Selamat membaca 🤗
...Syafa kembali ke Malang diantarkan oleh Ibram ke bandara pagi tadi, menemani Syafa menunggu waktu check in saling diam.
Ibram yang mungkin masih mengantuk, sedangkan Syafa tidak tau topik apa yang bagus untuk dibicarakan dengan Ibram. Karena sejak kedatangan Ibram menjemputnya. Mereka hanya terlibat percakapan singkat.Di ingatannya Syafa semalam mereka masih bisa bercanda berdua, membahas banyak hal tapi kenapa Ibram berbeda pagi ini, Syafa hanya diam menahan segala pikirannya yang berkelana.
"Syafa pamit ya Bang, udah waktunya berangkat." Ucap Syafa membuat Ibram tersentak dari lamunannya.
"Udah berangkat? Kok cepet banget?" Syafa hanya tertawa mendengar ucapan Ibram.
"Kita nunggu udaah hampir setengah jam Bang Ibram, Aku berangkat ya. jangan melamun kalau lagi nyetir bahaya, Assalamu'alaikum." Syafa melambaikan tangan pada Ibram yang hanya memandang punggung Syafa menjauh.
Drrt..
Kamu hati-hati, kalau dah sampe Malang lansung ngabarin.
Pesan dari Ibram yang membuat Syafa hanya tersenyum kemudian membalas
Iya Bang Ibram, mungkin Bang Ibram masih ngantuk. Makasih udah mau nganterin Syafa. Sampai ketemu lagi calon suami
Ibram tertawa membaca balasan dari Syafa, untuk sejenak melupakan sesuatu yang membuatnya banyak melamun dan mengabaikan Syafa di ruang tunggu.
Syafa menghembuskan nafasnya pelan, mencoba untuk menghilangkan mimpi buruk semalam. Jika semuanya akan baik-baik saja, selama satu tahun kedepan. Itu adalah hal yang di yakini oleh Syafa.
...Tak terasa waktu yang cepat berlalu, Ibram sudah 3 bulan menjabat sebagai Kapolsek. Tentunya kesibukan Ibram meningkat, dan hal itu membuatnya jarang untuk pulang ke Rumah orangtuanya. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di Rumah dinas. Komunikasi dengan calon istrinya sudah sangat jarang, apalagi sekarang Syafa menjadi Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas malang, membuat keduanya sama-sama sibuk.
Kesibukan keduanya membuat Syafa dan Ibram yang berstatus Tunangan lebih seperti orang asing, dan selama tiga bulan Ibram belum pernah bertemu kembali dengan Syafa.
"Izin Bang, ada makanan dari Dokter Salma." Ibram menghembuskan nafasnya lelah mendengar kalimat Adik asuhnya.
"Kalian bawa ke Mess, atau makan saja. Saya sudah makan." Ucap Ibram menolak pemberian perempuan itu, Salma terlalu sering mengirim makanan untuk Ibram yang membuat Ibram jengah dan tidak pernah lupa untuk mengunjungi rumah orangtua Ibram setiap minggunya dengan alasan mengecek kesehatan orangtua Ibram.
Drrt.. Drrtt.. Drrtt
Ibram melirik Handphonenya yang bergetar, dengan nama Calon istri di layar handphone.
"Halo Assalamu'alaikum Bang Ibram."
"Wa'alaikum salam dek, lagi luang?"
"Iya Bang, makanya telfon. Udah habis makan?"
"Alhamdulillah udah, Kamu udah?"
"Iya udah, Bang Ibram.."
"Iya, kenapa dek?"
"Ibu sukanya apa? Ayah juga?"
Ibram mengangkat alisnya tidak percaya dengan pertanyaan Syafa "Maksudnya dek?"
"Ibu sama Ayah sukanya apa? Sebentar lagi mereka Ulang tahun pernikahan Bang. Syafa mau beliin hadiah." Tawa kecil Ibram terdengar oleh Syafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbah dan Siaga (END)
General FictionSequel He Is Marinir (spesial Anak sulung Aldzi dan Izza) Serial Syafa Syailendra 🤗 ... "Laki-laki terlalu segan denganmu Kak, cobalah untuk merendah. Segigih apapun Kakak meraih gelar dan pangkat, Kakak perempuan dan perempuan itu sebagai Makmum d...