Bagian 10

1K 67 1
                                    

....
Rutinitas kembali seperti biasa, Syafa yang sibuk dengan Jalan. Sedangkan Ibram sibuk dengan segala macam kasus yang membuatnya jarang terlihat diluar, karena harus menyelidiki kasus atau mengidentifikasi kasus besar yang akan diselidiki bersama rekan Tim yang lain.

Bahkan hampir seminggu mereka ada dalam satu kantor yang sama, tapi jarang sekali mereka bertemu karena kesibukan mereka berdua. Syafa sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya di jalan daripada di dalam kantor.

Semuanya mempertanyakan tentang status hubungan Ibram dan Syafa yang seperti tidak ada komunikasi antara mereka berdua, tapi tidak ada yang menjelaskan diantara keduanya tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua.

"Syafa masih mau berkarir bu," Ucap Ibram pelan dalam sambungan telfon yang terhubung dengan oorangtuanya.

"Kan masih bisa berkarir setelah nikah,Bram.."

"Bukan masalah itu bu, tapi sekarang dia lagi sibuk-sibuknya. Apalagi menjelang akhir tahun begini bu." Jelas Ibram pelan membuat wanita diseberang sana menghembuskan nafasnya kasar.

"Nanti biar Ibu yang bujuk Syafa, Ibram.. kamu itu butuh pendamping. Selama ini kalian masih mau tunggu apalagi sih? Karir udah mapan InsyaaAllah. Tinggal ibadah kalian yang belum sempurna. Ingat lho, umur kamu udah nggak muda lagi, apalagi Ibu." Ibram memikirkan itu semua.

Drrtt.. Drttt.. Drrttt
Ibu❤
Bagaimana cantik, kan? dia dokter anak.

Kening Ibram mengernyit bingung, kenapa pula Ibunya mengirim foto wanita yang memakai jas sneli. Menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Tanpa membalas pesan dari Ibunya.

Keluar dari ruangan, ingin bertemu dengan calon istrinya yang mungkin sudah kembali ke kantor.
Senyum Ibram tercipta setelah melihat Syafa yang masuk dengan memegang kipas mini yang selalu dibawanya saat diluar, melambaikan tangannya kepada Syafa yang jelas sekali terlihat lelah.

"Udah makan siang?" Tanya Ibram berdiri didepan Syafa. Syafa menggelengkan kepalanya pelan tidak lupa menampilkan senyum untuk Ibram.

"Udah makan?" Ibram menggelengkan kepalanya pelan.

"Kita cari makan diluar dek, pengen makan bareng kamu. Kangen seminggu nggak ketemu." Syafa lansung terkekeh saat mendengar kalimat jujur dari Ibram.

"Aku ambil kotak buahku dulu Bang, masih diruangan soalnya." Ibram mengikuti langkah Syafa, mengabaikan tatapan orang-orang yang memandang penuh tanda tanya. Hampir seminggu mereka tidak mendapat pemandangan seperti itu.
___

"Bang Ibram mau makan apa?" Syafa memandang Ibram yang ada disampingnya.

"Samain punya kamu dek," Syafa menganggukan kepalanya. Selagi menunggu pesanan mereka datang, Syafa dan Ibram berbicara dengan berhadapan. Dan pemandangan dua polisi yang memakai seragam lengkap duduk berhadapan, mereka sudah seperti pasangan suami istri terlihat dari kedekatan mereka.

"Dek.." Panggil pelan Ibram pada Syafa yang ada didepannya. "Kalau tahun depan kita nikah gimana?" Tanya Ibram pelan memandang Syafa yang terdiam.

"Maksudnya tahun depan kita harus nikah?" Tanya Syafa memastikan kembali. Ibram menganggukan kepalanya mantap.

"Gini dek.. Aku nggak akan ngelarang kamu untuk berkarir, kamu mau lanjut sekolah lagi nggak masalah. Aku nggak akan ngekang kamu dek,"Ucap Ibram meyakinkan Syafa.

"Kita makan dulu ya Bang, udah telat zuhur juga ini." Pinta Syafa mengalihkan. Ibram menghembuskan nafas pelan kemudian menganggukan kepalanya pelan.

Khitbah dan Siaga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang