Haii,
Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.Selamat baca yaaa.
****
Jiwa-nya tidak hilang, tapi sebagian perasaan mulai terkikis. Shani takut, meski jaminan yang di ucapkan begitu meyakinkan dan pastinya Gracia tidak pernah main-main dengan perkataannya, Shani tidak bisa mempercayai sepenuhnya.
Tapi apa boleh buat, ia sudah tidak ada hak untuk mengatur atau berbicara se-bebasnya seperti dulu. Bagaimana ia baru menyadari, ketika sudah terjadi semuanya terasa hilang seketika, sepi kini mengundangnya setiap saat. Handphonenya berbunyi, sebuah panggilan dengan nama Henri Natio kini tercetak jelas pada layar, Shani biarkan, enggan untuk mengangkat panggilan itu.
Ia masih ingin sendiri, di temani malam dan secangkir kopi di hadapannya kini. Shani menoleh pada luar cafe yang sedang ia duduki sekarang, beberapa orang berlalu-lalang berjalan melewatinya.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
Kembali handphonenya berdering, Shani berdecak kesal. Melihat kembali pada layar kini nama itu berganti menjadi Gege, seolah tak percaya Shani menatap panggilan itu hingga terlihat tulisan panggilan tak terjawab.
"Ngapain Gracia nelpon?" Gumamnya seolah tak percaya. Dapat Shani lihat kembali Gracia kembali menelpon dirinya.
Shani mengangkat panggilan itu, "Halo?"
"Kamu dimana?"
"Tumben Ge, ada apa?"
Dapat Shani dengan helaan nafas dari Gracia, "Pulang Shani, kamu ga capek kegiatan dari subuh?"
"Kok kamu tahu aku belum pulang?"
"Kamu ngopi di mana sekarang?" Bukannya menjawab pertanyaan Shani, kini Gracia melontarkan pertanyaan yang membuat Shani membuka lebar matanya, eh kok Gracia bisa tahu semua yang dia lakuin sih?
"Di cafe apartemen Ge, yang di lantai dasar samping itu loh," Katanya, mengambil gelas berisikan kopi tersebut dan meminumnya beberapa teguk.
"Aku gamau tahu cepet habisin kopi kamu, pulang. Habis itu istirahat Shani, besok kita masih ada kegiatan!" Nada sedikit tegas dapat Shani rasakan.
"Sepuluh menit lagi aku pulang, Ge."
Setelah mengatakan itu Gracia memutuskan panggilan itu sepihak, Shani melihat layar handphonenya yang sudah menghitam itu sambil menghela nafas.
"Nelpon cuma mau marahin doang? Ga heran Shania Gracia sih," Shani segera beranjak dari sana, meninggalkan kopi yang masih sedikit lagi itu tersisa.
Berjalan seorang diri memasuki kawasan apartemen. Sesampainya di unit tempat tinggal, Shani masuk ke dalam dan melihat Henri yang sedang mengerjakan sesuatu, tangan dan matanya fokus melihat laptop yang menyala di depannya.
"Malam koh, lagi ada kerjaan?" Sapaan dan juga pertanyaan Shani membuat Henri menoleh pada Shani yang kini sedang berdiri di depannya.
Di tatapnya sang adik, kemudian ia berdecak sebal, "Kamu kemana aja sih? Dari tadi aku telpon gabisa," Katanya dengan sebal.
"Aku tadi ngopi dulu di bawah Koh, kenapa sih emangnya?"
Henri kembali menatap laptop di depannya, "Tadi aku lewat FX, ku kira kamu mau sekalian pulang bareng. Makanya tadi aku telpon eh ga di angkat terus, pas aku telpon Gracia katanya kegiatan udah beres dari tadi."
![](https://img.wattpad.com/cover/248108145-288-k275613.jpg)