Bagian 13

811 53 1
                                    

Selamat membaca
....


Gara-gara kamu, Perjodohan antara Aku dan Ibram batal.


Pesan yang masuk dengan nomor yang tak dikenal membuat Syafa mengernyitkan keningnya, dengan cepat membalas pesan tersebut.


Maaf, dengan siapa?


Menunggu tidak ada balasan, dengan cepat Syafa menghubugi nomor tersebut dengan wajah datar, Ibram yang ada disampingnya melirik Syafa heran dengan mimik wajah Syafa yang berubah dengan cepat.

"Kenapa dek?" Tanya Ibram yang membuat Syafa menatap Ibram kemudian menggelengkan kepala pelan.

"Engga Bang, ini ada nomor nggak dikenal sms Aku." Ibram mengernyitkan keningnya pelan. menepikan mobil sebentar.

"Coba mana Hp kamu, biar Aku cek." Minta Ibram yang membuat Syafa memberikan padanya. Melihat nomor yang digunakan orang asing tersebut, dan melihat isi pesan yang membuat Ibram menghembuskan nafasnya kasar kemudian menatap Syafa.

"Kira-kira siapa ya Bang? Aku nggak punya musuh kok," Syafa bertanya pada dirinya sendiri dengan suara lirih. Ibram menahan senyum karena mendengar pertanyaan calon istrinya. Apa calon istrinya adalah anak kecil?

"Mungkin salah kirim dek, nanti kalau masih kirim pesan lagi kamu hubungin Aku. Nanti Aku minta bantuan sama teman buat lacak, nggak usah dipikirin." Ibram berkata pelan pada Syafa yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Syafa. "Sekarang kita mampir di caffe sebentar habis itu cari tempat kamu nginap ya,"

"Siap Abang Asuh," Syafa menjawab dengan suara tegas yang membuat Ibram tertawa pelan. sudah lama tidak dengar panggilan Syafa sewaktu mereka masih pendidikan.

"Jadi kangen masa pendidikan dulu dengerin kamu manggil gitu," Syafa yang bisa mendengar suara lirih dari Ibram menganggukan kepalanya pelan. "Apalagi inget dulu kamu yang masih hitam kucel,--- Aww sakit dek." Ringis Ibram mengusap lengannya karena cubitan Syafa yang panas dikulitnya.

"Jangan hina Aku, wajar kali Bang Ibram kalau masih pendidikan tahun pertama hitam, kucel, dekil. Masih masa penyesuaian," Kilah Syafa menatap sengit kearah Ibram yang masih tertawa

"Tapi kok bisa ya, kamu keliatan cantik diantara yang lain. Nggak salah sih, jadi artis Akmil masa itu." Syafa menahan senyum mendengar kalimat Ibram, bukan hal yang asing lagi mendengar julukan artis Akmil masa itu.

"Aku kan punya daya tarik tersendiri, Buktinya Bang Ibram nggak bisa move on dari Aku kan. masih mau meragukan pesona yang Aku miliki?" Syafa sengaja membanggakan dirinya sendiri dan hal itu membuat Ibram tertawa keras karena Syafa jarang sekali narsis sendiri.

"Udah, turun dek. Kita nongkrong dulu sebentar." Syafa menganggukan kepala sambil tersenyum.


Masuk ke dalam Caffe yang ramai, mungkin karena weekend. Syafa bisa melihat kebanyakan pengunjung adalah muda-mudi. Melangkah bersama dan berdampingan tapi tidak berpegangan tangan karena ada batasan diantara mereka berdua.

"Mau makan apa dek?"

"Cemilan ringan aja Bang, sama air mineral." Ibram hanya mengangguk mendengar jawaban Syafa.


Menunggu pesanan, Ibram melihat Syafa yang duduk sendiri sambil melihat handphone.

"Terima kasih," Ibram mengucapkan terima kasih dan kembali ke tempat duduk Syafa dengan membawa pesanan.

"Bang.. kira-kira siapa ya yang kirim pesan? Mungkin nggak sih kalau isi pesan itu benar adanya?" Pertanyaan Syafa membuat Ibram mengernyitkan keningnya.

Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang