....
Bang Ibram, Syafa harus bagaimana?
Pesan yang dikirimkan Syafa malam itu, menjadi komunikasi terakhir untuk mereka berdua. Hubungan mereka tidak berakhir, tapi sedikit renggang.
Terhitung sudah dua minggu tanpa komunikasi antara keduanya, Syafa lebih banyak bertugas di Jalan daripada duduk di ruangan menyusun laporan.Sedangkan Ibram lebih banyak menghabiskan waktunya dalam ruangan dengan setumpuk laporan yang harus ditanda tangani.
Satu orang pun terlihat sama sejak malam itu, Salma sudah tidak mengirim makanan ke kantor Ibram ataupun mengunjungi orangtua Ibram dengan alasan ingin mengontrol kesehatan mereka.
Beruntungnya Ibram memiliki mata-mata yang selalu mengabari tentang keadaan Syafa yang jauh darinya, melaporkan segala kegiatan Syafa selama satu hari tanpa diketahui oleh Syafa.
“Kamu sekarang lebih sering megang handphone By,” Tegur Dea memperhatikan Feby yang tersenyum memegang handphone.
“Aku habis lihat video keponakanku, dia makin lucu.” Feby menjawab sambil tersenyum. Syafa hanya memandang juniornya yang sudah dianggapnya adik sendiri.
Selama dua minggu ini, tidak ada komunikasi dengan Ibram. Mereka harus memperbaiki hubungan ini secepatnya, tapi tidak dengan Syafa yang meminta maaf terlebih dulu atau menghubungi Ibram terlebih dulu.
“Syafa..” Panggil senior Syafa. Teman satu lemdik Ibram
“Siap izin Bang?” Syafa selalu seperti itu, padahal sudah berulang kali teman Ibram mengatakan untuk memanggilnya santai tanpa memandang pangkat.
“Kamu nanti ikut rapat, semuanya udah ada perwakilan. Kamu jadi perwalian Satlantas ya,” Syafa diam sejenak kemudian menganggukan kepalanya. “Kamu lansung balik ke kantor, Jalan biar Saya yang atur sama yang lain.”
“Siap Bang, Izin..”
Syafa sudah dalam perjalanan kembali ke kantor, beruntungnya Syafa diantar oleh Dea.“Dik, mungkin tahun depan Aku bakalan minta mutasi ke Surabaya.” Buka Syafa dengan suara pelannya membuat Dea menoleh sekilah kearah seniornya
“Bang Ibram nggak sanggup LDR-an Mba?” Syafa menggelengkan kepala
“Tahun depan Aku akan menikah, pastinya Aku akan ikut kemana suamiku. Lagipula, menjalani LDR itu nggak gampang.” Dea hanya menganggukan kepala pelan. setuju dengan apa yang diucapkan seniornya
“Iya Mba.. LDR itu mudah, cukup saling percaya tanpa ada overthinking keduanya. Pasti bisa kok.” Dea mengutarakan pendapatnya. Syafa hanya terkekeh kecil
“Aku sama Bang Ibram saling percaya, kita berdua saling mengerti dengan kesibukan masing-masing. Keluarganya yang nggak ngerti dengan itu, Aku akan siap dengan segala kemungkinan terburuk dengan hubungan Aku sama Bang Ibram.” Dea menghentikan mobil yang dikendarainya didepan Kantor.
“Maksudnya Mba?” Tanya Dea memastikan apa yang didengarnya salah, tapi hanya dijawab dengan senyuman oleh Syafa.
Syafa lansung keluar tanpa menjawab pertanyaan dari Dea, dia sudah memikirkan selama dua minggu ini. Memikirkan hubungan Ibram dan Salma yang semakin dekat, ya mengapa tidak.
---
Setiap masalah harus diselesaikan dengan baik-baik, mungkin sebagian pasangan memilih untuk menyelesaikan permasalahan hari itu karena tidak ingin berlarut-larut, demikian dengan Ibram. Tapi waktu yang sudah berlalu selama dua minggu tanpa ada penjelasan ataupun komunikasi membuat Syafa hanya bisa diam dengan menatap wajah Ibram datar yang sudah duduk didepannya.“Mau pesan apa dek?” Pertanyaan Ibram yang tidak dijawab oleh Syafa “Pesanannya nanti dibuat dua ya Mba,” Ucap Ibram pada pramusaji.
Syafa menghembuskan nafasnya pelan, dan membuang pandangannya saat melihat Ibram yang menatapnya dalam.“Bang Ibram minta maaf, karena selama dua minggu ini nggak ada kabar.” Ibram berucap dengan pelan yang hanya di jawab oleh Syafa dengan anggukan kepala
“Jadi maksud isi pesan kamu malam itu, apa?” Syafa menatap Ibram kaget.
Dalam pikiran Syafa, jadi selama dua minggu ini Ibram tidak memikirkan isi pesan itu? Syafa merasa diabaikan oleh Ibram pertama kalinya.“Intinya Bang Ibram, maunya bagaimana?” Tanya Syafa pelan yang membuat Ibram mengernyitkan keningnya.
“Kenapa Bang Ibram? Kamu kan yang tanya dalam pesan itu harus bagaimana.” Syafa menggelengkan kepalanya pelan tidak habis pikir dengan isi pikiran Ibram “Dek, selama dua minggu ini Aku bukan hanya rebahan ataupun jalan-jalan, Aku banyak kesibukan kalau kamu berpikir Aku nggak pikirin hubungan kita gimana.” Ibram menjelaskan keadaannya selama dua minggu.
“Dan Aku juga sibuk dengan pekerjaan Aku Bang, tapi kenapa dengan Ibu yang nggak bisa ngertiin kesibukan Aku?” Syafa mengungkapkan apa yang berkecamuk dalam hatinya.
“Jadi masalah ini tentang Ibu?”
“Aku denger malam itu, kalau Ibu senang dengan kehadirannya Salma. Dia ingin memiliki menantu yang bisa menemani beliau, memperhatikan beliau. Karena dalam pikirannya, Salma bisa mengurus kedua orangtua Bang Ibram itu artinya dia juga bisa mengurus Bang Ibram dengan baik. Bukan seperti Syafa yang lebih memetingkan karir. Apa yang harus Bang Ibram lakukan sebagai anak?” Syafa berbicara dengan mata yang berkaca-kaca, Ibram hanya bisa diam.
“Apa Bang Ibram bisa memperbaiki?” Tanya Syafa dengan suara yang bergetar menatap Ibram yang hanya diam “Aku ngerti dengan kekhawatiran Ibu terhadap bang Ibram, apalagi teman letting Bang Ibram semuanya sudah memiliki keluarga kecil.” Syafa mencurahkan seluruh hatinya, sampai Ibram melihat kesedihan dan kekecewaan Syafa dengan sikap Ibunya.
“Dek—“
“Bukan Aku, tapi Bang Ibram.” Syafa berbicara dengan suara pelan.
“Oke. Tapi sekarang kita makan dulu ya, udah lama nggak makan bareng.” Ucap Ibram mengakhiri perdebatan ringan mereka berdua. Syafa hanya menganggukan kepalanya.
Mereka makan dalam keheningan, berusaha menikmati makanan yang telah disajikan. Karena jujur saja, Syafa sudah tidak memiliki selera setelah berdebat dengan Ibram tentang hubungan mereka.
“Kamu minggu ini, ada agenda penting dek?” Tanya Ibram setelah minum air putih dan menatap Syafa.
“Belum ada agenda,” Jawaban Syafa membuat Ibram tersenyum.
“Bagus dong, kita ke Jakarta ya. nanti Aku jemput miinggu pagi.” Ajak Ibram semangat dengan senyum menatap Syafa yang hanya menganggukan kepalanya pelan.
***
Bersambung..Sampai jumpa di bagian selanjutnya 🤗
Jangan lupa untuk vote dan komentar guys 😚 see you
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah dan Siaga (END)
General FictionSequel He Is Marinir (spesial Anak sulung Aldzi dan Izza) Serial Syafa Syailendra 🤗 ... "Laki-laki terlalu segan denganmu Kak, cobalah untuk merendah. Segigih apapun Kakak meraih gelar dan pangkat, Kakak perempuan dan perempuan itu sebagai Makmum d...