kemah

1.5K 191 13
                                    

Pagi ini Xichen terbangun lebih awal dari istrinya. Dalam diam ia memandangi wajah damai, bulu mata panjang yang lentik, hidung mancung, pipi putih dengan sedikit semu kemerahan samar yang terapit dengan kasur karena Wanyin menghadap ke arahnya dan membuat bibir merah muda lembut semanis gula kapas kesukaannya maju beberapa centi ke depan. Tampak menggemaskan.

Pemandangan pagi yang sangat Xichen syukuri setiap kali ia membuka mata.

Saat Xichen memuji kesempurnaan Wanyin di dalam hati, Wanyin membuka matanya dan sedikit merenggangkan tubuhnya.

"Jam berapa ini?" Tanya Wanyin.

Xichen tak sertamerta menjawab, ia malah tersenyum dan mencium dahi istrinya "Selamat pagi sayang" ucap Xichen dengan senyum lembut nan menentramkan.

"Pagi juga, ini jam berapa sih?" Bukannya bangun melihat jam tapi Wanyin malah masuk ke dalam rengkuhan lengan Xichen yang memang ia jadikan bantal pribadinya.

"Jam enam pagi sayang"

Wanyin terkejut bukan main. Dia kesiangan!

Buru-buru ia mengecek jam dan membuka tirai kamar nya, mengijinkan sinar mentari pagi masuk menyapa dirinya.

Jam dinding nya memang menunjukkan pukul 6 tepat, tapi saat ia membuka tirai. Sinar mentari pagi yang biasnya menjadi pertanda pukul 6 belum tampak seperti biasanya.

Ini bahkan seperti pukul 5 pagi.

"Kenapa hm?" Xichen dari arah belakang melingkarkan kedua lengannya memeluk pinggang Wanyin erat dan mendaratkan dagunya di ceruk leher Wanyin. Aroma Wanyin dikondisi apapun, mau dia sudah mandi atau belum, selalu menjadi alkohol baginya. Sangat memabukkan.

"Ini udah jam 6 pagi, kenapa mataharinya tidak ada?" Wanyin menjawab pertanyaan suaminya.

Xichen menjawab "Kamu sih"

Wanyin menolehkan kepalanya dengan cepat kearah suaminya sambil melempar tatapan kesal "Kok jadi nyalahin aku?!"

"Kamu terlalu indah sampe matahari minder lihat ke indahan kamu"

"Ck apa sih!" Meskipun nadanya seperti sedang kesal tapi rona wajah dan senyum tipis Wanyin mengatakan hal yang berbeda.

Dia senang, tentu saja. Mendapat pujian indah dari orang yang kau cintai pasti sangat membahagiakan bukan?

Saat suasana tenang dengan sepasang suami istri paling romantis kita ini saling berpelukan menunggu sinar mentari pagi datang menyapa mereka melalui jendela besar, suara si kecil yang menggedor gedor pintu sambil berteriak menyapa indra mereka.

"Papa! Papa!"

"Astaga! Anak anak Xichen!"

Wanyin langsung bergegas melepaskan pelukan mereka dan segera menghampiri JinLing.

"Astaga, maafin papa sayang. Papa buatin sarapan dulu ya" tanpa menunggu jawaban dua jagoannya Wanyin buru buru pergi ke dapur dan menyiapkan nasi goreng dengan kilatnya.

Meskipun nasi goreng dan telur mata sapi itu diciptakan dengan kecepatan kilat tapi hasilnya tetap saja lezat.

Nasi goreng dan telur mata sapi sudah tersaji diatas meja makan. Wanyin kini membuat 2 gelas susu untuk JingYi dan JinLing dan serta segelas teh untuk Xichen.

"Papa gak makan juga?" Tanya JingYi saat melihat papanya kembali ke dapur setelah menghidangkan minuman untuk mereka.

"Sebentar sayang! papa buat bekal untuk kalian dulu" teriak Wanyin dari dapur.

Setelah bekal siap Wanyin ikut bergabung ke meja makan untuk memulai sarapan bersama.

Mereka makan dalam diam tapi dengan kecepatan yang sedikit dinaikkan, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul set 7 pagi, sedangkan 30 menit lagi adalah waktu mereka berangkat sekolah.

HuaYin [BL] xicheng✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang