Bagian 1

2.6K 137 4
                                    


Mendapat saudara asuh perempuan mungkin pertama kali membuat Ibram lebih lembut kali ini, bagaimana tidak lembut kalau saudara asuhnya adalah gadis cantik yang punya mata sipit dan tatapan tajam. Armellia Syafa Aisyah S. Nama yang cantik sesuai dengan pemilik nama.

"Saya sebagai saudara Asuh kamu selama disini, kalau kamu butuh bantuan atau ada kesulitan kamu bisa tanya sama Saya. Ibrahim Panjaitan, bisa dipanggil Ibram." Ucap lelaki yang bernama Ibram dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah cantik Syafa. Wajah yang sedikit hitam cirri khas seorang taruni yang sering terkena paparan matahari.

"Siap, izin terima kasih atas niat baiknya Bang" ucap Syafa dengan suara lantang.

Perkenalan itu menjadi awal kedekatan Syafa dengan Abang asuhnya. Setiap ada IBL selalu pergi berdua, setiap ada pesiar selalu pergi berdua. Dan Syafa yang belum pernah dekat dengan lawan jenis sebelumnya merasa sedikit berbeda saat bersama abang asuhnya.

Mungkin karena Syafa adalah anak sulung dan cucu yang paling tua membuatnya harus terlihat dewasa karena adik-adiknya. Dan saat mendapat saudara asuh laki-laki, menjadikan dirinya sedikit berubah. Bahkan menunjukan sikap manjanya saat sudah diluar.

"Jadi kamu itu anak sulung? Dan cucu tertua di keluarga?" Tanya Ibram memastikan, Syafa menganggukan kepalanya sambil tersenyum melirik Ibram yang duduk disampingnya.

"Siap Bang, dan Aku punya saudara kembar yang masih kuliah kedokteran. Izin bang ibram sendiri?"

"Santai kalau udah diluar gini dik, Aku satu-satunya anak cowo dan Aku cucu tertua laki-laki. Jadi banyak tuntutan dari keluarga" Syafa menganggukan kepalanya paham. Hampir setahun mereka dekat, pertama kalinya mereka membahas tentang keluarga. Bahkan mereka saling mengenal lebih dalam.

"Aku punya satu pertanyaan, kenapa kamu mau masuk Akpol? Kenapa nggak mau kuliah. Rugi loh wajah cantikmu jadi hitam dekil gini" Goda Ibram kesekian kalinya. Syafa lansung melototkan matanya mendengar penghinaan dari Ibram.

"Mau ikut jejak keluarga, penerus gitu Bang" Ibram menatap lurus Syafa mendengar jawaban itu, "Kakaknya bunda Pakde Auf polisi, ayah, Opa Alghy, Pipi Aksa juga abdinegara lebih tepatnya tentara." Jelas Syafa saat menlihat wajah kaget Ibram

"Aku pikirnya kamu ini dari keluarga religius, kamu nggak pernah tinggalin sholat barang semenit. Apalagi namamu nggak ada unsur militernya gitu" Syafa lansung tertawa sampai matanya terlihat segaris. Dan itu adalah senyum termanis menurut penglihatan Ibram.

"Ya gimana Bang, kalau persoalan Sholat menurutku itu kewajiban yang memang semua Muslim tahu" jawaban singkat Syafa yang membuat Ibram hanya bisa mesem tipis. Mungkin dia akan memperbaiki sholatnya agar tidak terlambat. Apalagi sampai sengaja mengabaikan.
...

Bang asuh Ibram
Pesiar minggu ini mau kemana?

Me
Kumpul sama keluarga , janjian sama Bunda

Bang Asuh Ibram
Aku boleh ikut?

Me
Boleh, sekalian kenalan

Ibram lansung bersiap untuk bertemu dengan keluarga Syafa, hanya sekedar perkenalan biasa. Sebenarnya dia punya janji dengan gadis yang dijodohkan oleh orangtuanya, tapi diabaikan oleh Ibram. Bukan bermaksud jahat tapi karena, Ibram masih ingin mengabdi belum memikirkan pendamping hidup.
....

Syafa yang sudah duduk dengan Ibram di sebuah meja yang sudah dipesan oleh keluarga Aldzi menjadi pusat perhatian. Karena mereka memakai seragam dinas pesiar yang membuat mereka sedikit mencolok. Syafa dengan perasaan yang biasa saja, sedangkan Ibram dengan perasaan gugup. Pasalnya Ibram sudah mengetahui, kalau Syafa adalah cucu dari Alghy Syailendra mantan prajurit kopassus yang sangat dihormati.

Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang