Wanyin terbangun di tengah tidurnya saat ia merasa tidak ada lagi tangan kekar yang melingkari pinggangnya. Ia meraba sisi tempat tidur lainnya dan Xichen tak ada disana.
"Kemana orang ini?" Tanyanya pada diri sendiri sambil mengucek kedua mata yang masih ingin sekali terpejam.
Wanyin akhirnya turun dari tempat tidur dan menghampiri kamar mandi, mungkin saja suaminya ada disana.
Saat membuka pintu kamar mandi, ternyata tak ada seorang pun disana. Wanyin memilih untuk pergi ke ruang wardrobe berharap menemukan suaminya. Tetapi sama seperti saat di kamar mandi, Xichen juga tidak ada disana.
Xichen jarang sekali melepaskan pelukannya pada pinggang Wanyin saat mereka tidur. Mungkin hal inilah yang menjadi alasan mengapa Wanyin terbangun saat ini.
"Xichen, sayang..." Panggilnya halus tetap dengan suara bangun tidurnya.
Tak ada jawaban sama sekali. Wanyin memilih untuk keluar kamar, barang kali dia dapat menemukan suaminya disana.
Dengan badan telanjang yang hanya ia tutupi dengan selimut dan kaki jenjang tanpa alas kaki rumah, Wanyin mengelilingi rumah besarnya sambil memanggil nama suaminya dengan pelan.
Ia mencari keseluruh sudut di lantai satu. Wanyin tidak pergi kelantai atas, karena ia pasti akan menganggu tidur kedua putranya.
Tinggal satu ruang yang belum dia periksa yaitu ruang kerja Xichen. Wanyin awalnya tak ingin memeriksanya, karena Xichen adalah tipe orang yang tidak akan pernah membawa pekerjaan kantor dan urusan bisnis lainnya ke dalam rumah.
Tapi karena ia telah memeriksa seluruh ruangan dilantai satu dan suaminya tak kunjung nampak akhirnya Wanyin memeriksa ruangan itu, toh tidak ada salahnya juga.
Saat ia membuka knop pintu ia melihat Xichen dengan kacamata dan pakaian tidur bewarna hitam tampak sangat jantan dan menawan sedang membaca dengan serius lembaran data yang Wanyin yakini data perusahaan.
Xichen sangat serius membaca rentetan kata demi kata serta barisan angka yang tertuang disana sampai sampai suara pintu terbuka dan tertutup yang Wanyin timbulkan tak dapat membuat Xichen menyadari keberadaannya.
Sesekali Xichen mengerutkan dahinya dan memijit pelipisnya ditengah tengah acara membacanya.
Wanyin sebenarnya tak berani menganggu. Tapi ia ingin sekali kembali tidur didalam rengkuhan lengan kekar nan kokoh suaminya.
Tidak, tidak boleh. Wanyin tidak boleh egois, saat ini Xichen sedang dalam kondisi yang tidak boleh diganggu. Akhirnya Wanyin memilih memutar tubuhnya keluar dari ruangan dan kembali ke kamarnya.
Selimut tebal yang tadi ia lilitkan ke tubuhnya cukup besar dan panjang sehingga menjuntai menyapu lantai, ketika ia hendak berbalik selimut itu malah tersangkut pada salah satu ujung kaki lampu panjang dan menyebabkan lampu itu bergeser dan hampir saja jatuh jika Wanyin tidak buru-buru memeganginya dengan satu tangan.
Pekikan kecil yang Wanyin ciptakan saat ia terkejut ketika lampunya akan jatuh akhirnya menyadarkan Xichen.
Ia buru-buru menghampiri istrinya dan kembali menegakkan lampu itu.
"A-yin kebangun hm?" Setelah mengembalikan lampu itu Xichen membetulkan letak selimut Wanyin yang sebagian mengekspos bahu kiri istrinya yang telanjang.
Pipi Wanyin bersemu, niatan untuk tak mengganggu pekerjaan suaminya gagal dan berakhir membuat hal memalukan seperti tadi.
Melihat wajah istrinya yang bersemu dan mata yang masih mengantuk membuat Xichen menyesal karena meninggalkannya tanpa pamit tidur sendirian di kamar mereka yang luasnya sudah setara dengan satu hunian seharga 800 jt. Xichen kemudian memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya dan kembali menemani istrinya tidur. "Maaf yaa aku ninggalin a-yin, ayo kita tidur lagi" Xichen merangkul pinggang istrinya sambil membukakan pintu untuk mereka berdua keluar.
"Urusan kamu udah selesai?" Wanyin tak melangkah dan malah bertanya.
"Belum, tapi besok bisa dikerjain lagi kok"
"Gak gak, kerjain sekarang!" Ucap Wanyin tegas.
Xichen terkekeh, "Gapapa sayang, ayo tidur lagi"
"Jangan ditunda tunda pekerjaannya Xichen, nanti gak selesai selesai"
Xichen menghela nafasnya. Wanyin yang seperti ini pasti sudah tak terbantahkan. Mandat ini tidak bisa ia tawar lagi.
Tapi perkataan istrinya ada benarnya juga. Jika pekerjaan kantornya tidak selesai malam ini, pasti akan ada malam lain yang akan ia gunakan untuk menyambung pekerjaannya saat ini dan meninggalkan istrinya tidur sendirian, lagi.
"Tapi a-yin masih ngantuk gitu"
Wanyin menguap sedikit lalu mengangguk. Ia memang masih super duper mengantuk.
"Tuhkan, gapapa urusan ini biar besok aja diselesaikan, sekarang aku mau nemenin a-yin tidur. Maaf ya sayang aku tadi tinggal ngerjain urusan kantor" jika ini di dunia gambar pasti sudah ada telinga kelinci layu imajiner yang bertengger manis di kepala Xichen untuk menunjukkan ekspresi menyesalnya.
Wanyin memutar bola matanya. Lalu membuat suatu keputusan "Yaudah aku tidur di sofa sini nanti kamu angkat aku ke kamar kalau urusanmu sudah selesai ya? Gimana?"
Xichen terdiam, ia tidak mau. Meskipun sofa yang ada di ruangan terbuat dari bahan premium berkualitas tinggi yang akan tetap nyaman apabila Wanyin ingin tidur disana, tapi tetap saja Xichen tidak ingin Wanyin tidur meringkuk disana.
Xichen menggeleng menolak usulan Wanyin.
"Trus gimana dong?" Tanya Wanyin.
Xichen tersenyum.
Ia mengangkat tubuh Wanyin yang jauh lebih ringan dari berat badan nya menggendongnya lalu membawanya ke arah kursi kerja yang tadi ia duduki.
Xichen kemudian mendudukkan dirinya sendiri dengan perlahan sambil memposisikan Wanyin dengan posisi senyaman mungkin berada dama pangkuannya sambil tetap menatap wajah kebingungan bercampur rona merah di wajah istri cantiknya.
Wanyin tak menyukai ide ini. Posisi yang Xichen buat pasti akan menghambat pekerjaannya. Wanyin memberontak "Kamu nanti gak bisa ngerjain Xichen! Aku mau turun!"
Tapi Xichen dengan cekatan merangkul erat pinggang Wanyin, takut istrinya akan jatuh terjungkal kebelakang.
"Jangan gerak-gerak sayang, yang dibawah nanti bangun"
Wanyin otomatis terdiam. Betul juga, posisi mereka ditambah dengan banyak gesekan pasti bisa membuat pilar besar kebanggan Xichen berdiri tegak. Dan Wanyin tak mau itu terjadi saat ini.
Melihat istrinya tiba-tiba patuh diam seperti batu membuat Xichen tertawa kecil "Nah gitu dong pinter, ayo sekarang tidur" telapak tangan kanan Xichen membelai rambut Wanyin lembut sambil mengarahkan kepala Wanyin masuk ke ceruk lehernya agar ia bisa tidur dengan nyaman disana.
Belaian yang Xichen ciptakan membuat mata Wanyin makin ingin terpejam. Dengan sisa kesadaran Wanyin yang sangat minim, ia berbisik "Nanti kamu gak nyaman"
Xichen tersenyum lalu mengecup sekali bibir Wanyin dan menjawab "Aku sedang memeluk duniaku, mengapa aku harus merasa tak nyaman?"
.
.Hewoo, have a nice day everyone! Jangan lupa bahagia yaaa🥰
See you next chapter, semoga chapter kali ini bisa menghibur hari penat kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...