Spesial pake telor

1.2K 164 21
                                    

Yang terjadi akhirnya usai, matahari sudah tenggelam seutuhnya digantikan malam penuh gemerlap indah.

Di dalam mobil, Wanyin dan Xichen masih asik berpelukan enggan berpisah sebelum Wanyin teringat bahwa akan ada film bagus yang diadaptasi langsung dari novel pengarang kesukaannya.

Wanyin dengan semangat mengajak Xichen ke bioskop dan menonton bersama. Xichen pun setuju dan segera mengemudikan mobilnya.

Sebelum gas diinjak Wanyin berpesan, "Aku ingin kita menonton bersama para penonton lainnya"

"Tapi yank-"

"Gak pake tapi Xichen, sekarang ayo berangkat keburu filmnya habis"

"Baik nyonya Lan" dengan berat hati Xichen menginjak pedal gas menuju tempat mereka menonton.

Sesampainya di bioskop, tempat itu sangat ramai. Dari pintu masuk saja sudah mengantri lebih dari 20 orang yang berdiri mengular rela menanti film yang sama dengan Xichen dan Wanyin ingin tonton.

Wanyin menghela nafasnya kecewa, ia ingin sekali menonton film ini berdua dengan suaminya.

Cerita yang disuguhkan sangat menarik. Tentang si tokoh utama yang hidupnya serba lebih, lalu begitu saja dipisahkan dengan anak kandungnya dan dikacaukan hingga ke tulang oleh seseorang yang ia pikir akan selalu melindunginya sampai kapanpun. Namun rupanya itu semua hanyalah tipuan, adik dari sahabatnya lah dalang dibalik kehidupannya yang berantakan. Hingga cerita berakhir, mereka tetap tidak bisa bersatu. Tapi penulis menuangkan kelanjutan kisah mereka di karangan selanjutnya. Dan itulah yang membuat Wanyin penasaran dengan film ini.

"Mau tetap menonton?" Xichen melepas sabuk pengaman Wanyin yang masih saja menatap nanar antrian bioskop.

Wanyin mengangguk tapi kemudian menggeleng "Itu terlalu ramai"

Xichen "Kita pesan satu ruangan untuk kita ya?"

"Gak mau!"

"Terus gimana sayang?"

Pintu mobil dibuka, Wanyin dengan percaya diri keluar dari mobil "Ayo kita ikut mengantri" dagunya terangkat menantang suaminya yang tidak pernah mengantri itu.

Wanyin pernah sekali saat secara mendadak mendapati gigi JingYi yang saat itu masih berusia 6 tahun hendak copot. Karena ia tak tahu bagaimana caranya mencopot gigi anak kecil dengan benar, Wanyin buru-buru ke rumah sakit dan menunggu antrian pencabutan gigi JingYi.

"Kamu yakin?"

"Yakin! Ayo" Wanyin menarik tangan Xichen menuju antrian sepanjang ular piton.

Dibawah pancaran sinar bulan untuk pertama kalinya Lan Xichen mengantri tapi itu sama sekali tak terasa berat, ia justru menghawatirkan Wanyin. Berulang kali Xichen bertanya apakah Wanyin perlu diambilkan kursi atau tidak tapi Wanyin selalu menolak.

"Duduk ya sayang, itu antriannya masih panjang lo"

Wanyin menggoyangkan badannya kesal "Gak mau Xichen!"

"Yakin?"

Wanyin mengangguk.

Setelah beberapa menit mengantri Wanyin mulai menunjukkan tanda-tanda lelah berdiri. Mulai dari melakukan pijatan pada pinggangnya yang ramping hingga melakukan peregangan kecil. Xichen sempat menawarkan Wanyin untuk duduk tapi sekali lagi ditolak.

"Kenapa gak mau duduk? Itu nanti kakinya sakit sayang" Xichen

"Gak mau ya gak mau"

Xichen memandang Wanyin yang berdiri didepannya dengan pandangan khawatir takut-takut istrinya jatuh. Ia pun mendekatkan tubuhnya membiarkan dadanya dan punggung Wanyin saling menempel yang membuat Wanyin sepenuhnya menumpukan badannya pada Xichen.

HuaYin [BL] xicheng✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang