One fine day

1.3K 152 30
                                    

Pria jakung dengan wajah lesu dan pakaian yang sudah berantakan berjalan masuk ke dalam rumah. Kaki jenjangnya melangkah perlahan ketika memasuki kamar, tidak ingin membangunkan istri dan kedua anaknya yang sedang tidur.

Begitu selesai membasuh tubuhnya, Xichen segera bergegas mengenakan pakaian tidur yang sama dengan milik Wanyin dan kedua putranya.

Xichen berjalan mendekat "Selamat tidur" mengecup kening kedua putranya dan istrinya setelah membelai rambut mereka.

Urusan kantor benar-benar sangat menguras pikiran dan tenaganya. Sudah 10 harian ini dia tidak diijinkan istirahat atau sekedar berbagi canda tawa dengan keluarganya. Pergi pagi pagi sekali dan pulang saat semua orang sudah terlelap.

Bahkan jika Xichen sudah pulang pun dia masih harus melanjutkan urusan kantor di ruang kerjanya. Seperti hari ini. Kaca mata terpasang apik menjadi perantara antara matanya dan dokumen kantor. Sesekali dia memijit pangkal hidungnya. Dia putuskan untuk membuat kopi hitam atau teh hangat, berharap bisa meredakan pening dikepalanya.

Belum sempat beranjak dari kursinya, pintu terbuka. Menampilkan istrinya dengan setelan yang sama dengan miliknya tengah menatapnya sebal. "Sayang..."

Wanyin berjalan masuk, tangannya menggenggam sesuatu bewarna hitam. "Kebangun ya?"

Yang ditanya tidak mau repot repot menjawab, berdiri beberapa meter di depan suaminya kemudian berkutat dengan benda ditangannya, ponsel.

Istirahat

Suara wanita keluar dari ponsel Wanyin.

"Sayang.."

Istirahat, tidur

Kembali suara mesin wanita itu terdengar.

Lan Xichen mengusap wajahnya frustasi. Dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya tapi dia lebih tidak bisa melihat istrinya ini marah padanya hingga memilih berbicara melalui perantara google translate daripada berbicara langsung padanya.

Akhirnya dia memilih prioritas utamanya, yaitu istrinya. Semua dokumen dia tutup, meletakkan kacamata dan beranjak mendekati istrinya yang terus menatapnya dengan kesal. Lan Xichen tersenyum kecil, meminta maaf "Iya ayo tidur ya sayang..."

Pinggang ramping itu Lan Xichen rangkul, dikecup lembut bibir Wanyin lalu melangkah bersama keluar dari ruang kerja. Namun Wanyin tidak berjalan menuju kamar, melainkan keruang keluarga. Xichen pun menuruti istrinya, tidak ingin istrinya yang cantik itu lebih marah padanya.

Wanyin berhenti didepan sofa panjang yang sangat empuk. Jarinya menunjuk kearah sofa itu, menyuruh Xichen berbaring disana. Setelah Xichen berbaring, Wanyin pun ikut berbaring. Menyelinapkan tubuhnya kedalam tubuh besar suaminya.

Xichen tersenyum senang, istrinya sedang dalam mode menggemaskan dan ingin dimanja. Xichen menangkap sinyal itu dengan tepat, dia putar tubuh istrinya menghadap ke arahnya.

Wajah yang sangat dia kagumi sejak pertama kali mereka berjumpa. "Kenapa kantung matanya hitam gini hm?"

Wanyin berdecak "Ngaca kamu!"

"Hehehe, tapi kamu tetep cantik kok, tetep bikin aku jatuh cinta" tangan yang semula berada di pinggang Wanyin beralih membelai rambut lembut yang sudah memanjang.

"A-yin jangan begadang lagi ya" Wanyin tidak ingin melanjutkan obrolan, dia menyamankan posisinya dalam pelukan suaminya yang sudah lama tidak memberikan afeksi lebih padanya. Mereka hanya bertukar kabar melalui suara, membuatnya kerap kali merasa rindu yang amat sangat pada suaminya yang super sibuk dan memilih menahan kantuknya untuk sekedar berjumpa atau berbagi senyuman langsung tanpa halangan jarak. Namun Wanyin tidak bisa menahan kantuknya lagi karena kedua putranya memberikan pelukan nyaman yang membuatnya terbuai dan jatuh tertidur.

HuaYin [BL] xicheng✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang