Bagian 6

1.1K 74 2
                                    

Jangan lupa untuk mendukung cerita ini..
...
Acara lamaran Syifa terlaksana dengan lancar, keluarga seluruhnya hadir termasuk Syafa. Walaupun Syafa harus mendapat pertanyaan kapan menyusul? Kapan pengajuan? Dan pertanyaan yang lain.

"Ya dido'akan agar segalanya dimudahkan," itu adalah balasan Syafa yang disertai dengan senyum saat pertanyaan yang diajukan oleh beberapa anggota keluarga.

Siapa yang sangka, Syifa akan menikah dengan seorang dokter militer Angkatan Laut yang selalu memberikan Ilmu kedokteran pada Syifa. Dokter senior ditempat Coas Syifa yang dikenal sangat dingin dan disiplin.

Perbedaan umur yang beda tidak membuat Syifa menolak niat baik lelaki yang berani memintanya lansung pada Ayahnya, yang selaku perwira tinggi AL dalam artian adalah Komandannya.

"Komandan dan Ibu, mohon izin. Disini saya dan keluarga yang sempat hadir memiliki tujuan yang InsyaaAllah baik selain silaturahmi dengan keluarga Komandan dan Ibu. Saya ingin meminta Izin untum mengajak putri kedua Komandan Dan Ibu, Arsellia Syifa Annisa untuk melaksanakan salah satu sunnah Nabi yaitu Menikah.. jika Komandan berkenan Izin?"

"Saya pribadi sebagai Ayah dari gadis yang ingin kamu ajak untuk melaksanakan Sunnah Nabi tidak bisa memutuskan, tapi sebagai Orangtua saya mengizinkan. Tapi kembali lagi pada Syifa,"

"Alhamdulillah atas restunya Komandan, untuk Gadis yang akan menjadi Wanita satu-satunya dan akan menjadi Ratu dalam Istana yang akan dipimpin oleh Saya. Bersediakah kamu menjadi wanita yang akan menemani saya dalam suka dan duka?"

"Dengan ridho Allah, Ayah, Bunda, dan seluruh keluarga. InsyaaAllah Syifa bersedia menjadi Ratu dalam Istana yang akan dibangun oleh Dokter dan InsyaaAllah Syifa bersedia menemani Dokter dalam suka maupun duka."

Dalam waktu 3 bulan Syifa akan resmi menjadi seorang istri dari seorang dokter AL. Tidak henti-hentinya Syafa memberikan selamat kepada saudara kembarnya, yang membuat Syifa menangis haru.

Syafa memang tidak memakai hijab sendirinya, tapi pakaiannya sangat tertutup sesuai dengan apa yang dipakai oleh anggota keluarga. Oma Dziya lebih banyak menangis karena hari yang berbahagia itu tidak disaksikan oleh Almarhum suami.

"Selamat ya Syifa, atas Lamarannya. Semoga lancar sampai hari H, dijaga selalu kesehatannya. Pengajuan itu berat jadi luasin porsi sabarnya," doa Ibram dipanggilan video untuk Syifa

"Iya terima kasih banyak Bang Ibram, nggak bisa dateng ya Bang saat hari-H nya nanti?" Ibram menggelengkan kepalanya pelan.

"Nanti titip hadiah ajalah, mm.. nanti hadiah saya nyusul setelah balik Jakarta. Syifa.. kamu do'ain saya juga biar bisa diterima sama Syafa," Syifa hanya bisa tertawa geli mendengar permintaan Ibram.

"Makanya cepetan balik, biar bisa diresmikan. Saya sudah siap buat lepas dua anak gadis sekaligus ditahun yang sama Ibram." Aldzi ikut nimbrung membuat Ibram lansung mengatakan siap sambil tersenyum tipis. Apalagi saat mendengar kalimat lanjutan Komandannya membuat Ibram dan Syafa malu.

"Syafa udah siap buat jadi istri, katanya dia tunggu kamu balik buat lamaran resminya sama keluarga," ucap Aldzi membuat semuanya tersenyum mendengar itu. Syafa memang sudah mengatakan hal itu kepada keluarganya, dia tinggal menunggu waktu kepulangan Ibram.

"Siap Komandan, izin jika berkenan keluarga saya bisa datang untuk melakukan lamaran Komandan. Untuk pernikahannya setelah saya kembali," Ibram mengatakan itu dengan sangat hati-hati.

"Syafa tunggu Bang Ibram balik ke Jakarta," jawaban Syafa membuat semuanya tersenyum dengan bahagia terlebih Ibram yang sangat bahagia dengan jawaban Syafa.

"InsyaaAllah dek, kita akan ketemu beberapa bulan kedepan. Janji ya bakal nunggu balik,"
___

Syafa menunggu dengan sabarnya waktu yang terus bergulir, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi selama sisa penantian mereka. Bahkan sekarang Syafa lebih fokus pada karir, begitupun dengan Ibram yang fokus dengan misi perdamaiannya di Libanon.

Tapi kali ini Syafa harus kembali ke Jakarta karena Persiapan pernikahan Syifa yang harus dibantunya. Permintaan Syifa yang ingin Saudara kembarnya untuk mempersiapkan itu, dan Syafa menyanggupi itu semua.

"Dekor yang seperti apa yang kamu pengen? Udah diskusi sama calon suami, Kak?"

"Untuk dekor Mas Hafis udah serahin semuanya sama Aku, dia hanya titip pesan buat cocokin sama seragamnya dan pekerjaannya. Itu aja Mba,"

"Oke. PDU 1 AL, untuk undangannya semuanya udah di List?"

"Udah Mba, mm.. Mba untuk konsep nya Mba sendiri udah tau kan kalau Pernikahan impian Syifa seperti apa?"

"Udah, sejak kamu SMA udah punya pernikahan imoian seperti apa. Nggak ada yang berubah kan?"

"Nggak ada."

Syafa yang berdiskusi dengan saudara kembarnya masih menggunakan seragam dinas polisi diruang keluarga membuatnya sangat berwibawa.

"Mba Syafa, itu bajunya diganti dulu. Bersih-bersih dulu badannya bukan lansung diskusi, Nanti dilanjut setelah bersih-bersih." Kalimat dari Izza lansung membuat keduanya menganggukan kepalanya. Syifa yang tersenyum bahagia, sedangkan Syafa menampilkan senyum lelahnya. Bagaimana tidak lelah, dia baru saja selesai dengan tugasnya dan lansung ke Jakarta saat ajudan ayahnya datang menjemput.

"Baju buat resepsinya gimana? Untuk jilbabnya. Mau yang menutup dada atau bagaimana?" Pertanyaan Izza membuat langkah Syafa terhenti dan berbalik melihat Syifa.

"Untuk jilbabnya menutup dada, sama bokong Bun. Udah dihandle kok semuanya sama orang kepercayaan Mba Syafa." Izza menganggukan kepalanya pelan. Dia memang tidak perlu meragukan untuk kemampuan Syafa.

"Bunda takut Mba Syafa drop nanti, dia harus puang pergi Malang-Jakarta." Gumam Izza pelan membuat Syafa menatap Bundanya dengan wajah sendu. Izza tidak tahu kalau Syafa mendengar itu, dengan cepat Syafa memeluk wanita yang sangat dicintainya itu dengan erat.

"Eh, cepet banget mandinya Sayang.."

"Makasih ya Bunda.. udah khawatir sama Syafa.." Izza menganggukan kepala pelan. Syafa adalah anaknya yang sangat cuek luarnya tapi sangat perhatian.

"Jangan lupa buat minum vitaminnya, kamu harus jaga kesehatan. Maaf udah ngerepotin Mba Syafa untuk urusan Syifa"

"Syafa mandi dulu, nggak enak banget udah lengket semuanya." Syafa menghindari momen sedih itu dengan cepat, karena dia tidak ingin Bundanya menangis haru dan kembarannya merasa bersalah.
__
Hari-H yang ditunggu-tunggu oleh kedua calon pengantin tiba. Syafa sangat sibuk dengan hari-hari persiapan, tapi dia bahagia saat melihat wajah bahagia dan puas dari Syifa dan Suami saat menikmati hasil kerja keras saudara kembarnya.

Syifa yang meminta restu kepada Syafa setelah akad nikah masih diingatnya dengan jelas, bagaimana Syifa menangis terisak saat memeluk Syafa dan meminta maaf dan berterima kasih sekaligus.

"Maaf, maaf untuk semuanya dan terima kasih atas segalanya Mba.. Syifa sayang Mbak Syafa." Syafa berkaca-kaca saat melihat kembali Syifa yang sudah berdiri ditengah formasi pedang pora dengan Lelaki yang sudah halal untuknya. Menatap dalam Syifa penuh cinta dan mencium kening Syifa pelan.

Senyum Syafa terbit saat membaca obrolan grup kantor yang tidak asing, wajah tersipu Syafa sudah tidak bisa disembunyikannya karena membaca satu pesan yang membuat keseluruhan anggota grup heboh.

Iptu Ibram 👨‍✈️
Untuk Ipda Armellia Syafa Aisyah, jaga kesehatan dan sampai bertemu 9 bulan lagi dengan status yang berbeda.. Calon istri

Pertama kalinya Ibram mengirim pesan setelah 3 bulan lamanya, bukan pesan pribadi tapi lansung ke grup pesan kantor yang membuat satu kantor heboh dengan kabar itu. Syafa akan bersiap untuk menjawab segala pertanyaan saat dia sudah kembali ke Malang.
...
Bersambung

Jangan lupa vote dan komentarnya

Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang