....
Satu tahun kemudian,
Untuk menunggu mungkin Syafa memang adalah perempuan yang memiliki sikap sabar dan penantian yang membuat Ibram beruntung memilikinya. Dengan banyak masalah yang dilalui bersama. Cincin emas putih yang sudah melingkar di jari manis Syafa meupakan bukti kepemilikan Ibram terhadap Syafa.
Di waktu yang bertabrakan antara waktu rapat dan kepulangan Ibram dari penugasan membuat Syafa tanpa henti melihat jam yang melingkar di lengannya. Mengirim pesan permintaan maaf karena tidak bisa menjemput di bandara, tapi belum ada tanda dua ceklist biru di aplikasi Whatsapp.
Ibram hanya bisa memaksakan senyum saat tidak melihat seseorang yang diharapkannya untuk hadir, mengaktifkan handphone yang mungkin saja ada pesan yang dikirim oleh calon istrinya, dan memang benar. Puluhan pesan Syafa yang meminta maaf karena tidak bisa menjemput dikarenakan ada rapat.
Setelah membaca seluruh pesan, Ibram memasukan kembali handphone. Wajah datar dan dinginnya cukup terlihat kalau dia menahan rasa kecewa dalam hatinya.
"Iptu Ibrahim." Ibram berbalik dan melihat Syafa yang memakai seragmanya lengkap sedang menahan senyum. Apa sekarang Ibram dibohongi oleh Syafa. Dan sekarang lihat, Syafa tersenyum dengan cantiknya.
"Selamat datang kembali, terima kasih sudah selalu sehat Bang." Ucap Syafa saat Ibram sudah ada didepannya. Ibram hanya bisa diam memandang Syafa dibalik kacamata hitamnya. Menunggu penjelasan calon istri
"Oke, Aku minta maaf kalau soal chat itu. Aku nggak bohong kalau Aku ada rapat Bang, tapi sekarang lagi Istrahat makanya bisa kesini." Jelas Syafa membuat Ibram menganggukan kepalanya pelan.
Keduanya berjalan kearah parkiran, disana sudah menunggu Junior mereka yaitu Briptu Arif yang selalu jadi tim hore Syafa dan Ibram.
"Hadap sini dek," Syafa yang baru saja duduk dibelakang dengan Ibram. Lansung menatap Ibram yang ada disampingnya. Mengusap Rambut Syafa yang terlihat panjang kebelakang, "Ini bekas luka robek waktu itu?" Syafa menganggukan kepalanya pelan.
"Iya, tinggal bekasnya aja. Soalnya dijahit sama dokter jadi susah hilangnya." Ibram menganggukan kepalanya
"Kangen tau dek, sama kamu." Ungkap Ibram membuat Syafa tersipu lansung mengalihkan pendangannya ke luar mobil. Arif yang mendengar itu tertawa lirih.
"Katanya ada anggota baru, ya?" Ibram bertanya pada Arif.
"Siap Bang,"
"Deketin Calisku?"
"Siap tidak Bang, Semuanya tau kalau Abang sama Mba sudah tunangan." Ibram tersenyum mendengar itu. Syafa berdecak pelan menatap Ibram. Posesive sekali bukan.
___
"Bang Ibram liatin Mba Syafa terus dari tadi," Ucap pelan Feby yang berbisik pada Dea yang menganggukan kepala menyetujui.
"Dik tolong ambilin sendok," Dea lansung mengambil sendok tapi bukan Dea yang memberikan sendok itu pada Syafa tapi Ibram. "Coba kamu icip Dik, takutnya nggak pas rasanya." Ibram mengambil sedikit yang membuat Syafa kaget. Tangan besar lelaki yang pastinya bukan milik Perempuan.
"Enak dek, udah pas rasanya. Sekarang waktunya makan.." Ucap Ibram menatap Syafa sambil tersenyum.
"Ayo makan sekarang, makan malam yang terlambat." Ucap Ibram yang duduk disamping Syafa. Mereka duduk berempat di meja makan mini. sekarang Syafa sudah terlihat seperti Istri sungguhan bukan lagi Calon istri tapi seorang istri yang melayani suaminya. Mulai dari mengambilkan nasi, mengisinya dengan lauk, dan memberikan segelas air putih untuk Ibram.
Setelah makan, Feby dan Dea yang mengambil alih cuci piring dan merapikan dapur. Ya walaupun masih terbilang cukup rapi dan bersih, hanya karena Syafa yang tidak ingin dapurnya kotor membuat mereka harus membersihkan setelah makan ataupun beraktifitas di dapur.
"Lain kali Bang Ibram jangan gini lagi, untung aja Aku ngga piket malam." Ucap Syafa yang duduk disamping Ibram yang bersandar malas karena kekenyangan.
"Ya gimana dek, Aku kangen masakan kamu. Aku udah istrahat kok seharian ini." Syafa mengangguk
Suasana hening diantara mereka membuat Ibram berdehem yang membuat Syafa mengalihkan pandangannya kearah Ibram.
"Jadi kapan nih?"
"Maunya kapan?" Pertanyaan Syafa membuat Ibram menahan senyum. "Kenapa senyum? ini pikirannya udah jauh ini.." Ucap Syafa yang mencubit perut Ibram karena kesal.
"Lho mikir apa sih dek, kamu mah overthinking terus sama Aku. Sakit ini," Ucap Ibram meringis karena cubitan Syafa, tidak lupa dengan kekehan yang membuat Syafa mendelik kesal.
"Kalau Aku mah maunya secepatnya dek, kamu manunya kapan?" Tanya Ibram sekali lagi. Syafa diam sejenak kemudian memandang Calon suaminya yang menatapnya dalam.
"Apa kita nggak terlalu terburu Bang? Takutnya kita nggak cocok Bang.." Jujur Syafa pelan yang membuat Ibram tersenyum lembut.
"Syafa.. kita saling kenal udah lama banget, bahkan sekarang keluarga kita berdua udah saling kenal. Kamu masih kurang yakin apalagi? Pernikahan itu bukan untuk orang-orang yang sempurna, tapi untuk saling menyempurnakan. Kamu, Aku, keluarga kita. Semuanya menyempurnakan dek.." Penjelasan Ibram dengan lembut dengan menatap mata Syafa lembut.
"Nikah setelah Aku Iptu, gimana?"Permintaan Syafa yang memandang Ibram dengan tatapan permohonan. "Bang Ibram juga harus kuliah lagi, sambil nunggu Aku Iptu, Gimana?"
"Oke, tapi setelah nikah nggak boleh nunda momongan." Putus Ibram yang membuat Syafa melebarkan mata sipitnya, hendak mengutarakan aksi protes tapi gelengan tegas Ibram membuatnya bungkam.
"Aku udah tua, Aku nggak mau ya nanti anakku manggil Aku kakek." Cetus Ibram membuat Tawa Syafa lepas. Yang membuat senyum Ibram tercipta. Memandang Syafa yang tertawa lepas tanpa beban membuat Ibram jatuh dalam pesona calon istrinya.
Malam ini, mereka hanya mengisi dengan senda gurau. Tanpa membahas yang berat-berat. Biarkanlah waktu yang akan membawa hubungan mereka kemana titik takdir terbaik. Sedikit lagi, Ibram akan bersabar sedikit lagi sampai Syafa mendapat satu balok di pundaknya.
***Banggai Laut, 2 agustus 2021
Setelah sekian lama akhirnya Update lagi, lapak ini sudah terlalu lama dan berlarut-larut. Karena terlalu banyak kesibukan dunia perkuliahan yang membuat cerita ini selalu tertunda.🤗🤗
Sampai berjumpa di part selanjutnya 😊🥰
Jangan lupa untuk Vote dan berikan komentar untuk mendukung cerita ini 😚☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah dan Siaga (END)
General FictionSequel He Is Marinir (spesial Anak sulung Aldzi dan Izza) Serial Syafa Syailendra 🤗 ... "Laki-laki terlalu segan denganmu Kak, cobalah untuk merendah. Segigih apapun Kakak meraih gelar dan pangkat, Kakak perempuan dan perempuan itu sebagai Makmum d...