Misi 6(11)

383 72 7
                                    

"S-soyeon... K-kenapa kamu?"

Minnie yang terkulai lemas di atas tanah berusaha untuk bangkit berdiri lagi. Tubuhnya terasa melemah setelah menghirup gas tidur yang di lemparkan Soyeon tadi.

"Aku gak pernah meragukan kemampuan kita semua Kak, apalagi kalau kita bersepuluh udah gabung. Tapi masalah ini terlalu berat untuk kita tanggung,"

"Lisa, cepat! Bawa mereka ke mobil, kita harus pergi secepatnya," perintah Soyeon.

"L-lisa... Sayang? K-kenapa kamu jadi g-gini?"

Lisa hanya menatap Jennie dengan iba. Dia baru saja melukai kekasih hatinya, hatinya terasa seperti dicabik-cabik dari dalam. Tapi Lisa tau, dirinya dan Soyeon melakukan ini semua demi keselamatan mereka semua.

Soyeon dan Lisa pun mulai memasukkan teman-temannya ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu, menyisakan butiran-butiran pasir yang mengudara saat diterjang ban mobil mereka.

Jisoo's side

"Berhenti!"

Seorang pria bertubuh besar berotot menghentikan langkah Jisoo memasuki kapal barang yang parkir di dermaga. Jisoo menatap wajah pria itu lekat-lekat, tidak ada wajah seperti ini di dalam daftar anggota tim keamanan keluarga Kim.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?!" Bentak pria itu.

"Katakan pada pemimpin mu, Kim Jisoo ingin masuk ke dalam," Jisoo mempertahankan wajah datar dan berwibawa nya.

"Hahahaha, apa kau sedang bercanda adik kecil? Pemimpin ku katamu? Memangnya siapa kau bisa seenaknya bertemu pemimpin ku?"

Jisoo memutar matanya, berurusan dengan orang bodoh seperti ini sangat membuang-buang waktu. Jisoo mengangkat tangan kanannya ke atas lalu menjentikkan jari, 3 detik kemudian pria yang menghadangnya langsung jatuh tersungkur ke atas pasir putih.

Jisoo mengangguk kemudian melangkah masuk ke dalam kapal barang yang cukup besar itu. Aneh, jika memang kapal ini mengangkut barang ilegal kenapa penjagaan nya tidak ketat? Selain pria di pintu masuk, tidak ada lagi petugas keamanan yang berlalu-lalang di dalam kapal.

Jisoo terus melangkah lebih dalam hingga akhirnya tiba di bagian tengah kapal. Sepertinya kapal ini sudah di modifikasi sedemikan rupa, membuat ruang kosong yang cukup luas di bagian tengah yang dikelilingi kamar 2 lantai.

Jisoo mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang kosong itu, mengamati balkon kamar lantai dua yang berjejer rapi, cocok sebagai tempat penyergapan.

Pengamatan Jisoo terhenti saat dia mendengar suara tepuk tangan yang menggema. Dia langsung mengambil sikap siaga dan melemparkan pandangan ke sumber suara.

"Bravo!"

"Kamu memang putri ku yang cerdas Jisoo,"

"Aku tau, seberusaha apapun aku menyembunyikan bisnis ini darimu, suatu hari kamu pasti mengetahuinya nak,"

"Yahhh tapi sebenarnya untuk apa aku menyembunyikan ini darimu? Toh nanti kamu akan mewarisi bisnis ini setelah aku mati kan?"

"Maaf Pa, tapi aku gak sudi mewarisi apapun darimu," ucap Jisoo lantang.

"Bagaimana mungkin Papa mau aku mewarisi kebusukan dan dosa yang udah Papa lakukan? Orang tua macam apa Papa ini?"

"Kebusukan? Dosa? Apa maksudmu nak?" Tanya Tuan Kim dengan polos.

"Berhentilah bersikap bodoh Pa. Aku udah tau semua masalah yang Papa coba sembunyikan,"

"Oh? Benarkah? Katakan padaku, apa saja yang udah kamu ketahui nak,"

Apocryphal: Kalopsia || SooShu/MiShuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang