Wibawa

1.1K 155 30
                                    

Akhir pekan kali ini, keluarga Lan Xichen memilih tinggal di sebuah mansion milik JingYi yang berada di Switzerland. Hamparan hijaunya rumput dan birunya langit terbentang luas sejauh mata memandang. Mansion itu terletak di kaki bukit dengan sungai kecil yang airnya mengalir tenang, air sungai itu sangat jernih hingga batuan dan ikan didasar dapat terlihat jelas.

Semilir angin meniup lembut kulit Wanyin yang tengah berdiri dengan secangkir coklat hangat di tepi sungai. Kicauan burung, desiran air sungai dan suara gesekan dedaunan membuat Wanyin tersenyum kecil, sangat damai.

Selagi Wanyin menikmati waktu sendiri nya, JingYi dan JinLing masih asik berenang di lautan mimpi mereka. Sedangkan Xichen sudah sejak kemarin mendapatkan telfon mendadak yang mengharuskannya bekerja di hari libur.

JingYi dan JinLing kesal, pasalnya daddy nya itu terlalu sibuk mengurusi urusan bisnisnya. Rencana mereka berlibur kemari adalah untuk bersenang-senang bersama seperti sebuah keluarga pada umumnya, namun ayahnya yang seorang pemilik perusahaan malah tidak berada disini bersama mereka.

Tiba-tiba ponselnya berdering, menampilkan nama seseorang yang seharusnya saat ini tengah berkutat dengan tumpukan dokumen perusaahan dan rapat penting. Wanyin tersenyum lebar, sejak telfon kemarin Xichen tidak pernah menghubunginya. Tanpa lama menunggu, Wanyin segera mengangkat panggilan itu.

Panggilan itu sudah Wanyin angkat, namun dari sebrang tak ada satupun suara, hanya ada tampilan Xichen yang duduk dengan kepala menunduk membaca tumpukan kertas. Senyuman Wanyin menghilang, dia mengira suaminya hanya tidak sengaja menekan ponselnya dan menelfon dirinya. Tidak ingin menganggu suaminya, Wanyin memilih untuk mengakhiri panggilan itu. Wanyin mengurungkan niatnya , saat terdengar suara wanita yang memanggil nama suaminya dengan nada lembut.

Wanyin mengerutkan alisnya kemudian meletakkan cangkir diatas meja kecil didekatnya. Dia melangkah, duduk di salah satu kursi santai lalu melihat salah satu lengannya di dada sambil terus mendengarkan apa yang mereka ucapkan.

Wanyin terkekeh kecil ketika tahu suaminya hanya membalas seperti seseorang yang pelit kata dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada tumpukan kertas, sama sekali tidak tertarik dengan seseorang yang tengah berbicara padanya.

Wanyin memuji tekad wanita itu, dia tidak pantang menyerah demi mendapat perhatian suaminya. Dengan santai Wanyin menonton sambil duduk bersandar di kursi santai dengan melipat lengannya di dada, sesekali dia menegak coklat hangatnya.

Wanita itu kini tampak di layar, dia berpindah ke sisi Lan Xichen. Wanita itu masih sangat muda, seperti berusia sekitar 25 tahun dengan rok pendeknya yang bewarna merah. Tingginya semampai, rambut panjang yang awalnya tersampir menutupi sebagian dadanya kini dia singkap kebelakang hingga menampilkan dada besarnya dibalik balutan kemeja putih yang tipis.

Wanyin terdiam, otaknya seketika ingat pembicaraan mereka seminggu yang lalu. Saat akan tidur Xichen bercerita ada sebuah perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaannya, namun Xichen tidak ingin menerima tawaran itu karena perusahaan tersebut memiliki track record yang buruk. Wanyin menebak bahwa wanita ini adalah salah satu suruhan perusahaan itu.

"Tuan Lan" Wanita itu berucap dengan nada mendayu. Tangannya yang tak mau diam ditempat, dengan nakal bergerak mendekati tangan Xichen.

Wanyin menegakkan tubuhnya, menatap dengan seksama tayangan yang tersaji di ponselnya. Dia tidak sabar menanti reaksi apa yang akan Xichen berikan. Seandainya ada popcorn atau camilan semacamnya pasti akan sangat menyenangkan.

Wanyin mendesah kecewa, saat suara Wangji muncul dan menyebabkan wanita itu mengakhiri aksi menggodanya. Tidak seru! Batinnya. Awalnya Wangji masih sopan kepada tamu perusahaannya itu, tapi karena respon yang dia dapat tidak baik, Wangji menyuruh dua orang berbadan kekar dan berseragam hitam untuk mengantarkan si wanita itu keluar.

HuaYin [BL] xicheng✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang