Haii,
Yuk vote dulu, pencet bintangnya kakak
._.Selamat baca yaaa.
***
Lonceng beberapa kali berdentang, alunan merdu yang berasal dari beberapa alat musik yang terdengar dan nyanyian dari seorang penyanyi rumah ibadah, membuat hati menjadi damai ketika mendengarkannya.
Seorang perempuan yang sedang duduk di tengah-tengah tempat ibadah ini, sedang menatap lurus ke depan. Lebih tepatnya, pada orang yang sedikit di bawahnya sedang memberikan puji-pujian dalam bentuk lagu. Tempat ibadah umat kristiani ini di desain duduk ke atas, jadi semua jemaat bisa melihat ke arah bawah tanpa penghalang apapun. Di samping kanannya, terdapat anggota keluarga yang sedang khusyuk membaca buku ibadah yang tersedia di sini. Sedangkan dirinya masih memegang buku itu yang masih tertutup rapat, bukan tidak mau membacanya, tapi karena ibadah mereka masih akan di mulai sepuluh menit lagi.
Gracia, perempuan itu sedari tadi diam saja. Pikirannya melayang tentang kejadian tiga hari yang lalu dirinya bersama shani.
"Gee, aku bener-bener serius sama kamu."
"Maukah seorang shania gracia menjadi pacar shani indira?."
Gracia masih menunduk dan memejamkan matanya. Bibirnya masih tertutup rapat, ia masih enggan menjawab pertanyaan shani. Ini terlalu mendadak, ia tidak pernah berekspetasi bahwa shani akan menyatakan perasaan padanya.
Shani yang masih menangkup pipi gracia itu menarik wajah gracia agar bisa kembali menatapnya.
"Geee? Kamu belum bisa jawab?." Tanya shani.
Gracia yang di tanya seperti itu menggigit bawah bibirnya.
"Jangan di gigit, nanti luka."
"C-ci?."
"Hmm, kenapa ge?."
"Aku takut." Gracia menunduk, tanpa melepaskan tangan shani yang masih berada di pipinya.
"Apa yang kamu takutkan?."
Lantas gracia memberanikan diri untuk menatap shani kembali. Menyentuh tangan shani yang dingin itu.
"Kamu tau aku pernah terluka karena ini? Kamu tau aku pernah trauma untuk kembali menerima cinta? Aku hanya takut, kamu juga pergi shani setelah kita menjalani ini, seperti dia. Aku gamau shani, aku gamau." Ujar gracia dengan lirih, matanya memerah. Air matanya mulai membasahi pipi putihnya.
"Bukan aku ga pernah bisa merasakan semua yang kamu berikan sama aku shan, bukan. Aku bisa merasakan semuanya, aku bahagia, karena kamu. Tapi dengan dekatnya kita seperti ini, dan semakin hari semakin tidak ada jarak diantara kita malah buat aku jadi takut untuk membalas perasaanmu shan. Aku takut jatuh terlalu dalam oleh cinta dan perhatian kamu, sehingga aku gabisa lepas dari kamu. Aku hanya takut shani, takut kamu jauh dari aku, pergi dari aku, itu saja." Gracia semakin terisak, dadanya sesak, pikirannya kembali melayang pada luka dan patah hati yang pernah ia rasakan.
Shani yang mendengar perkataan gracia itu juga ikut sakit, ia bisa merasakan apa yang membuat gracia sampai menangis seperti ini. Dengan cepat shani membawa tubuh gracia ke dalam pelukannya, sambil mencium beberapa kali puncak kepala gracia.
