Haii,
Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.Selamat baca yaaa.
****
Kalau bisa di katakan, Gracia lebih menyenangi suasana seperti ini. Tenang, sunyi dan hanya terdengar bunyi yang di sebabkan oleh dirinya sendiri, terkadang ia juga bisa mendengarkan bunyi degup jantungnya yang memompa lebih cepat dari normal.
Tangan yang tadi saling menggenggam kini ia lepaskan secara perlahan, kedua kelopak matanya kini ia buka perlahan. Membasahi bibirnya yang mengering.
Mengambil handphone yang tergeletak di atas kasur, yang sejak lebih dari tiga jam yang lalu tak ia sentuh sama sekali, "Udah jam sebelas," Gumamnya. Membereskan buku yang baru saja ia pakai berdoa tadi itu pada rak buku agar kembali tersusun rapi, "Mandi, langsung berangkat ke basecamp."
Setelah melakukan berbagai ritual, termasuk hal yang paling penting dalam hidup Shania Gracia, yaitu membuat alis yang begitu sempurna, karena tanpanya ia bukan siapa-siapa, menurutnya.
Kini dirinya menuruni tangga menuju ruang tamu, menempelkan handphone pada telinganya itu, menelepon seseorang.
"Halo, kamu belum jadi berangkat kan?" Tanya Gracia sesaat orang tersebut mengangkat telponnnya. Mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu itu untuk memakai sepatu.
"Yaudah tunggu ya, ini aku udah mau berangkat, Mama juga udah di mobil itu nungguin."
Gracia melangkahkan kakinya menuju luar rumah, menyimpan beberapa barang bawaannya pada kursi belakang mobil sebelum dirinya mendudukan diri di samping sang mama, "Udah dulu ya, ini udah jalan kok, Siap-siap aja kamu. Nanti kalau udah deket aku kabarin biar kamu tunggu di loby, Bye Ci." Mengakhiri sambungan telponnya, Gracia memasuki handphone dalam tas kecilnya itu.
"Ci Shani jadi di jemput?" Eka, sang mama menoleh ke arah Gracia.
"Jadi Ma, Koko sama Papanya lagi ga bisa nganter, kasian juga harus sendiri ke sana apalagi panas gini cuaca, di tambah lagi puasa juga."
Eka menganggukan kepalanya, kembali fokus pada jalanan yang sedikit lebih lenggang dari biasanya, "Nanti bilang juga ke Ci Shani, kalau dia sendiri di rumah kasih tau. Biar sahur atau buka puasa di rumah aja atau nanti kita makan di luar sama-sama."
"Iya nanti di bilangin."
Perjalanan tak terasa, kini jumlah orang di dalam mobil sudah bertambah satu. Eka dengan Shani asyik mengobrol dan bertukar cerita, berbeda dengan Gracia yang kini hanya mendengarkan Mama dan Sahabatnya itu asyik berbicara dan sekali-sekali tertawa. Matanya melihat ke arah kaca kecil yang berada di tengah, mengamati Shani yang kini tengah berbicara dengan begitu semangat terhadap Mamanya itu.
Tertangkap, Shani memergokinya yang sedang melihat. Keduanya saling berpandangan mata, sebelum Gracia memutus kontak matanya dengan Shani. Membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman, Gracia mengarahkan pandangannya sebentar pada luar jendela.
Do you remember that night in December~
We sat in your car wondering if we would get better~
But who would've thought that things would go so wrong~Suara dari lagu yang terputar dari musik play yang baru saja di putar oleh Gracia itu kini membuatnya ikut bernyanyi. Suara yang seperti gumaman itu masih dapat di dengar oleh Eka maupun Shani.
"But I'd give up whatever," Gumamnya, sambil mengecilkan volume tersebut agar tidak terlalu menganggu Eka dan Shani yang masih berbicara, "If I could have forever with you, If I could have forever with you," Katanya mengakhiri nyanyiannya yang kini fokus mendengarkan musik sambil mengikuti alunan musik tersebut tanpa menyanyikannya kembali.