Wanyi tertawa kecil. "Loh bukannya telur dulu ya dek?" tidak terlalu menanggapi pertanyaan sang anak dengan serius.
"Enggak deh pa, kayaknya ayam dulu deh baru telur" kata katanya tidak jelas sebab ia berucap sembari mengunyah makanannya.
Wanyin menaruh buah buahan yang sudah ia potong kedalam blender, menyalakan mesinnya yang bersuara cukup bising itu lalu menghampiri anaknya. Ia usap noda yang ada di sekitar mulut sang anak dengan lembut sambil bertanya "Adek inget apa adabnya kalau sedang makan?"
JinLing meringis tertawa "Maaf papa" lalu kembali makan dengan tenang.
Tak sampai situ ternyata. Wanyin memang sudah tidak sekolah lagi, tapi kenapa ujian selalu datang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...