Haii,
Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.Selamat baca yaaa.
****
Mempersempit jarak yang ada, perempuan sempurna ini semakin menempelkan tubuhnya pada orang di sebelahnya yang masih terlelap di alam mimpi. Membuka perlahan kedua kelopak mata itu, dirinya langsung di sambut wajah damai orang yang paling dia sayangi.
Mengelus rambutnya dengan begitu lembut, sesekali ia hirup aroma wangi yang sudah menjadi candu. Melihat sekilas pada jam yang terpasang di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Gee, bangun." Suara kecil itu terdengar begitu merdu masuk ke telinga orang di depannya. Terlihat dari pergerakan tubuh gracia yang mencari sebuah kenyamanan untuk melanjutkan tidurnya, menarik lebih tinggi lagi selimut tebal itu agar tubuhnya tertutupi sepenuhnya.
Tok tok
Shani dengan sangat terpaksa melepaskan pelukannya dari gracia saat mendengar ketukan pintu dari luar. Segera shani beranjak dari kasur untuk membuka pintu tersebut.
"Kamu udah bangun?." Tanya perempuan di depannya, yang wajahnya sangat mirip sekali dengan shania gracia.
"Udah barusan, ada yang bisa shani bantu tante?."
"Ah engga. Itu anak masih tidur?."
Shani sedikit membuka pintu kamar gracia lebih lebar lagi, agar mamahnya gracia dapat melihat sang anak yang masih enggan untuk terbangun itu.
"Kebiasan emang, begadang main game terus. Bangunin dia ya shan, bilangin papahnya anter aten sama ecen dulu keluar sebelum nganter dia sama kamu kegiatan."
"Iya tante, nanti shani kasih tau."
"Kalau mau makan ambil aja di meja makan, tante juga lagi ada perlu keluar."
Shani menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Perempuan yang sudah ia anggap sebagai ibu keduanya itupun pergi menuruni tangga. Dan dirinya kembali masuk ke dalam kamar gracia dan mengunci pintu.
Duduk di tepian ranjang, melihat dengan lekat tubuh seseorang di depannya ini yang masih terbalut sepenuhnya oleh selimut. Beribu-ribu kata terimakasih dan juga sayang ingin sekali shani ungkapkan, tapi gengsi selalu menyelimuti dirinya. Entah kenapa itu, ia selalu merasa malu dan gugup jika keduanya sudah saling bertatapan, membuatnya terkadang blank di buatnya.
Ia mencondongkan badannya setengah tertidur, mendekatnya bibirnya pada telinga gracia. "Gee, yuk bangun."
Gracia menggerakkan badannya kesana-kemari, seakan menyuruh shani menjauhi tubuhnya.
"Udah jam tujuh, emang gaada kuliah hm?."
"Ish, gaada. Kemarin masuk kelasnya double, jadi sekarang kosong." Gracia bergumam sambil mempererat pelukannya pada guling. "Shaniiii, tangannya gausah nakal."
Shani terkekeh saat melihat gracia bertingkah seperti itu, dengan sengaja ia kembali memasukkan tangannya pada selimut tebal itu. Tangannya kembali mengusap perut rata gracia.
"Shani geli, ih." Gracia mendengus sebal, dengan cepat ia mendudukkan dirinya sambil menatap shani yang masih terkekeh geli.
"Nah kan bangun, mandi sana."
"Kamu sendiri aja belum mandi.".
"Mau mandi bareng?." Goda shani.
Gracia mencubit ujung hidung shani dengan gemas. "Gausah mesum." Dirinya beranjak dari sana menuju kamar mandi.
