Wanyin tengah mengaduk teh herbal dengan sedikit gula batu sebagai pemanis tambahan di dapur. Wangi semerbak teh itu menguar hingga ke indra penciuman si pengaduk, membuat Wanyin menutup matanya sambil tersenyum menikmati aroma herbal.
Teh ini biasanya Xichen minum disaat pagi hari seperti ini sambil membaca koran di halaman belakang.
"Sudah jadi" Wanyin tersenyum lalu mengangkat sendoknya dan mengetukan pelan sendoknya dua kali dibibir cangkir mahal yang dihadiahkan pamannya sebagai hadiah pernikahan. Tidak hanya satu cangkir, tapi satu set alat makan seperti cangkir, piring, mangkuk, gelas, sendok, garpu dan lainnya.
Sebelum membuat teh Wanyin juga membuat cookies lembut dengan rasa coklat yang akan ia nikmati bersamaan dengan minum teh hangat dan juga pelukan hangat dari suaminya.
Wanyin menaruh dua cangkir teh dan sepiring cookies ke atas nampan. Nampan itu ia angkat dan ia bawa pergi menemui suaminya di halaman belakang rumah.
Di halaman belakang suaminya tengah duduk bersantai di kursi panjang tepi kolam renang sambil membaca koran paginya. Wanyin melangkah mendekat, lalu menaruh nampan tadi ke meja bundar dekat kursi.
Lan Xichen menyambutnya dengan tersenyum. Koran pagi tadi ia lipat dengan rapi lalu ditaruh disebelah nampan. Kemudian ia meraih pinggang istrinya dan menariknya hingga Wanyin jatuh di pangkuan nya.
"Terimakasih sayang" ucapan terimakasih disertai dengan kecupan di bibir membuat Wanyin bersemu.
"Sayang, hari ini aku izin pergi sama kak xian ya"
"Loh, sekarang kan hari libur waktunya di rumah dong"
Wanyin mengambil cangkir miliknya lalu menegak perlahan teh harumnya "hari ini kak xian minta ditemenin di toko kuenya, ada kue edisi baru dia mau aku jadi orang pertama yang nyobain"
"Okey deh, jam berapa berangkat?" Ucap Lan Xichen muram.
"Habis ini, aku mau siap-siap. Anak-anak aku ajak apa aku tinggal?"
"Kamu tinggal aja ya. Biar urusan a-yin cepet kelar, cepet pulang"
Wanyin tertawa renyah "hahaha, iya iya" "yaudah aku mau siap-siap dulu"
Wanyin kemudian bangkit dari pangkuan nyaman suaminya kemudian memberikan ciuman pamit. Sebelum melangkah lebih jauh Lan Xichen mencegahnya "Beneran mau pergi?"
"Iya sayang..."
"Perlu aku antar?"
Wanyin menggeleng. "Aku bareng sama kak Xian"
"Aku antar ya?"
"Enggak mau Lan Huan. Aku mau pergi sama kak Xian aja"
Lan Xichen mengernyit, tumben sekali istrinya tidak ingin diantar. Biasanya, Wanyin akan mengeluarkan beribu cara agar Lan Xichen mau mengantarnya.
"Yakin?"
Wanyin memutar bola matanya "Iya sayang"
"Hell-o fellas! Pipi here!" suara milik Wuxian menggelegar memenuhi satu rumah hingga pasangan suami istri pemilik rumah ini yang notabenenya ada di halaman belakang mendengarnya dengan jelas.
Dengan gaya tengilnya seperti biasa. Si nyonya ke dua Lan ini dengan tidak sopan nya asal masuk dan melempar asal mantel serta tas nya ke sofa yang ia lewati. Ia sudah hafal, jam segini pasti adiknya sedang berada di halaman belakang.
Benar dugaannya.
"Yuk dek kita berangkat!" Ucapnya saat sudah sampai di depan pintu halaman belakang.
Ia menghampiri sepasang suami istri yang sama-sama berdiri menyambutnya. Lalu tangannya melilit merangkul lengan Wanyin dan Lan Xichen. "Adek, kok belum siap-siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HuaYin [BL] xicheng✓
Fanfictionkumpulan cerita tentang keluarga Lan Xichen dan Jiang Wanyin yang ditulis pas lagi gabut ⚠️Mpreg ⚠️BxB ⚠️Homophobic jangan baca ⚠️Gak suka, jangan baca ⚠️Seluruh jalan cerita murni pemikiran penulis (saya) ⚠️Semua media yang ada di dalam bukan milik...