Blood is always thicker than water ...
...
P L A N menelisik dalam diam, di tengah keheningan meja makan.
Mencerna rentetan kejadian yang terjadi kemarin. Gulf, lelaki tahanan istimewa itu bisa terkapar dalam dekapan Mew yang pontang-panting penuh kecemasan dari arah bangunan kebun timur. Tolong garis bawahi, ‘Mew pontang-panting’. Ketika Mew yang biasanya selalu setia dengan wajah poker, mendadak bisa mengulas raut penuh gelombang!
Apa yang telah mereka lakukan sebenarnya?
Gulf mengalami hipotermia ringan. Itu yang ada dalam diagnosanya, dan tak cukup parah. Namun, Mew dengan wajah memerah mencecarnya dengan banyak pertanyaan pemastian.
Memangnya siapa yang dokter di sini?
Belum lagi setelah ia sadar bahwa Mew ternyata masih di kediaman ini, ketika biasanya telah pergi entah ke negara bagian mana tepat di awal musim dingin.
Ingat, Mew benci musim dingin.
Astaga! Itu membuatnya pusing sampai ia hampir melupakan semangkuk oats susu di hadapannya, yang hampir menyerupai muntah babi. Makanan rendah lemak itu pasti sudah menjadi bubur yang menjijikkan. Seperti biasa, meja makan penuh sajian mewah terbentang bermacam-macam, cukup lucu sebab semua makanan ini pasti tak mungkin habis.
Pagi yang suntuk dan sedikit berbeda dengan biasanya.
Sarapan pagi ini bukan hanya di hadiri oleh dirinya dan Mean, namun Gulf juga ikut duduk disini. Lelaki dengan surai kecoklatan itu mungkin mengalami pemaksaan lagi, dan jelas Mew pelakunya. Gulf bahkan terlihat datar dan jengah dengan semua yang ada. Menyantap beberapa hidangan dengan gerakan lesu dan malas.
Keadaan kian buruk.
Apalagi, baik dirinya dan Mean memiliki emosi dingin, keheningan jelas terus terurai memenuhi suasana. Gulf bahkan tampak tak berniat membuka kata. Saint pagi-pagi buta berencana pergi entah kemana dengan dalih mencari udara segar. Tsk! Mencurigakan.
“Apa kau ingin pesan sesuatu?”
Plan mendongak lekas, tepat setelah Mean berucap pelan. Sebelah alisnya di tarik tipis. “Pesan sesuatu?”
Mean tampak mengangguk, memberi pandangan penuh. “Aku akan pergi ke dermaga malam ini. Ada barang-barang yang harus ku kirim. Mungkin ada banyak barang langka dan menarik yang datang dari barat.”
Aa, perdagangan tunai. Plan menggeleng, satu peti hati yang dirinya pasan tempo hari yang lalu adalah barang terakhir yang ia butuhkan untuk eksperimen kecil yang sedang ia garap. Jadi ia pikir tak memerlukan barang lain. “Semua barang di laboratorium masih lengkap.” Mean tampak mengangguk, lagi. “Pergi sendiri?”
“Kenapa? Kau ingin menemaniku?”
Eh? Oh my gosh frontal sekali, dan Mean tak pernah seagresif ini. Mean tampak mengulas senyum miring di atas kegelisahan Plan. Astaga itu buruk. Tarik nafas Plan, kau akan terlihat aneh bila kedua pipi mu mendadak memerah begitu saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHOMAFIA | Fate's Partner Mission [MEWGULF] END
FanfictionKita bertemu sebagai bentuk takdir? Sebelumnya, Gulf Kanawut tak pernah merasa serakus ini. Ia yang telah menjadi seorang pembunuh bayaran dengan jejak misi yang tak di ragukan lagi. Kemudian ikut tergiur dalam sebuah misi pembunuhan pada seorang ra...