TWENTY-FIVE: Don't Ever Try to Leave

4.6K 539 43
                                    

Nothing really clear about timing. too gray and difficult to benchmark ...

 too gray and difficult to benchmark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

P L A N  terlihat berantakan—hampir menyerupai manusia setengah nyawa yang lunglai dan lesu.

Pandangan dokter mungil itu kadang terang, kadang buram. Bau anyir dan sensasi dingin begitu melekat di seluruh tubuhnya yang masih betah dengan setelan jubah steril.

Waktu mengular panjang. Malam terlewati begitu berat.

Ketika masalah Gulf sudah sangat mengkhawatirkan, dengan tiba-tiba ia juga harus di hadapkan dengan masalah lain.

Lepas dari prosedur operasi Gulf yang cukup memakan kewarasan. Plan juga harus menangani kasus kekasih Saint—yang benar-benar mengerikan. Ia sempat termenung pada saat itu. Memandang tubuh yang hampir mendingin dengan luka tembak di area belakang kepala. Perth seperti mustahil di selamatkan.

Operasi darurat itu kembali di gelar. Berjam-jam! Betapa susahnya mengeluarkan sebutir peluru yang bersarang di dalam tubuh Gulf, dan setelahnya dokter mungil itu harus berhadapan dengan peluru yang bersarang di tempurung kepala Perth.

Melihat nafas Perth yang terhembus lemah saja terlihat seperti keajaiban besar.

Hari terlihat kembali terang. Rasa kantuk entah hilang kemana—saat Plan ingat harus kembali mengawasi keadaan Gulf.

Astaga, ia benar-benar di buat pontang-panting.

Helaan nafas di tarik berat. Membuka pintu besar di hadapannya dengan tenang.

Hal pertama yang menjadi fokus kedua matanya adalah pemandangan Mew yang tengah termenung tepat di sebelah sosok yang tengah berjuang melawan kematian.

Yeah—Gulf benar-benar berjuang, ketika peluru itu seharunya mampu menjadi alasan terkuat kematiannya.

“Mew.” Plan menyapa pelan. Menarik atensi Mew yang tentu saja tengah di landa kekacauan. Tangan Mew bahkan tampak menggenggam erat telapak tangan Gulf yang penuh dengan alat medis. Pasti sepanjang malam pria itu tak melepaskan tautan tangan itu.

“Plan, kau sudah kembali? Kau ingin memeriksa Gulf? Atau kau ingin melakukan sesuatu? Cepat, Pastika Gulf baik-baik saja.” Mew mengucapkan banyak kata yang terdengar rancau dan berantakan. Terselip nada kekhawatiran yang begitu kentara.

Plan hanya mengangguk singkat. Sedikit lebih dekat berdiri tepat di sebelah ranjang dimana Gulf masih tampak terlelap. Ia hanya ingin melakukan beberapa pengecekan saja.

——karena kenyataanya keadaan Gulf tak dapat di katakan baik-baik saja. Banyak obat-obatan yang mendapat penolakan dari tubuh Gulf. Bahkan ia tak dapat memastikan apa Gulf akan terus dalam keadaan stabil seperti saat ini.

“Apa semuanya baik-baik saja?”

Plan menelan ludahnya lamat. Mengulas senyum kecut, tetap tak ingin berbalik dan memandang Mew. “Dia sedang berjuang, Mew. Aku akan terus melakukan pengawasan padanya.”

PSYCHOMAFIA | Fate's Partner Mission [MEWGULF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang