coming soon (S2)

573 70 22
                                    

....

Setiap pekerjaan memiliki resiko masing-masing. Bahkan Syafa sendiri punya resiko dalam tugasnya sebagai seorang polisi. Tapi berbeda dengan Radhika, pekerjaan suaminya membuat Syafa tidak bisa mengerti dengan apa yang dikerjakan suaminya. Entah itu di hutan ataupun dilaut sekalipun.

"Kamu itu Suami Aku, kenapa Aku nggak bisa tahu Tugas kamu? Kamu nggak tau gimana khawatirnya Aku setiap kamu pergi tanpa kabar." Suara Syafa yang menatap tajam suaminya. Dilihatnya jam di dinding yang masih menunjukan waktu dini hari.

"Kamu seharusnya mengerti dengan pekerjaanku, Aku seorang Tentara--"

"Aku mengerti itu, Aku sangat mengerti dengan pekerjaanmu. Bahkan Aku sudah hapal dengan kebiasaanmu yang pergi dini hari dan pulang tiga bulan setelahnya bahkan lebih lama. Tapi Aku hanya ingin tahu, kamu kali ini kemana?" Suaranya lirih diakhir kalimat. Menatap suaminya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Syafa, kali ini tolong mengertilah" pinta Radhika dengan mata sendu. Sedangkan Syafa menghembuskan nafasnya pelan.

"Aku sedang Hamil, Mas. Setidaknya katakan kali ini kamu tugas kemana, agar Aku bisa tenang." Lirih Syafa mengelus perut buncitnya. Bahkan kali ini isak tangisnya sudah terdengar pilu.

Meninggalkan istri yang hamil besar menjadi ketakutan sendiri bagi Radhika, tapi kembali lagi pada kewajibannya sebagai prajurit. Syafa menjadi hal yang kedua, saat negara memanggil. Lagipula, bukankah seorang prajurit yang meninggalkan istrinya sedang hamil adalah hal yang lumrah? Seharusnya Syafa tidak kaget dengan keadaan itu. Karena dia tumbuh di ruang lingkup militer.

"Kamu besar dikeluarga tentara, hal seperti ini menjadi hal yang biasa bagi seorang istri prajurit."ucap Radhika tegas pada Syafa.

"Setiap tugasku adalah rahasia Sayang, kamu harus terbiasa dengan itu. Kamu bisa menginap ke rumah Bunda kalau memang kamu butuh teman atau kerumah Mami mereka akan senang dengan kedatangan menantu mereka." Ucap Radhika mendekat dan mengelus perut buncit Syafa. Mengecup pelan perut besar membuat Syafa terisak pelan.

"Aku janji, setelah kembali dari tugas ini. Kita berlibur, sekalian kamu ambil cuti lahiran ya." Syafa tidak menjawab hanya menangis dengan pelan.

....

-23 Februari 2024

Jangan lupa untuk vote dan komentar.

100 vote dan komentar 50 akan dilanjutkan, waktunya dua hari ya. Kalau tidak bisa memenuhi target, maaf ya cerita versi lengkapnya hanya akan tersedia dalam Ebook.

Terima kasih 🤗



Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang