"Kemana sih orang ini. Gak ada telfon gak ada kirim pesan" Wanyin mengigit kukunya sambil berjalan kesana kemari di depan pintu utama menanti suaminya yang seharusnya sudah tiba sejak 8 jam yang lalu.
Saat ini pukul 00.00, tak biasanya Xichen belum pulang sampai selarut ini bahkan tidak pernah sekalipun Xichen melakukan ini.
Paling-paling dia akan pulang pukul 9 malam tapi itupun hanya sekali dan sebelumnya Xichen sudah memberi kabar pada Wanyin sejak ia berangkat ke kantor.
Tapi kali ini tidak ada. Xichen bahkan tidak menelfon nya sejak tadi pagi atau mengabari dirinya sudah makan siang dimana.
Saat Wanyin pergi ke kantornya untuk mengantarkan makan siang seperti biasanya. Si sekertaris berkata bahwa suaminya sedang tidak ada di kantor dan sedang melakukan rapat sekaligus makan siang dengan klien. Tapi wanita itu tidak tahu tempatnya karena Xichen sengaja tidak memberi tahu dirinya, dan juga seharusnya wanita itu ikut menemani Xichen dalam rapat tersebut.
Atau jangan-jangan...
"Papa, daddy belum datang ya?" Suara serak JingYi khas bangun tidur terdengar, membuat lamunan dan pikiran-pikiran buruk pada Wanyin lenyap seketika.
"Belum sayang kayaknya daddy sibuk banget. Abang kenapa kok bangun?" Wanyin mengusap kepala JingYi lembut sambil merapihkan rambut JingYi yang berantakan.
"Abang lapar hehehe" bohong, sebenarnya JingYi memang belum tertidur. Dia juga menunggu daddynya sama seperti Wanyin.
JingYi berpura-pura tidur hanya agar Wanyin tidak semakin sedih.
"Papa masakin makanan ya? Abang mau makan apa sayang?" Wanyin melangkah menuju dapur diikuti dengan JingYi dibelakangnya.
"Ramen?"
Wanyin menoleh kebelakang "Gak" matanya memincing memperingati anak pertamanya.
Makanan instan itu tidak baik untuk tumbuh kembang anak, kata Wanyin seperti itu.
"Ah papa mah, sekali aja yaa" JingYi menyatukan kedua tangannya memohon.
"Oke, tapi papa buat mi nya dulu abang tunggu yang sabar"
JingYi mengangguk gembira dan langsung mengambil kursi yang ia taruh di dekat pantry. "Duduk dikursi meja makan abang bukan disini"
"Gak mau, abang mau nemenin papa. D-i-s-i-n-i" JingYi menunjuk tempat yang saat ini ia tempati.
Wanyin merotasikan bola mayanya "yaya terserah abang deh"
Kemudian Wanyin bergerak kesana kemari mengambil bahan-bahan untuk membuat ramen mulai dari nol. Dia tetap berpegang teguh pada pendiriannya, bahwa anak-anak tidak boleh diberi makanan instan.
JingYi tersenyum kecil. Ia senang rencananya berhasil. Sebenarnya memasak ramen adalah akal-akalannya saja. JingYi mau papanya tidak sedih dan terlalu memikirkan keberadaan daddynya.
Jadi dia mengalihkan perhatian papanya dengan memasak. Dan JingYi juga sengaja meminta ramen karena dia tahu papanya akan memasak dari 0 dan itu akan memakan waktu yang lama.
JingYi menumpukan kepalanya dengan 1 tangan sambil menghadap ke arah papanya. Melihat tangan Wanyin menari kesana kemari dengan gemulainya mengiris menguleni bahan masakan dengan cantiknya membuat JingYi jatuh hati pada papanya.
"Papa cantik banget sih"
Wanyin menghentikan kegiatan memotong sayurnya "Koreksi, papa itu tampan"
"Cantik papa"
"Tampan abang"
"Pokoknya papanya JingYi adalah makhluk paling cantik di dunia ini"
"Terserah abang deh suka suka" Wanyin kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda dengan sudut bibir yang terangkat dan wajah yang memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...