Satu mobil audi hitam dengan iringan dua mobil range rover besar bewarna army membelah jalanan sepi pinggir kota.
Di dalam mobil audi, JinLing duduk dengan tenang di bangku belakang. Sedangkan dua mobil di belakangnya adalah mobil para pengawal yang memang dikhususkan untuk mengawal JinLing.
Dengan setelan seragam khas anak sekolah JinLing mengamati pemandangan segar yang didominasi dengan langit cerah bewarna jingga dan hamparan rumput hijau yang tumbuh subur.
Rumahnya terletak lumayan jauh dari kota. Karena papanya menginginkan tempat tinggal yang asri dan tak berisik. Jarak dari sekolahnya hanya memakan waktu 1 jam perjalanan sedangkan untuk ke kantor daddynya memakan waktu 2 jam.
Karena daddynya adalah seorang pemilik perusahaan, daddynya tidah pernah khawatir jika ia terlambat masuk kerja. Bahkan jika papa tak menyuruh daddynya pergi bekerja ke kantor, sudah dapat dijamin seratus persen daddynya tidak akan berangkat bekerja di kantor. Ia hanya mengawasi pekerjaan anak buahnya sembari bermanja ria dengan papa.
Saat iringan mobil JinLing hendak memasuki gerbang rumah, sebuah mobil suv bewarna silver lebih dulu masuk ke dalam.
"Ada tamu ya?" Gumam JinLing penasaran.
Si supir yang mendengarkan majikannya bertanya segera menjawab "maaf tuan muda saya tidak tahu"
"Ck sudah ku bilang panggil aja adek, kalo di depan daddy sama papa baru boleh manggil tuan muda" ucapnya kesal.
Si supir mendadak gugup "ba-baik tu-maksut saya, baik dek"
"Nah bagus, terimakasih paman sudah mengantar dan menjemput adek hari ini!" JinLing kemudian keluar dari mobil setelah si supir membukakan pintu mobilnya yang sudah terparkir sempurna di depan pintu besar rumahnya.
Tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih kepada 10 orang pengawalnya yang sudah berbaris rapih di belakang mobilnya.
"Papa adek pulang" ucap JinLing ceria ketika memasuki kediamannya. Tapi ia sama sekali tak melihat siapapun di rumah ini selain para maid yang berlalu lalang dengan seragam biru muda dengan corak ungu.
JinLing kemudian bertanya kepada salah satu maid yang ada di dekatnya "bibi, papa dimana ya?"
"Nyonya ada di taman utara tuan sedang menyambut tamunya"
"Tamu? Siapa?"
Si maid menjawab "saya kurang tau, tapi sepertinya pihak stasiun tv"
"Oke terimakasih bibi, adek mau ketemu sama papa dulu"
"Baik tuan"
JinLing kemudian keluar dari rumah lagi dan berjalan menuju ke arah taman bagian utara. Apakah kalian bertanya mengapa sang tamu tidak berada di dalam rumah? Jawabannya ada pada daddynya.
Lan Xichen melarang para tamu atau orang asing kecuali para maid yang ia tugaskan untuk bekerja di dalam rumah dan beberapa orang kepercayaannya serta keluarganya lah yang boleh masuk ke rumah. Sisanya harus berada di halaman rumah, menunggu Xichen menyetujuinya masuk ke dalam rumah.
Di taman utara hanya ada rumah kaca yang berisi koleksi tanaman milik papanya dan juga 1 meja kayu persegi yang luas dengan 8 kursi di samping kiri kanannya.
Di sana JinLing melihat daddy, papa dan dua orang pria serta satu wanita tengah terlibat pembicaraan serius. Masing masing dari mereka memegang secarik kertas sambil mendengarkan perkataan salah satu pria berbaju kuning.
JinLing tak berani menghampiri. Takut-takut ia mengganggu urusan penting kedua orang tuanya, jadi ia memilih berbalik hendak kembali masuk ke dalam rumah.
"Adek, sini sayang!" Panggilan dari Wanyin menghentikan langkah kakinya.
JinLing berbalik lagi dan berjalan menghampiri daddy serta papanya. Ia dengan patuh duduk disamping papanya yang otomatis berhadapan dengan si wanita.
"Adek baru pulang ya sayang?" Tanya papanya yang menghiraukan obrolan Xichen dan ke tiga orang lainnya.
"Iya pa, adek lapar ayo papa bikin makanan" JinLing menarik narik tangan papanya sambil mempoutkan bibirnya lucu.
"Bentar ya sayang, kalo urusan rumah ini selesai papa masakin banyak makanan buat adek. Adek lagi pingin apa hari ini?"
"Loh kok rumah? Bukannya dari stasiun tv?"
"Itu mobil nya aja, soalnya yang mau nunjukin desain rumah baru kita bannya bocor jadinya dia minta tolong temennya buat anterin deh, ya kan mba?" Tanya Wanyin pada si wanita yang sedari tadi memperhatikan semua gerak gerik Wanyin.
Si wanita yang kepergok itu merasa salah tingkah, ia dengan malu-malu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya "benar, itu mobil saya. Saya yang mengantar teman-teman saya ke mari"
"Ooo seperti itu" ucap JinLing.
"A-yinnnnnn jangan ganjen!" Tiba-tiba suara manja terucap memecah penjelasan si pria berbaju kuning dan percakapan antara Wanyin, JinLing dan si wanita.
Wanyin merotasikan matanya "siapa yang ganjen sih orang cuman nanya. Dah kamu lihat lagi rumahnya"
"Kok jadi aku sih yang disuruh perhatiin rumahnya. Kan kamu yang mau rumah baru"
"Lan Xichen yang terhormat, saya ini sedari tadi sudah memberikan rincian detail rumah yang saya inginkan-"
"Jangan pake saya dong yank, kayak apaan aja" Xichen merasa risih saat Wanyin mengucapkan kata saya sebagai kata ganti dirinya.
"Ck banyak maunya. Semua desain yang aku pinginin kamu tolak semua, yang kekecilan lah yang kayak bukan keluarga Lan lah yang ini yang itu. Dahlah kamu aja yang milih, aku mau masak buat adek"
Wanyin hendak berdiri dari kursinya tapi segera ditahan Lan Xichen. "Eeh iya iya, gimana kalo adek aja yang pilih? Adek mau yang mana nih rumahnya?"
Semua mata tiba-tiba menuju kearahnya. JinLing tersenyum kikuk "em-anu adek gak mau rumah baru. Lagian kenapa papa sama daddy pingin beli rumah baru?"
"Papa capek, rumahnya ke gedean papa mau rumah yang kecil"
JinLing dan ketiga orang lain nya melongo. Pantas saja Wanyin dari tadi meminta rumah yang ukurannya lebih kecil.
"Adek gak mau pindah" ucap JinLing merajuk.
"Gak pindah sayang ini daddy beli rumah lain ajaa. Sekalian ngabisin uang yang ada di brankas, biar uang daddy lainnya ada tempatnya, kan kasian terlantar gitu aja gak punya rumah uangnya"
Si pria berbaju merah angkat bicara "maaf tuan kenapa tuan tidak menyimpannya di dalam bank saja? Atau membeli berangkas baru?"
"Kalau disimpan di bank, uangnya bisa aja diambil dikit demi sedikit sama pihak bank dengan berbagai dalih. Kalau beli berangkas baru, gini ya mas suami saya udah punya 100 berangkas di berbagai ruangan di rumah ini lalu mau ditaruh mana lagi berangkas yang baru?"
Wanyin menerangkan hal yang sebenarnya. Tapi tidak sepenuhnya benar. Berangkas itu ada jauh di dalam tanah, ukurannya hampir menyamai lebar rumah, dengan 150 berangkas anti bakar dan tetap tahan seandainya terjadi gempa bumi. Di dalam berangkas itu ada banyak banyak barang berharga. Mulai dari uang tunai hingga batuan mulia berharga fantastis, ada semua disana.
"Yaudah lah pak kalau nanti kita gak jadi pindah kesana kan rumahnya bisa kita kasih ke orang lain kayak villa sebelumnya. Gitu aja kok susah. Atau barangkali diantara kalian ada yang mau rumahnya? Nanti kalo dari kalian ada yang mau bisa hubungi sekertaris saya biar begitu kami bosan dengan rumah itu kita bisa langsung kasih ke kalian" ucap Lan Xichen sambil merebahkan punggung nya ke sandaran kursi dengan tangan kananya menggandeng tangan kiri Wanyin dan mengecupnya berulangkali agar si wanita jelek itu berhenti menatap istri cantiknya.
.
.Hewoo, have a nice day everyone! Jangan lupa bahagia yaaa🥰
See you next chapter, semoga chapter kali ini bisa menghibur hari penat kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...