Walk using trust that is present in plain sight......
...Southwest settlement. Los Angeles, AS—2022
Dingin, gelap dan lembab. Sebuah gang dengan banyak tumpukan sampah lebih dari cukup menarik atensi.
“ARGHH!”
Pekikan keras menyeruak sekali, sebelum kembali hening—seperti tak terjadi apa-apa. Selanjutnya hanya terdengar gema denting rintik air gerimis yang mendominasi atmosfer.
Sebuah pekikan menjadi pertanda nyata bahwa ada kehidupan seseorang yang telah berada pada genggaman malaikat pencabut nyawa, serta sebagai akhir dari kemurkaan yang telah berhasil sedikit teredam, dari sosok pemuda tinggi dengan mantel gelap.
Adalah sebuah pemandangan menarik ketika tubuh sosok pria bugar tampak terbujur dengan mengenaskan, karena ulah sosok yang masih berdiri dengan sebuah pisau kecil.
Gelap mengaburkan aliran darah yang bercampur dengan tanah berlumut. Sementara rintik hujan membawa semerbak aroma besi dan amis.
Sosok dengan mantel gelap itu masih berdiri pada tempatnya, memberi pandangan nyalang pada seonggok mayat tak berguna tepat di bawah tungkainya.
“Pergilah ke neraka,” lirihnya dengan senyum miring. Merendahkan tubuh dan kembali membuat jejak luka tusuk pada permukaan dada manusia yang tak lagi bernyawa itu—untuk yang kesekian kali.
Rasanya menyenangkan dan melegakan.
Namun sayangnya pria brengsek itu mati dengan mudah. Lima belas tusukan dan pria itu telah menjadi mayat!
“Apa kau akan terus melanjutkannya, Gulf?” Pada kenyataannya kegiatan 'menyenangkan' itu terjadi dalam pengawasan sesosok lelaki lain. “Kau akan mempersulit nasib petugas sampah esok hari,” ujar sosok lain itu.
Bukankah lucu, ketika truk sampah esok hari beralih fungsi menjadi kendaraan pengangkut se-bujur mayat penuh luka? Belum lagi nasib seorang petugas sampah yang mungkin saja lari terbirit-birit esok hari.
Lelaki dengan mantel gelap bernama Gulf itu menyeringai, kedua hazel gelapnya tetap tak mau beralih pada keberadaan si mayat. “Sampah ini benar-benar mengganggu,” ucapnya sinis. Bersamaan dengan ujung pisau kecil pada genggamannya yang kembali akurat menembus kelopak mata si mayat sampai dalam. Menusuknya sekali kemudian memutar-mutarnya. Gesekan antara permukaan pisau berbahan platinum dengan belahan daging penuh darah, menciptakan melodi unik tersendiri.
“Dasar gila,” ujar lelaki lain yang masih bertengger pada pagar hampir roboh—mencoba menyelamatkan keadaan sepatu kesayangan seharga ratusan dollar dari aliran darah yang telah memenuhi permukaan tanah.
Cahaya kilat membuat pandangan terang sesekali, dengan itu manusia normal mungkin tak akan sanggup membuka mata saat harus menyaksikan lelaki gila yang terus bermain-main dengan pisau kecil di atas wajah sesosok mayat hampir remuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHOMAFIA | Fate's Partner Mission [MEWGULF] END
FanfictionKita bertemu sebagai bentuk takdir? Sebelumnya, Gulf Kanawut tak pernah merasa serakus ini. Ia yang telah menjadi seorang pembunuh bayaran dengan jejak misi yang tak di ragukan lagi. Kemudian ikut tergiur dalam sebuah misi pembunuhan pada seorang ra...