10. Feel Special

10K 576 49
                                    

Haii,

Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.

Selamat baca yaaa.

****


Pernahkah kalian di cintai dan sayangi sebegitu tulusnya?, Rasanya tuh seperti nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan. Tidak perlu yang namanya dua empat per tujuh untuk selalu bersama, selalu menempel, tidak perlu bagi perempuan dengan tinggi seratus enam puluh satu centi meter ini. Cukup dia menjaga batasan, cukup dia mendengarkan keluhan atau curhatan yang perempuan ini layangkan dan berujung memberi nasihat dan ketenangan, itu saja cukup, sangat cukup, ia sangat senang, berasa orang yang paling beruntung bisa mendapatkan perempuan itu.

Tapi berbeda dengan perempuan yang kata semua orang dia adalah perempuan menuju sempurna, jika sudah berkaitan dengan sang pujaan hati, ia selalu memaksa agar mereka pergi ke luar jika tidak ada kegiatan atau apapun itu, asal bertemu. tapi selalu di tolak, dengan alasan 'istirahat aja ci, kan ini kita teleponan, video callan, apa bedanya sih?' atau 'nanti juga ketemu lagi kita, aku ga macem-macem kok, jangan curiga juga, aku sayang kamu' berakhir dengan rengekan, rajukan, rayuan shani meski pada akhirnya gagal dan berujung ia harus menahan rindu.

Definisi bucin yang berbeda.

Pagi ini, ada sedikit perdebatan di antara mereka sejak satu setengah jam yang lalu, dimana shani tidak memberi tau gracia terlebih dahulu, jika ia sudah di jalan menuju rumahnya.

Shaniindira🐱

Aku udah di depan rumah kamu

Satu notifikasi pesan masuk pada handphone milik gracia dan langsung di bacanya. Ia menghela nafasnya, percuma berbicara dengan si shani indira ini. Dengan langkah terburu-buru, gracia berjalan cepat menuruni tangga, mengambil tempat box nasi dan sebuah paper bag berisi beberapa makanan ringan dan sebotol kopi yang tadi ia sudah siapkan dan berjalan keluar, dimana mobil shani kini terparkir di depan rumahnya.

"Aku kan udah bilang, puter balik aja. Kenapa malah tetep jalan untuk jemput aku sih, kan kamu jadi bolak-balik gini." Ujar gracia saat membuka pintu mobil dan duduk di sebelah shani.

"Bukannya ucapin selamat pagi atau apa gitu, malah di marahin akunya." Shani cemberut sambil melihat ke arah gracia yang tengah meletakkan barang-barangnya.

Gracia tidak membalas ucapan shani, ia malah melihat ke arah supir shani yang tengah menjalankan mobilnya itu, meninggalkan area perumahan gracia.

"Pak joko udah sarapan?."

"Eumm, belum neng."

"Ini ada makanan ringan sama kopi, bapak bisa kok makan sambil nyetir, gapapa, gausah ngebut." Ujar gracia sambil menyerahkan paper bag itu kepada pak joko dan langsung di terima.

"Terimakasih neng gracia."

"Justru saya yang terimakasih, karena bapak udah mau di repotin sama manusia menyebalkan di samping saya ini."

Mendengar itu membuat pak joko tertawa, sedangkan shani sudah menekukkan wajahnya sambil memainkan handphone.

"Gausah pasang wajah kaya gitu, ga cocok sama wajah datar kamu." Ujar gracia sambil mengambil handphone milik shani dan menaruhnya dalam tas.

Shani mengubah posisi duduknya, menyamping ke arah gracia.

"Udah makan?."

Shani menggelengkan kepalanya.

Shani Untuk GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang