"Nyatanya sekeras apapun sepasang mahluk berjanji, keputusan Allah tidak bisa dilanggar lagi."
~Mengejar Cinta Ukhty Jutek
🌻
"Menurut Khalifi apa itu organisasi?" Entahlah Dalisa tidak tahu harus memanggil Khalifi apa? Abang, Aa, Kaka, calon imam atau apakah itu.
Mengernyitkan dahinya heran, Khalifi tidak mengerti mengapa perempuan di depannya menanyakan organisasi. Apa hubungannya dengan acara yang kini mereka jalani?
Setelah satu menit berpikir akhirnya Khalifi mengerti dengan tujuan pertanyaan Dalisa. Lantas ia tersenyum merasa akan menang dalam perdebatan ini.
"Khalifi dilawan," batinnya ikut terkekeh.
Dengan tenang Khalifi menjawab, "Organisasi adalah sekumpulan orang yang ingin mencapai tujuan bersama."
Dalisa mengangguk, pendapat yang bisa diterima, pikirnya. Kemudian ia melanjutkan kembali pertanyaannya, "Bagaimana cara kamu untuk mencapai tujuan itu?"
Kini Dalisa lebih memilih memakai kata ganti "Kamu" untuk disematkan kepada orang dihadapannya. Sepertinya para orang tua pun tidak berminat mengikut campuri bahkan untuk sekadar menegur.
Pak Kiai tersenyum lalu berbisik sebentar tanpa suara ketika Khalifi menatapnya. "Semangat!"
Merasa mendapatkan dukungan Khalifi mengangguk bersemangat. "Seperti namanya, tujuan suatu organisasi tidak akan tercapai jika yang bergerak hanya satu anggota saja."
Umi Fatimah ikut menimpali, "Contohkan!" Sepertinya baru Umi Fatimah yang tertarik untuk mengajak Khalifi berdebat.
"Contohnya, seperti saya sekarang yang akan melamar putri Bu Nyai. Jika otak dan hati saya yang hanya bergerak, dan kaki serta keluarga saya yang tidak ikut mendukung saya tidak mungkin ada di sini."
Pak Kiai berdeham dengan tersenyum ia menyahut, "Intinya?"
Khalifi spontan menjawab, "Semua butuh kerja sama, jika hanya bekerja sendiri-sendiri mengapa berkumpul?"
Menghela napasnya sejenak, Khalifi melanjutkan. "Seperti halnya kini dalam keluarga, jika hanya kepala keluarga saja yang melakukan segala hal sementara Ibu rumah tangganya hanya diam tidak membantu atau sebaliknya. Apakah tujuan itu dapat terlaksana?"
Dalisa tersenyum miring lantas menyambar. "Mungkin saja."
Khalifi balas tersenyum miring. "Memang, tetapi bukankah itu tidak termasuk ke dalam makna 'Bersama?' karena yang berjuang sendiri. Serta saya yakin, mencapai tujuannya tidak akan mudah dan ada kemungkinan juga akan hancur."
Dalisa mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa bisa sampai hancur?"
"Seseorang yang berjuang sendirian akan merasa cepat lelah dan ketika ia menyerah maka di sanalah ia akan melepas dan titik terendahnya adalah kehancuran. Seperti halnya saya dulu yang lelah memperjuangkanmu."
Deg!
Seketika semua orang menahan senyumnya kecuali dua sejoli itu yang kini sama-sama terdiam dan terpaku.
"Ma-maaf aku tidak bermaksud," ujar Khalifi lirih.
Tidak ingin goyah, Dalisa kembali melontarkan pertanyaannya.
"Oke, sekarang tujuan kamu mengajak saya berkeluarga apa?"
Suasana tegang yang tadi Khalifi rasakan berubah menjadi seulas senyuman yang membuat jantung Khalifi mempercepat tempo berdetaknya.
Jika yang ditanyakannya menyangkut masa depannya dengan Dalisa tentu saja Khalifi dengan senang hati menjawab. Apapun itu akan Khalifi lakukan untuk membuat perempuan di depannya yakin. Sing penting halal.
*****
Dalisa membuka cadarnya. Pesonanya tak kuasa Khalifi kalahkan.Khalifi buru-buru menundukkan kembali kepalanya, ikut bersemu.
"Apakah Nak Khalif ingin berubah pikiran?" tanya Pak Kiai.
Khalifi dengan cepat mengangguk. "Iya, Pak Kiai."
Seketika mereka mengernyitkan dahinya bingung. "Iya apa, Khalif?" Bunda Sakinah ikut menimpali.
Raut wajah Khalifi yang tadinya senyum-senyum sendiri kini berubah serius. Dalisa pun merasakan tegang, di tempatnya. Sejujurnya ia memang menunggu Khalifi. Menunggu Fifongnya untuk meminangnya.
Dan kini ia harus siap mendengar perubahan pikiran Khalifi yang mungkin saja akan menolaknya. Dalisa sadar, Dalisa bukanlah perempuan cantik, bahkan mungkin Khalifi banyak melihat perempuan-perempuan cantik ketika masa di mana Khalifi menuntut ilmu.
"Oh Allah apapun itu, In Syaa Allah hamba terima." Dalisa menunduk pasrah, perlahan tangannya ikut memakai cadarnya kembali.
Lama Khalifi tidak bersuara Ayah Fathur menegur tegas. "Khalif!"
Beliau tidak ingin jika anak semata wayangnya sampai membuat keluarganya malu karena pimplan dan tidak konsisten.
"Saya berubah pikiran."
Haloo assalamualaikum. Wahh engga kerasa ya, besok sudah mulai Pre Order novel ini nih😍🌻
Sudah menyiapkan tabungan?
Rencananya kalian mau pesan lewat shopee atau WhatsApp nih?
Ini diaa paket pilihannya 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2)
Teen Fiction~🔥sudah end🍂 Baca selagi banyak babnya yaa Tetap komen dan vote ya, walau ceritanya udah tamat💌. Jangan lupa follow juga ya Ini bukan kisah pemuda yang suka mencari masalah dan berkelahi, tetapi ini tentang Khalifi, ketua geng motor yang dimasuk...