30. Pyaar

6K 459 217
                                    

Haii,

Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.

Selamat baca yaaa.

****

Melirik seseorang yang ada di sebalahnya. Kini yang di diamkan semakin menggerutu. Sudah meminta etensi beberapa kali pada orang di samping yang kini tengah asyik memainkan handphonenya, tapi tak kunjung di hiraukan.

Mengembungkan pipinya. Menyandarkan kepalanya pada lengan orang itu, sekali lagi ia mencari perhatian agar di perhatikan. Menelusupkan wajahnya di antara sela-sela lengan dan juga ketiak. Kemudian kepala itu tiba-tiba luruh ke bawah dengan gerakan pelan sehingga terhenti di atas paha dan menghadapkannya pada perut.

Bukannya segera bertanya ada apa dengan tingkah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa itu. Yang di ganggu hanya menaruh lengannya di atas tengkuk, setengah memeluk. Kemudian ia melanjutkan memainkan handphone yang membuat si pengganggu kembali berdecak.

"Kalau gamau nemenin bilang kek, jangan nanti aku pingsan baru sadar!" Ucapnya, tak tahan dengan perut yang sudah keroncongan dan berbunyi sedari tadi. Ia lepaskan wajahnya yang menelusup di perut kecil orang itu.

Menjauhkan lengan yang berada di atas kepalanya, ia mencoba berdiri meski gagal. Orang yang dari tadi mengacuhkannya menarik kembali tubuh mungil itu dan kembali terduduk di atas lantai yang berbalut karpet tebal.

"Shani, lepas ih!" Katanya, saat Shani menarik tubuh itu dalam pelukan dan melingkarkan lengannya pada pinggang.

Shani melirik pada wajah cemberut Gracia, "Mau kemana sih Ge? Di sini aja dulu, bentar."

"Apanya yang bentar. Aku udah nunggu kamu lima belas menit, tapi di cuekin. Udah ah, aku mau cari member lain yang mau di ajak jajan." Gracia mencoba melepaskan kungkungannya dari Shani.

"Iya bentar lagi ya, sama aku aja ga usah ama yang lain."

"Males aku sama kamu."

"Gapapa males sama aku, yang penting aku ga males sama kamu." Katanya.

Setelah mengucapkan itu Shani kembali fokus pada handphonenya, membiarkan Gracia mencak-mencak tak jelas dalam pelukan Shani, yang penting bocah ini masih di sini, dalam jangkauannya.

"Sabar banget Gracia tuh, nunggu yang tak pasti." Ucapnya dengan sakras, melirik ke arah Shani kemudian ia alihkan pada arah lain, ".. Untung imbalan dari penantiannya dapet jajan."

"Sabar ya perut nanti kita makan, emang casing doang bidadari, tapi tidak punya hati membiarkan manusia biasa ini kelaparan."

Shani yang dari tadi mendengar semua celetukan Gracia itu mengulum senyum. Tak tahan dengan kegemasan perempuan ini yang tidak ada sabarnya. Dengan cepat ia mengirimkan file yang tadi di kirim oleh Koh Henri yang meminta bantuan. Menaruh handphone itu pada sisinya dan mengalihkan pandangan pada Gracia yang memasang muka cemberut.

"Udah misuh-misuhnya?"

"Belum!"

"Galak amat Bund, yaudah ayo jajan." Ucap Shani, menegakan badannya dan berdiri. Kemudian ia alihkan pandangannya pada Gracia yang masih betah saja menidurkan tubuhnya.

"Katanya lapar, katanya mau jajan. Kok aku udah berdiri, kamu masih bobo aja Ge?"

Gracia acuh, ia ambil alih handphone Shani yang masih tergeletak di bawah dan memainkannya tanpa meminta izin pada sang pemilik, "Suka-suka dong."

Shani Untuk GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang