"Harusnya kamu itu seperti, Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa yang maksudnya adalah berbeda-beda tetapi satu jua, tak ada hukum yang bersifat mendua."
~Mengejar Cinta Ukhty Jutek
Seperginya Dalisa, Zakaria menghampiri bersama Ilaina di belakangnya. Niatnya gadis itu akan menyusul Dalisa di meja mereka yang biasa. Namun, sosoknya tidak dia temukan."Ukhty Icha ke mana?" tanyanya.
"Pergi bersama kenangan," jawab Khalifi bucin. Namun, kepalanya tidak sedikitpun menoleh.
"Cape gak berjuang tapi disia-siakan?" Zakaria ikut bertanya random.
"Cape, tapi ya namanya juga perjuangan."
Ilaina menyahut, "Kalau udah cape menepi, ada seseorang yang lebih mengharapkan kehadiran kita di sana. Seperti halnya ana yang bisa menggantikan posisinya Ukhty Icha di hati anta."
Bola mata kedua laki-laki itu seketika membulat. INi artinya apa? Ilaina sedang menyatakan rasa cintanya atau bagaimana? Jika iya berarti gadis itu menikung sahabatnya sendiri. Namun, apakah Dalisa peduli meskipun mengetahui akan hal ini?
****
Sore telah datang menjemput, angin dengan tenangnya menyapa seseorang yang kini sedang melihat para santri dari balkon bangunan khusus para Ustaz. Terlihat sekali tentram, para santriyin dengan baju Koko seragam berwarna hitam, dan sarung batik serta kitab majmu yang berada di pegangannya.
Kitab majmu adalah kitab kecil yang di dalamnya berisi beberapa kitab. Salah satu isinya kitab matan Jurumiah, Nadhom Imriti, Alfiah Ibnu Malik, Nadom Maksudi, tasrif, kowa'idul 'irob, dan lainnya. Biasanya target menghapal kitab Jurumiah itu jangka waktu sebulan paling cepat.
Biasanya para santri sangat suka dengan tasrifan, tarkiban, kias. Ada juga yang lebih suka ke kitab Fiqih, seperti minhajul kowim, sapinatun naja, dan lain-lain. Atau juga ada yang suka ke kitab yang berisi tauhid seperti Sulamut Taufiq, tijan addaruri.
Di tengah pengamatannya, handphone Ustaz Yuda berdering, ada panggilan masuk di sana–dari Abinya. Dengan cepat Ustaz Yuda pun menekan tombol terima dan menempelkan ponsel itu dekat telinganya.
"Assalamualaikum, Abi."
Dijawab salam lagi oleh Abinya. "Pulang, Nak, Umi-mu merindukanmu, dan ajak juga Nak Nilam ya."
Tidak langsung menjawab, Ustaz Yuda berfikir dahulu. Dirinya belum siap untuk bertemu sang Umi yang pastinya ketika ngobrol, pernikahan adalah topic utama yang akan dibahas.
Awalnya Abangnya, Ustaz Ghani yang disuruh cepat-cepat menikah. Namun, entah karena alasan apa Uminya malah mengalihkan hal ini kepadanya.
"Nak." Kini wanita yang melahirkannya, menyapa dari sebrang sana. Ustaz Yuda tidak kuat kalau seperti ini, walau bagaimanapun, suksesnya seorang anak, yaitu yang bisa membahagiakan orang tuanya.
"Iya, Umi. Yuda pulang ya, sekarang. Umi tunggu di sana, assalamualaikum." Setelah mendengar jawaban dari sana Ustaz Yuda pun mematikannya.
Sekarang dirinya memutuskan untuk berangkat menuju rumah sakit di mana Uminya di rawat, dia pun akan mengajak Ustazah Nilam. Sedangkan, Ustaz Ghani pasti tidak akan bisa karena para santri membutuhkannya. Sebenarnya Ustaz Yuda tidak keberatan Ustaz Ghani tidak ikut, hanya saja sekarang ada Ustazah Nilam.
"Bang, yakin gak mau ikut?" tanyanya, dengan wajah memelas.
Ustaz Ghani menggeleng dan menepuk bahu Ustaz Yuda. "Maaf, Abang harus urus dulu para santri, banyak Ustaz yang sedang tidak bisa mengajar." Itulah jawaban Ustaz Ghani ketika beberapa kali Ustaz Yuda membujuk.
Ustaz Yuda belum siap jika harus menikah dan dijodohkan dengan anak dari sahabat orang tuanya. Meskipun mereka saling mengenal. Namun, mereka tidak saling mencintai. Hal ini cukup sulit apalagi dirinya belum bisa melupakan gadis kecil itu.
****
Tadinya Dalisa hendak keluar rumah, tetapi langkahnya terhenti ketika di ruang tamu. Dirinya terkejut, ketika rumahnya ke datangan orang yang sedang dia hindari. Ustaz Yuda Tidak sendiri ada seorang perempuan yang setia mengikutinya.
"Kami, widi untuk pulang ya, Pak Kiai. Mohon maaf, karena Umi saya akan mengadakan acara keluarga." Dalisa yang hendak kembali melangkah ke dapur, memutuskan keluar lewat pintu belakang pun tidak jadi ketika mendengar itu.
'Kami? Kaka Da dan Ustazah Nilam? Mereka akan pergi berdua?'
Abi Ahmad pun mengizinkan keduanya. Beliau hanya ikut mendoakan dan menitipkan salam, tidak bertanya apapun lagi.
"Mereka sudah menikah?" Kepalanya menunduk sendu. Kekehan miris pun ikut tercipta. Apakah di sini hanya dirinya yang tidak merasa bahagia?
"Deketnnya sama siapa nikahnya sama siapa." Gadis itu kembali bergumam. "Hamba engga pernah tahu apa yang telah engkau rencanakan ya Rabb. Semoga perpisahan ini yang terbaik."
Entah kenapa melihat Abinya yang tidak menunjukkan rasa marah membuat dirinya menjadi curiga. Apakah Abinya lebih mendukung keputusan ustaz Yuda? Ataukah ada sesuatu yang belum dirinya ketahui?
Terdengar pintu diketuk lagi, tetapi Abi Ahmad sudah pergi dari ruang tamu, kini Dalisa pun menghampiri dan betapa terkejut sekaligus senangnya dia melihat siapa yang datang.
"Masyaa Allah, Sania!" pekiknya seraya memeluk sang sahabat. "ka mana wae atuh!"
"Aya wae." Dia membalas seraya terkekeh
Dalisa memutar bola matanya malas. Saking senangnya akan kedatangan Sania, gadis itu sampai melupakan jika wali Sania ada di sini. "Eh, afwan, tafadhol." Dalisa mengajak keduanya duduk, lalu dirinya memanggil Abi Ahmad.
Sudah hampir dua pekan, Sania tidak kembali ke pesantren, dan tidak ada kabar kepadanya. Dalisa akan bertanya saat nanti tiba di kamar pondok. Entah kenapa Dalisa merasa banyak sesuatu yang disembunyikan orang-orang darinya.
Pak Kiai Ahmad datang menyambut Sania yang kali ini datang bersama Ibunya. Tidak lupa juga Sania memberikan oleh-oleh atau kalau bahasa santrinya halawah.
Dirasa Sania lelah, Pak Kiai pun menyuruh Dalisa membawa Sania ke kamar pondok. Kini mereka telah berada di perjalanan. Dalisa bertanya, "Kenapa atuh gak ada kabar, Ukhty Sania?" Gadis itu menyindir.
"Ukhty Ichakuu, aku udah kabarin Pak Kiai dan meminta izin lebih lama ko, biasa, ada masalah keluarga," jelas Sania. Dalisa mendengkus.
"Hutang curhatan kamu!"
Sania mendelik. "Curhatan aja jadi hutang, dasar rentenir!"
"Bukannya bendahara kelas kamu ya? Berarti senjata makan tuan dong?" Dalisa terkekeh, melihat raut wajah sahabatnya yang asal ceplas-ceplos.
Sania teringat sesuatu. "Kamu, sama Pak Yuda, apa kabar? Aku ketinggalan apa, Ukhty?" tanyanya dengan nada menggoda.
Perempuan itu tidak langsung menjawab, dia menghela napasnya. "The end."
Perkataan Sania berikutnya, membuat Dalisa terkejut. "Kenpa bisa? Btw kalau aku suka sama Khalifi, gak masalah 'kan, Cha?" tanyanya, seraya menerawang jauh, langit di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2)
Fiksi Remaja~🔥sudah end🍂 Baca selagi banyak babnya yaa Tetap komen dan vote ya, walau ceritanya udah tamat💌. Jangan lupa follow juga ya Ini bukan kisah pemuda yang suka mencari masalah dan berkelahi, tetapi ini tentang Khalifi, ketua geng motor yang dimasuk...