~14 Surat

1.1K 155 4
                                    

"Kau kembali hadir dan aku tidak tau aku harus senang atau sedih. Rasa kecewa yang kau torehkan dulu masih membekas di hatiku."

~Mengejar Cinta Ukhty Jutek~

Matahari semakin terang bersinar menerangi penduduk dunia. Waktu pulang sekolah pun telah tiba, semuanya berkemas untuk pulang kemudian perlahan berhamburan keluar ruangan. Setelahnya, ada yang menunggu jemputan, ada yang bersama Ayang, ada juga yang bawa kendaraan da nada juga yang seperti Dalisa, Sania dan Ilaina yang kini berjalan menyusuri koridor untuk menuju gerbang lantas menunggu angkutan umum.

Langkah mereka memelan kala suara baritone seseorang mengintrupsi. Mereka mengenal suara itu, suara seseorang yang hendak mengajak mereka berdiskusi di kantin, tetapi malah tertunda.
"Assalamualaikum," ujarnya dengan senyuman hangat. Laki-laki ini memang murah senyum.

Mereka yang sebelumnya berjalan menunduk kini mendongakkan kepalanya. Laki-laki di depan mereka kini lebih tinggi dari ketiganya. Sejenak Dalisa terpaku, tenggelam akan pupil mata coklat terang milik laki-laki itu.

Keduanya sama-sama terpaku saling menyelam satu sama lain. Sampai suara jawaban salam dari Sania dan Ilaina membawa kesadarannya, buru-buru Dalisa menunduk. "Waalaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka lalu menunduk kembali.

"Boleh bicara sebentar, ukhty Icha?" tanya Ustaz Yuda. Mereka masih di koridor dan untungnya sudah sepi. Jika tidak mungkin lagi-lagi akan menjadi bahan pergunjingan.

"Bo-boleh," respon Sania dan Ilaina gugup lalu melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. "Jangan lama-lama ya, Ustaz." Sania menyeletuk seraya cengengesan dan Ilaina buru-buru membawa perempuan itu pergi.

Setelah sahabatnya itu pergi tidak ada pembicaraan. "Ada apa, Pak?" tanya Dalisa sedikit ketus.

"Maaf," ujar Ustaz Yuda mengawali pembicarannya. Sesaat keduanya hening, lantas UStaz Yuda mengeluarkan sebuah surat.

Dalisa hanya diam memandang surat itu sekejap. Lantas menerima surat yang disodorkan Ustaz Yuda. "Ini untuk?" tanya Dalisa gelisah.

"Surat dari orang yang mencintaimu dan untukmu," imbuh Ustaz Yuda tersenyum manis menatap surat itu.

Deg!

Jantung Dalisa kini berdetak lebih cepat, tangannya yang mengenggam surat itu lantas berkeringat dingin dan bergetar. Orang yang mencintainya mengiriminya surat ini? Benarkan ia masih mencintai dirinya? Rasa tidak percaya tiba-tiba menyergap hatinya.

Bagaimana ini apakah Dalisa harus senang mendengarnya? Seseorang yang dulu banyak membuat kenangan bersamanya, apakah kini akan melakukan hal yang sama dan berakhir menyakitkan lagi?

Dalisa sungguh binggung dengan apa yang terjadi. Dalisa hanya memantapkan hati tidak ingin jatuh ke lubang yang sama, tetapi mau bagaimana orang yang ia sebut 'Dia' kini hadir dengan menitipkan surat untuknya.

Orang itu adalah nama yang terus Dalisa sebut dalam doanya, di sepertiga malamnya. Lukanya, bahagianya, dukanya, sukanya mereka pernah lalui bersama sampai tiba, tiba di mana saat perempuan itu datang dan menghancurkan segalanya.

Semua berakhir di atas kesalah pahaman, mungkin kisahnya bisa disebut cinta monyet saat itu. Namun, meskipun orangnya beberapa tahun ini tidak lagi bersamanya nyatanya cinta tulusnya masih ada bersemayam dalam hati Dalisa.

Dalisa harus segera menyudahi pertemuan ini, jika tidak Pak Yuda akan melihat air matanya. "Syukron, ana pamit assalamualaikum." pamit Dalisa dan melanjutkan langkahnya.

"Afwan, waalaikumus salam," lirih Ustaz Yuda.

Ustaz Yuda atau Pak Yuda itu menatap dengan senyuman masam kepergian Dalisa, ia tidak langsung pulang karena kerjaan sebagai guru belum juga usai. Akhirnya ia kembali lagi ke kantor sekolah.

Mengejar Cinta Ukhty Jutek (2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang