~07 Khalifah?

1.4K 217 11
                                    

"Jangan pernah menjauhi siapa dan apa yang mendekatkanmu kepada Allah jika kamu tidak ingin merugi karena sejatinya teman adalah dia yang mengingatkanmu pada-Nya."

~Mengejar Cinta Ukhty Jutek

Ternyata kisah Nabi Adam yang menurut kepada tulang rusuknya kini menurun kepada Khalifi yang pasrah akan perkataan Dalisa. Kendati denikian, Khalifi tidak absen menggoda atau menjahili Dalisa ketika di perjalanan tadi, terkadang sikapnya ada yang membuat Dalisa tertawa kecil ada juga yang membuat Dalisa semakin jengkel.

Akhirnya kini mereka sampai di depan pintu kantor. Dalisa mengetuk pintu beberapa kali lantas mengucapkan salam sedangkan Khalifi, laki-laki itu sibuk mmperhatikan sekitar. Seiring perjalanan mereka tadi memang tidak sedikit mata yang memperhatikan mereka penasaran.

"Waalaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh, masuk!" perintah seseorang yang suaranya sedikit familier di telinga Khalifi sedangkan Dalisa sudah tidak asing lagi.

"Masuk duluan," celetuk Dalisa menyadarkan Khalifi.

Dengan penuh rasa percaya diri Khalifi langsung masuk, melihatnya ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Khalifi penurut? Tidak menunggu waktu lama gadis yang kini memakai cadar warna hitam itu pun lansung menyusul masuk.

Pak Muhtar-pembina osis menyambut kedatangan mereka dengan senyuman hangat. Tidak ada yang tidak mengenal Dalisa di sekolah ini, apalagi gadis itu memiliki ciri khas tersendiri dari segi pakaian, ia sendirian yang memakai cadar di sekolahnya.

"Silakan duduk dulu ya." Keduanyapun menurut dan duduk bersisian di sofa ruang guru yang kini sepi karena para guru sudah mulai menjalani tugasnya di masing-masing kelas. Mereka duduk cukup berjarak, tetapi Khalifi sesekali menggeser duduknya membuat Dalisa melototinya sesaat.

"Shut up, don't come near me." Dalisa berujar sebal dan Khalifi hanya terkekeh mendengarnya membuat Dalisa mendengkus.

Pak Muhtar tersenyum dan memanggil Pak Yuda yang katanya guru baru. "Kalian pasti bingung mengapa kalian dipanggil kemari," awalnya. "Kami berniat hendak menajdikan kalian calon ketua dan wakil ketua OSIS. Namun, system kali ini akan berbeda dengan system biasanya, karena kami para guru dan para anggota OSIS lama sregnya kepada kalian, jadi hanya kalian yang akan bersaing."

Khalifi yang merasa bingung sontak menyahut, "Maksudnya, kita bersaing berdua gitu? Yang menang jadi ketua OSIS dan yang kalah jadi wakilnya?"

Mengangguk membenarkan Pak Muhtar kembali menjelaskan, "Betul, Khalifi. Sekarang kalian harus mempersiapkan visi misinya ya, karena waktunya akan segera tiba. Lebih cepat lebih baik bukan? Nanti juga pemilihannya secara demokrasi ya."

Membulatkan matanya Khalifi memekik tertahan. "What, ini beneran gue jadi ketua OSIS? Kaya lagi mimpi gue."

Terkekeh sebentar guru muda yang sedari tadi duduk di samping Pak MUhtar menyahut, "Betul Khalifi dan setelah ini kamu akan memiliki tanggung jawab besar. Hendaknya kamu mempelajari bagaimana cara Khalifah muslim yang berhasil membawa islam dalam puncak kejayaan. Contohnya, Nabi Muhammad yang tentu saja suri tauladan kita, Rasul terakhir. Khulafaur rasyidin yang empat, tahu siapa saja?"

Mendengarnya Khalifi pernah saat di sekolahnya dulu, tetapi sayang Khalifi tidak mengingatnya. Kepalanya menggeleng pertanda tidak dan hal itu membuat dirinya malu.

"Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib." Dalisa menjawab pertanyaan itu dengan lancar.

Tersenyum hangat, Pak Yuda mengangguk. "Betul, selain itu masih banyak juga tokoh lainnya contohnya Sultan Muhammad II yang berhasil menaklukan kota Konstantinopel, sejak itu beliau mendapatkan julukan Sultan Muhammad Al-Fatih, kalian tahu saat itu beliau berusia berapa?"

Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang