All the time that's too long to run at the start ...
...
D E N T I N G suara benda berbahan ketel, dan beberapa gemerincing suara alat makan, memenuhi suasana sebuah ruangan lebar dengan meja makan panjang penuh sajian mewah.
Hanya sebatas sarapan pagi rutin yang selalu sepi dan—membosankan.
Meja makan dengan anak kursi berjumlah sepuluh, membentang tepat di tengah ruangan. Tepat di atas langit-langit tergantung lampu hias besar berbahan berlian dengan lampu redup kekuning-kuningan.
Saint menatap semangkuk sup jagung di hadapannya dengan malas. Mengaduknya dan sesekali memasukkan banyak menu sarapan yang lain, hingga menjadi sebuah karya tak layak makan. Warna sup yang semula bening berubah menjadi seperti kubangan babi.
Sepi dan sesekali suasana di hinggapi keheningan.
Ayolah, padahal Saint tidak dalam keadaan sendirian! Ada dua manusia lain yang ikut serta dalam sarapan pagi ini. Hhh ... seharusnya bukan hal aneh lagi, sebab keadaan memang akan berakhir seperti ini.
Di sisi kiri terdapat Mean dengan secangkir kopi panas dan beberapa berkas setebal kitab suci. Lelaki rupawan itu duduk tepat di samping kirinya dengan wajah datar penuh keseriusan.
Saint menggulir bola mata, tepat di kursi sebrang ada dokter Plan yang selalu tampak elegan di setiap kegiatan kesehariannya. Lelaki mungil itu seperti hidup dalam dunianya sendiri yang penuh kehampaan.
Well, bukankah menjadi amat menyebalkan ketika harus berkumpul setiap waktu dengan orang-orang yang memilik kepribadian bertolak belakang dengannya?
“Dokter Plan, kau sudah selesai?” Saint bertanya dengan helaan nafas jengah. Namun berhasil menarik fokus sang lawan bicara. “Aku ingin meminta beberapa obat sakit kepala.”
Mean tampak mendongak tiba-tiba. “Kau sakit?”
Well, bukan sakit sebenarnya. Saint dengan tampang jenaka balas menatap Mean. “Hanya jaga-jaga, udara dingin kota sering membuat hidungku tersumbat,” jawabnya asal. Kemudian mendapat respon datar dari Mean. “Aku harus pergi ke Part of beach pagi ini, Mew membuatku harus menembus daerah beku itu untuk tugas baru.”
Kasihan sekali. Mean mengulas senyum miring, menyesap kopi panasnya dan kembali menyibukkan diri dengan setumpuk berkas.
Apalah di kata. Kemarin malam beberapa senjata sudah siap untuk di kirim. Barang pesanan salah satu pengusaha besar Prancis itu harus tiba di pelabuhan pagi ini. Dan Mew dengan tanpa perasaan mengutusnya untuk pergi. Saint pikir mungkin saja Mean sedang sangat sibuk dengan kepentingan Suppasit company, sehingga Mew menyuruhnya. Namun lihat! Mean bahkan lebih santai dari seekor rakun!
“Pagi sekali.” Itu suara Plan, dokter mungil itu tampak penuh dengan kasih sayang. Tentu saja, kenyataannya mereka adalah keluarga. Tiga sepupu yang berjuang hidup di tengah kejamnya takdir—dirinya, Mew dan Plan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHOMAFIA | Fate's Partner Mission [MEWGULF] END
FanficKita bertemu sebagai bentuk takdir? Sebelumnya, Gulf Kanawut tak pernah merasa serakus ini. Ia yang telah menjadi seorang pembunuh bayaran dengan jejak misi yang tak di ragukan lagi. Kemudian ikut tergiur dalam sebuah misi pembunuhan pada seorang ra...