divorce

4.2K 447 68
                                    

Jam 5 pagi. Saat matahari masih malu-malu mengeluarkan pesonanya, Wanyin sudah lebih dulu merentangkan tangan nya memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk peregangan.

Ia melihat ke sebelahnya. Aneh sekali, suaminya yang biasanya tidur lebih panjang dari dirinya sudah tidak berada di sebelahnya.

Wanyin merasa hal itu bukan hal yang terlalu penting. Toh selama Lan Xichen belum menikah dengan dirinya dan masih dibawah ketiak sang paman super disiplin, perkara bangun jam 5 itu adalah hal wajib bagi Lan Xichen.

Wanyin tak ambil pusing dan segera pergi ke ruang gym. Ruangan yang menyediakan peralatan olahraga dan suasana yang didesain seakan sedang berada di tengah hutan lengkap dengan udara sejuk, suara gemericik air mengalir serta kicauan burung yang menenangkan.

Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Setelah selesai berolahraga Wanyin lanjut memasuki satu persatu kamar JingYi dan JinLing. Ia membangunkan anak-anaknya yang masih lengkap dengan air liur dan kotoran matanya. Kemudian ia pergi ke dapur, membuatkan keluarga tercintanya sarapan kesukaan mereka. Roti bakar dan susu hangat.

Kebiasaan normal dihari normal.

Si kecil JinLing yang sedang mengolesi lembaran roti yang sudah Wanyin bakar dengan selai kacang kesukaannya bertanya kala tak melihat daddynya "Papa, daddy dimana?"

"Entah lah mungkin sedang jalan jalan. Hari ini kan libur"

JingYi dan JinLing mengangguk.

"Pa, daddy masih lama gak ya?" Suara yang dibuat JingYi berantakan karena dia bertanya sembari mengunyah sarapannya.

Wanyin memilih bungkam sambil memincingkan matanya menatap JingYi.

JingYi awalnya merasa tidak paham dengan sinyal papanya tapi kemudian sang adik menyenggol sikunya sambil menunjuk bibir JingYi yang sedang asik mengunyah.

Ia kemudian tertawa canggung segera menelan bulat-bulat roti dengan lembaran daging sapi panggang, telor mata sapi, sayur selada dan tomat yang ditumpuk sedemikian rupa ciptaan papanya.

Lalu ia meneguk pelan susu coklatnya agar tenggorokannya tidak sakit.

Wanyin kembali melanjutkan acara makan roti bakar selai blueberry yang sebelumnya diganggu oleh pertanyaan dari anak-anaknya. Wanyin membenci percakapan yang terjadi di meja makan, itu menganggu dan tak sopan.

Untung saja Lan Xichen juga sama dengannya. Tapi ia heran mengapa anak-anaknya masih sering membandel.

Apa mungkin ini pengaruh dari Pipi mereka? Kalau iya, lihat saja kau kak Xian aku akan mendatangi rumahmu sambil membawa peri.

Begitulah isi hati Wanyin tiap kali anaknya melanggar tata krama.

Yah, memang dugaan Wanyin tidak seratus persen salah. Beberapa kali memang Wuxian meracuni otak anak-anak Wanyin.

ShiZui? Jangan ditanya, setiap ia meracuni pikiran kedua keponakan nya ShiZui juga ada disana. Tapi anak itu memang betul-betul salinan ayahnya. Teguh pada pendirian. Wuxian sampai bingung memikirkan cara yang seperti apa lagi untuk meracuni anaknya sendiri.

Sarapan pagi berjalan dengan lancar. Sampai jarum jam dinding besar menunjuk angka 9 Lan Xichen masih belum menampakkan batang hidungnya.

Wanyin dan ke dua anaknya sudah berpindah ke ruang keluarga berniat menunggu kehadiran sang kepala keluarga.

"Adek mau keluar dulu ya pa mau beli jajan" Wanyin mengerutkan alisnya.

"Jajan yang kemarin papa belikan dimana? Sudah habis semua?"

JinLing mengangguk sembari mengeluarkan senyuman gugupnya.

"Okey, abang temenin adeknya ya"

"Adek udah aku titipin kakak kok pa. Kan hari ini mobil abang yang baru dateng jadinya abang mau nunggu daddy buat belajar pake mobil baru"

HuaYin [BL] xicheng✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang