Bagian 2

1.7K 103 0
                                    


Dihari kenaikan pangkat Ibram yang dihadiri oleh orangtua serta adik perempuannya, tapi tidak dengan adik asuhnya sendiri yang tidak bisa hadir. Karena tugasnya. Sedikit kecewa mungkin hal yang wajar. Tapi sudah sedari malam Syafa memberi kabar kalau dia tidak bisa hadir.

"Maaf ya Bang, nggak bisa dateng" Ucap Syafa diseberang sambil menatap Ibram yang masih mengemas pakaian.

"Iya dek, Aku paham. Ya.. walaupun sedikit kecewa" Ucap Ibram pelan "Tapi yang lebih kecewa itu Mama karena beliau tanyain kamu" Lanjut Ibram sambil melipat baju ke dalam koper.

"Terus kata Bang Ibram apa?"

"Ya Aku jawab jujur dek, kalau kamu lagi ada tugas yang nggak bisa ditinggalin. Nanti ketemu sama Mama dilain kesempatan dek" Syafa menganggukan kepalanya pelan.

"Jadi tugas dimana?" Syafa bertanya menatap penuh wajah Ibram yang sudah selesai dengan urusan packing. Sekarang berbaring dengan santai diranjang. Dan menatap wajah cantik Syafa.

"Malang" Jawaban yang membuat Syafa menatap tidak percaya. "Iya dek, Malang. Dan kita berdua bakalan sering ketemu dan sering pacaran" Ucap Ibram menggoda Syafa dengan alis yang naik turun.

"Kenapa bisa? Kok Aku nggak tau?" Ibram tertawa mendengar respon Syafa

"Ya bisa dong, dunia tentara sama polisi itu sempit dek. Kita bisa satu kantor, kita bisa sibuk bareng, kita bisa selalu ketemu" Ibram menjelaskan dengan lembut "jadi sekarang gimana? Udah bisa nih menghadap?"

"Maksudnya gimana Bang?"

"Lamaran" jawab Ibram singkat dengan wajah seriusnya. Syafa menggelengkan kepalanya pelan.

Malam itu percakapan mereka terputus karena pembahasan itu, tapi Syafa dan Ibram masih seperti senior dan junior saat ada dalam keadaan dinas. Diluar kedinasan, mereka seperti pasangan kekasih. Tapi tidak melanggar norma dan agama. Seperti janji mereka berdua hari ini.

Menghadiri undangan pernikahan, Mungkin bukan hal yang baru buat mereka berdua. Tapi sekarang dengan seragam yang berbeda yaitu Syafa yang memakai Kebaya Brokat dan Ibram sendiri memakai Batik. Dan satu lagi, Syafa menggandeng lengan Ibram, tentu bukan keinginan Syafa. Tapi karena Ibram yang minta. Dan sekarang mereka sudah seperti pasangan resmi. Karena tanpa janjian mereka memakai seragam dengan warna yang sama.

"Udah resmi nih? Kita tunggu kedepannya gimana lah" Ucap Letting Ibram yang melihat gesture tubuh Syafa dan Ibram.

"Ya do'ain ajalah biar adik asuh cepat terima biar lansung lamaran" Jawab Ibram sambil melirik Syafa yang hanya diam. Bukan tidak ingin berbaur tapi sudah terlalu malu, apalagi kedekatan mereka kembali diketahui oleh seluruh letting.

"Udah jadi calon istri nih? Jadi udah berubah ya dari adik asuh jadi adik kesayangan" Tawa Ibram tidak bisa disembunyikan. Semuanya tahu persis dengan kisah dua sejoli yang masih tetap berpegang teguh pada perjanjian mereka. Saling komitmen tanpa adanya status pasti.

Saat asik berbincang, Syafa yang berbincang dengan rekanita yang lain. Dia sendiri sudah dikenal karena selalu menjadi rekanita Ibram saat menjadi taruna. Dan hal yang tidak bisa disembunyikan kalau Syafa sedikit berbeda dengan penampilannya sekarang. lebih cantik dan putih bersih.

"Mba Syafa ini yang dulu taruni itu kan?" Syafa menganggukan kepalanya pelan.

"Nggak heran kalau Abang asuh sendiri yang jadi calon suami" Syafa hanya tertawa kecil. Susah untuk menghilangkan opini yang sudah menempel ditelinga banyak orang.

"Kalau dulu udah digaet, apalagi sekarang udah makin cantik gini. Kita semua tunggu undangannya lho Mba"

"Masih mau fokus di karir dulu, kita berdua udah sepakat" ucap Syafa dengan pelan. berbeda dengan Ibram dan kumpulan pria yang sedikit jauh. Mereka membahas tentang masa depan, karir dan hubungan yang sekarang.

Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang