Misi 6(10)

382 75 5
                                    

Teman yang sesungguhnya bukanlah dia yang menghapus air matamu, tapi dia adalah orang yang memastikan bahwa kamu cukup kuat untuk menghapus air mata mu sendiri
______________________________________

Minnie mengemudikan mobilnya dengan kencang, melaju dengan kecepatan super di ruas jalan tol yang cukup ramai. Jennie dan Yuqi yang duduk di kursi belakang sedang berusaha untuk menghubungi Lisa dan Soyeon, ingin memberitahu mereka semua masalah yang sedang terjadi.

"Ck! Kemana sih?" Gerutu Jennie, memencet tombol telepon sekali lagi.

"Kak Soyeon! Angkat dong! Penting!" Ucap Yuqi dengan kesal.

Mereka berhasil melacak keberadaan Jisoo dari ear piece yang dia bawa. Dari lokasi yang ditunjukkan, Jisoo sedang berada di sebuah dermaga kecil yang berada di sudut selatan kota Seoul. Letak dermaga itu cukup jauh dari kota, jalan menuju ke sana juga belum beraspal dan harus melewati sebuah hutan alam yang cukup luas. Dulunya dermaga kecil itu merupakan milik keluarga Kim, tapi beberapa belas tahun yang lalu dijual ke sebuah perusahaan kecil yang namanya bahkan belum terdaftar hingga saat ini.

"Pegangan erat-erat, sebentar lagi kita masuk area hutan," himbau Minnie dari bangku supir.

"Kalian udah bisa menghubungi Lisa sama Soyeon?" Tanya Miyeon yang duduk di samping Minnie.

"Belum, panggilannya tersambung tapi gak diangkat," ucap Jennie kesal.

"Kak Soyeon juga gitu,"

"Mereka kemana sih di waktu-waktu kayak gini?" Tanya Minnie, memukul stir mobil dengan marah.

"Yuqi, coba kamu lacak keberadaan Soyeon dari hp nya deh. Kalau panggilannya masuk, berarti hp nya nyala kan?" Saran Rose yang duduk di antara Yuqi dan Jennie.

"Aku gak sanggup ngeliat layar laptop kalau Kak Minnie ngebut kayak gini Kak. Aku pasti langsung pusing dan mual,"

"O-oh iya, aku baru ingat kalau Yuqi gampang mabuk darat,"

"Yaudah deh. Tanpa mereka juga kita mampu kok bawa Jisoo pulang," ucap Jennie, membanting hp nya ke kursi belakang.

Mobil mereka terus melaju ke depan, sesekali menerobos semak belukar untuk memotong jalan agar lebih cepat tiba. Mobil kesayangan Minnie itu kini sudah lecet di sana sini, bergesekan dengan ranting yang mencuat dari pohon.

"Gigit baju kalian, jalan di depan kayak jalan ke neraka," ucap Minnie.

Perintah itu langsung di lakukan oleh para penumpang, mereka tentu tidak ingin kehilangan setengah dari lidah mereka karena tergigit secara 'tidak sengaja'.

Rosario, yang tadi digulungkan Rose di spion tengah mobil, terombang-ambing. Senjata yang mereka letakkan di bagasi bertabrakan satu dengan yang lainnya. Yuqi yang sedari awal sudah merasa mual, memejamkan matanya dengan erat sambil mengucapkan berbagai macam doa dalam hati.

"Sedikit lagi," batin Minnie.

Minnie menginjak pedal gas lebih dalam, ujung dari jalan berbatu dan kasar ini sudah tampak di depan mata. Suara mesin mobil mengaung keras, mengejutkan burung-burung yang sedang bertengger santai di atas pohon. Para penumpang yang sedang berusaha mempertahankan diri mereka, terhempas menabrak sandaran kursi di belakang mereka.

"Swhial!" Teriak Minnie.

Gadis Thailand itu merasakan bahwa ban kiri belakang mobilnya bocor parah. Dia mulai kehilangan kendali atas stir yang berada dalam genggamannya. Mobil yang awalnya sudah berguncang menjadi semakin berguncang dan oleng ke kiri dan kanan.

"M-minwhiii...." Ucap Miyeon, mencengangkan dashboard di hadapannya.

"Mwaha akwhu mwathi halam hehadwan jomwo hahh!! Akwhu bhewum mwahu mwathi heeey!! (Masa aku mati dalam keadaan jomblo hahh!! Aku belum mau mati heeey!!)" Yuqi menggigit bajunya dengan erat, air matanya mulai mengalir keluar.

"Tuhan yang baik, selamatkan lah kami berlima. Bantulah Minnie yang sedang mengemudi," batin Rose.

"Lhalwiha Mhanwobwan! Dwimhana kwamu shaah pwachar mwu kheswuswahan gwini hahh!! (Lalisa Manoban! Dimana kamu saat pacar mu kesusahan gini hah!!" Jennie memeluk kursi penumpang di depannya, 'sedikit' menjambak rambut Miyeon duduk.

Ditengah kericuhan, Yuqi mencengkram paha Rose yang sedang berdoa. Gadis berambut pirang itu segera membuka matanya dan melihat ke arah Yuqi yang sudah sangat pucat.

"Khakah... Akwu mwau muntaa hoekkk..."

Rose dengan reflek menutup mulut Yuqi dengan telapak tangannya, membuat pipi Yuqi menggembung karena menahan muntahan yang keluar. Meskipun sudah ditahan, muntahan Yuqi masih berhasil menerobos keluar dan muncrat dari sela-sela jari Rose. Mata Rose membelalak lebar saat melihat ada nasi yang keluar dari hidung Yuqi.

Melihat mobil sudah keluar dari area hutan, Minnie segera membanting stir ke samping, berusaha mengentikan roda mobil yang hilang kendali. Alhasil mobilnya berputar-putar beberapa kali, meninggalkan jejak ban di tanah yang mereka lalui. Untungnya, setelah beberapa putaran yang memusingkan mobil dapat berhenti dengan selamat(?).

"U-uhh..."

Minnie mengangkat kepalanya dari stir, sekelilingnya terasa berputar. Dia terdiam sejenak sambil mengumpulkan nyawanya yang seperti terbang keluar saat mobil berputar tadi.

"M-miyeon!"

Minnie mengguncang tubuh Miyeon yang terdiam kaku di kursi sebelah nya.

"Hnghhh...."

"Kamu gakpapa?"

"Aku gakpapa kok,"

Minnie kemudian berbalik untuk mengecek tiga temannya yang lain. Jantungnya seperti jatuh ke tanah saat melihat Rose dilumuri muntahan(?) sedangkan Yuqi, ah sudahlah.

"Jen! Jennie!" Ucap Minnie, menepuk-nepuk bahu Jennie yang menyandar ke kursi Miyeon.

"Iya, iya. Aku masih hidup kok," jawab Jennie dengan lemas.

Setelah membangunkan Yuqi dan Rose, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju dermaga dengan berjalan kaki. Jarak antara posisi mobil berhenti dengan dermaga sekitar 2 km.

"Ugi, kamu berat banget sih. Makan apa kamu selama ini?" Tanya Minnie, keringat bercucuran di dahi nya.

"Asdfghjkl...."

"Dah, dah. Gak usah di jawab, ntar kamu muntah di kepala ku, aku gak mau berakhir mandi muntahan kayak Chaeng," ucap Minnie, membuat Yuqi mencubit pipinya dengan kesal.

Mereka pun berjalan, terus berjalan. Ada sedikit perasaan menyesal dalam diri mereka karena membawa terlalu banyak senjata. Senjata-senjata itu memperlambat langkah kaki mereka.

"Berhenti!"

Minnie yang berjalan paling depan segera menghentikan langkahnya. Mendengar suara yang tidak asing, dia membalikkan tubuhnya.

"Lisa! Soyeon! Kemana aja kalian?" Tanya Miyeon, mendekati dua temannya yang berpakaian lengkap.

"Apa yang kalian semua lakukan di sini?" Tanya Soyeon dingin.

"Kami udah memecahkan teka-teki kelopak bunga Nyonya Lee, kami tau kalau-"

"Jennie stop!" Perintah Minnie.

Jennie dan Miyeon yang terkejut mendengar perintah Minnie, segera menatap gadis Thailand itu dengan bingung.

"Minnie? Kenapa? Kita harus jelasin masalah ini ke mereka-"

"Lisa dan Soyeon udah tau tentang masalah ini..."

"Dan aku punya firasat kalau mereka..."

"Kalau mereka?" Tanya Miyeon bingung.

"Mereka dan kita, gak berada di sisi yang sama," ucap Minnie, memandang Lisa dan Soyeon dengan lekat.

"A-apa maksud kamu?" Tanya Jennie bingung.

"Kakak benar. Kak Minnie benar," teriak Soyeon.

"Kami di sini untuk membawa kalian semua kembali,"

"Dengan rela maupun dengan paksaan,"

______________________________________

Merry (late) Christmas beb 💛

Jangan lupa vote ya beb :)

Apocryphal: Kalopsia || SooShu/MiShuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang