"Biarlah cintaku kepadamu seperi Ikhfa yang masih samar, tetapi setelah aku siap dengan semuanya biarkanlah aku meminangmu dengan Izhar di mata kedua orang tua kita."
~Mengejar Cinta Ukhty Jutek~
Bulir demi bulir air terus menerus turun terdengar jelas lebih lebat, angin berhembus kencang menebar hawa dingin semakin bertambah tidak mempedulikan kepada siapa ia menerpa.
Semua orang sudah tidak tampak presensinya, karena saat hujan mereda tadi mereka mulai untuk berpencaran pulang. Berbeda halnya dengan Dalisa, Ilaina, Khalifi dan Zakaria mereka berempat menunggu hujan turun tidak terisisa.
Dalam dinginnya cuaca kali ini Dalisa menangkupkan kedua tangannya, lalu menggesek-gesekkan satu sama lain dan meniupnya, berniat menyalurkan hawa panas dari badannya.
Menyadari tatapan khawatir dari Ilaina, Dalisa bergumam seraya memberikan senyuman terbaik meskipun tidak terlihat. "I'm fine, ukhty."
Meskipun ada sweater Khalifi, suhu yang menurun ternyata hanya membantu menghangatkan tubuhnya sedikit.
"Jutek," panggil Khalifi
"Apa?"
Khalifi menghembuskan nafas lelah. "Pakai sweaternya yang bener," ujarnya memberi petunjuk dengan menunjukkan resleting yang terbuka.
Dalisa menoleh dan hanya menurut tanpa berkata. Terbukti setelah melakukan hal itu kehangatannya bertambah.
"Kita teh ngga mau nerobos hujan kitu kang Khalif?" tanya Zakaria memecah keheningan.
Khalifi menggelengkan kepalanya. "Gak akh tar gue sakit!" protesnya.
Ilaina memandang Khalifi dengan mata menyelidik. "Kamu rentan sama hujan?" tanyanya memastikan.
"Enggak," jawabnya singkat. Ilaina tersenyum membuat Khalifi menaikkan satu alisnya.
"Gimana nih puisi cinta tadi masih berlaku engga?" godanya dan melirik Dalisa yang sedang menautkan kedua alis menghadapnya.
"Enggalah! Itu mah cuma godaan pagi aja buat ukhty jutek." Khalifi manaik turunkan alisnya, sedangkan Dalisa melirik tajam karena kesal.
"Ekh Kang Khalif kumaha attu tos hafal teu acan surat An-Naba teh?" timpal Zakaria kepo.
(Gimana sudah hafal belum surat An-Naba tuh)
Khalifi tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di depan Dalisa dia harus menunjukkan bahwa Khalifi bisa dan Khalifi akan menang. Meski Khalifi baru hafal 20 ayat tersebut dalam waktu dua hari.
"Udah dong! Apa sih yang engga. Liat aja buat naklukin hati Ukhty Jutek aja gue bisa," ujarnya percaya diri.
Zakaria senang mendengarnya dia antusias akan mengetes Khafalan Khalifi. "Sok attu baca kita buktikan!"
Seketika wajah Khalifi terlihat pucat membuat Dalisa tidak lagi bisa menahan tawanya. "Hayo berani gak? Tunjukkin dong, laki-laki itu yang dipegang ucapannya, dan ucapan itu harus diringi dengan buktinya."
Dengan segera Khalifi meneguhkan hatinya, dia harus bisa! "Ayo siapa takut, tapi si ukhty jutek dulu yang dites duluan! Hafal gak lo, Tek?"
Dalisa diam, ia memang sudah hafal tetapi tidak ingin menunjukkan dengan berkata 'Sudah'. "In syaa Allah," jawabnya.
Khalifi menegang kala Dalisa menanggapi lagi, "Ukhty Na, mulai tes!" Ilaina pun mengangguk.
"Yok mulai!" Dalisa pun mulai membaca surah An-Naba. Meskipun gadis itu merasa malu, tetapi dia meniatkan untuk memotivasi teman-temanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2)
Teen Fiction~🔥sudah end🍂 Baca selagi banyak babnya yaa Tetap komen dan vote ya, walau ceritanya udah tamat💌. Jangan lupa follow juga ya Ini bukan kisah pemuda yang suka mencari masalah dan berkelahi, tetapi ini tentang Khalifi, ketua geng motor yang dimasuk...