5. Pagi Hari.

709 131 16
                                    

🔊. Hivi - Pelangi

🚲🚲🚲

Seorang pemuda baru saja turun dari kamarnya untuk bersiap sarapan bersama Bunda serta adik kecilnya yang baru beranjak delapan tahun itu. Matanya memincing kala melihat satu sosok lagi, yaitu si gadis bergigi kelinci. Nayeon.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Jeongyeon pada kekasihnya itu.

"Ingin sarapan sama kamu, Bunda, dan Jihan. Boleh kan Bunda?" Jawabnya, sambil membantu Bunda Jeongyeon menata piring-piring di meja makan.

"Boleh dong, kenapa enggak." Bunda Jeongyeon tersenyum ramah pada Nayeon.

"Tapi, kan Bun-"

"Udah mending kamu duduk aja, tuh makan yang udah jadi" Ucap Bunda Jeongyeon yang menyuruh Jeongyeon untuk segera duduk.

"Jihan, itu mainan dari mana?" Tanya Jeongyeon pada adiknya yang sedang bermain dengan boneka barbie yang entah ia dapat darimana.

"Dari kak Nayeon, bagus kan?" Lagi-lagi Jeongyeon menghela nafas kesal dengan apa yang dilakukan oleh Nayeon, kenapa wanita itu selalu bertingkah semaunya tanpa bertanya dulu padanya.

"Makanan nya jadi!" Seru Nayeon sambil menaruh makanan itu di atas meja, ia memberikan senyuman spesialnya pada Jeongyeon.

"Kalian makan aja, ya. Bunda mau liat cucian dulu dibelakang" Ujar Bunda sambil tersenyum.

"Mau aku bantu, Bunda?" Tawar Nayeon, dan Bundanya hanya menggeleng.

Lalu mereka makan bersama dengan Jihan pula, Jeongyeon dengan telaten menyuapi Jihan yang terkadang makan masih sering berantakan, lagipun anak kecil itu terlihat asik bermain dengan boneka barunya.

"Biar aku aja yang suapin Jihan, Jeong. Kamu makan aja" Nayeon hendak mengambil sendok dari tangan Jeongyeon tetapi ia menolak.

"Dia adik aku, biar aku aja" Nayeon hanya tersenyum pahit. Ia merasa Jeongyeon banyak berubah akhir-akhir ini, dulu dia sangat hangat padanya tetapi sekarang terlihat dingin.

Setelah selesai makan, Nayeon berinisiatif untuk mencuci bekas piring kotornya namun lagi-lagi Jeongyeon menolaknya, ia beranggapan bahwa Nayeon adalah tamu, sehingga tidak pantas melakukan itu.  Kemudian mereka berpamitan pada Bunda untuk berangkat sekolah bersama menggunakan sepeda motor milik Jeongyeon.

"Kamu ngapain, sih. ngasih Jihan mainan segala" Kata Jeongyeon setelah mereka sampai di parkiran sekolah.

"Oh, Barbie itu. Enggak papa, ingin kasih aja ke Jihan, keliatan nya dia suka sama mainan yang aku kasih, ya" Nayeon memberikan helm yang bekas ia pakai pada Jeongyeon.

"Pokoknya aku gak mau lihat kamu, kasih apapun ke adik aku atau pun ke Bunda. Aku gak suka" 

"Loh, kenapa?" Nayeon bingung dengan perkataan Jeongyeon yang begitu menyakitinya.

"Aku masih bisa kok beliin Jihan Barbie dengan uangku sendiri, jadi kamu gak usah sok pahlawan dan berasa paling ngerti tentang keluarga aku!"

"Jeongyeon!, aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu. aku gak ngerti kamu. Dan asal kamu tahu aku ngelakuin ini semua bukan karena kamu atau apapun yang kamu pikirkan, karena aku cuman merasa keluarga kamu itu, keluarga aku juga"

"Ini keluarga aku, bukan keluarga kamu!" Jeongyeon pun langsung meninggalkan Nayeon yang masih menata hatinya yang begitu berantakan sekarang, omongan Jeongyeon benar-benar menusuk hatinya.

Lelaki bernama lengkap Jeongyeon Mahendra itu adalah anak tunggal dari seorang pengusaha terkenal bernama Mahendra, dulunya Jeongyeon adalah anak paling bahagia karena berasal dari orang yang berkecukupan dan mempunyai keluarga yang harmonis, hingga suatu hari perusahaan yang dipimpin oleh Ayah Jeongyeon mengalami penurunan, bahkan perusahaan mengalami kerugian yang sangat tinggi, hutang dimana-mana yang membuat seluruh aset berharga disita oleh pihak bank. Setelah itu Ayah Jeongyeon meninggal karena serangan jantung maka dari itu keluarga nya merasa tidak ada harapan lagi, namun Jeongyeon berusaha membantu ekonomi keluarga nya, tak lupa dengan Bunda nya yang juga bekerja keras untuk kehidupan mereka yang layak.

Chasing You | JITZU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang