THIRTY-ONE: New Gray Mist

3.8K 511 71
                                    

Loving someone is the reason for the emergence of courage in even the weakest person.

Loving someone is the reason for the emergence of courage in even the weakest person

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

P E R M A I N A N  kata dalam bisnis gelap dengan segala macam jebakannya tak begitu sulit di kendalikan boleh Mew Suppasit.

Tugas menyelesaikan sebuah urusan negosiasi yang menjadi perintah Kaownah telah terlaksana dengan sempurna. Kegiatan itu berlangsung di sebuah gedung tinggi di perbatasan Amsterdam, menjadi alasan Mew harus merelakan banyak waktu untuk semua ini.

Ia lelah, dan ingin segera pulang ke Los Angeles. Semua sudah selesai. Setelah semuanya di rasa sudah benar-benar beres, Mew bermaksud segera menuju kediaman Kaewcharoen dan pulang dengan mobilnya.

Namun, yang tak ia mengerti adalah, mengapa ketika ia hendak pergi dengan mobil pribadinya beberapa pengawal keluarga Kaewcharoen malah dengan kukuh menghadang.

Kesal? Tidak, Mew malah di buat ingin murka sebab pengawal-pengawal dengan setelan jas itu terus mendesaknya agak masuk ke dalam kediaman Kaewcharoen.

“Tuan, ada baiknya anda masuk terlebih dahulu. Apa anda tak ingin beristirahat terlebih dahulu?”

Mew tak menggubris. Melangkah panjang-panjang menyusuri lorong. Ia benar-benar ingin bertemu dengan Kaownah dan bertanya apa yang sebenarnya di inginkan semua pengawal itu?!

“Tuan, mari ikut saya. Saya akan menyiapkan kamar sebagai tempat beristirahat untuk anda.” Suara seorang pelayan di belakang tetap menguar tanpa tergubris. Tujuan Mew hanya satu, ia mencari Kaownah.

“Kaownah!” Tepat di sebuah ruangan perapian dengan bermacam-macam furniture modern, Mew tanpa sengaja melihat Kaownah tengah fokus mengaduk sebuah cairan dalam cangkir.

Aa ... Mew, kau sudah datang rupanya.”

“Katakan, apa yang ingin pengawal mu itu lakukan? Mereka terus menghalangi mobilku sialan!” Mew mendesak Kaownah. Berbicara sedikit keras tepat di hadapan sang lawan bicara.

Kaownah terkekeh sekilas. “Mungkin mereka tahu bahwa kau tak seharusnya buru-buru pergi, hm.”

“Aku tak ada waktu untuk ini,” ujar Mew. “Perintahkan seluruh pengawalmu itu untuk menjauh dariku atau kau akan melihat sesuatu yang tak seharusnya terjadi.”

“Mew, kenapa kau kesal begitu? Lagipula mengapa kau terlihat sangat terburu-buru? Berikan aku waktu juga untuk menyempatkan berterima kasih padamu.” Kaownah dengan berani memainkan pangkal dasi Mew. “Kau tak lelah? Lihat, aku telah menyiapkan banyak hal untuk mu.”

Mew tahu ini tak akan pernah cepat selesai. “Semua sudah kulakukan dengan sempurna, tanda terima kasih yang benar-benar ku inginkan adalah biarkan aku pulang dengan tenang.”

“Kita sudah sangat lama tak jumpa Mew, kau tak ingin berbincang denganku?” Usaha Kaownah yang sungguh tak kenal takut. Lelaki dengan surai kelam itu dengan berani menarik sebelah lengan Mew agar ikut duduk bersamanya di sebuah kursi panjang tak jauh dari perapian. “Aku merindukan mu, Mew. Kau tak ingat masa-masa indah yang pernah kita lalui sebagai seorang kekasih?”

PSYCHOMAFIA | Fate's Partner Mission [MEWGULF] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang